Galan memelankan motornya begitu melewati rumah bernuansa cokelat muda. Ini rumah ketiga dengan warna serupa, sebelumnya satu rumah yang ia lewati tak berpenghuni dan satu lagi di huni sekumpulan anak muda. Galan mempunyai firasat baik pada rumah ketiga ini. Rumah bernuansa cokelat muda itu terlihat megah dan mempunyai halaman yang luas. Meski tak begitu yakin, Galan menghentikan motornya di depan rumah itu. Galan mendekat ke gerbang, seorang satpam segera menghampirinya meski tidak langsung membuka gerbang tersebut.
"Mau cari siapa, Dek?"
"Pak, saya mau nanya. Ini bener kediaman Bu Maharani?"
"Benar, Dek. Ini kediaman Bu Maharani."
Jantung Galan berdebar, ia menatap rumah besar itu dengan perasaan tak menentu. Akhirnya ia akan bertemu dengan sosok wanita yang melahirkannya. Namun sayangnya, ia terbuang oleh wanita itu. Bibir Galan bergetar, matanya memanas. Satpam tersebut bingung melihatnya.
"Mau saya panggilkan Bu Rani, Mas? Kebetulan Bu Rani baru pulang bersama anaknya tadi."
"S-saya mau minta nomornya aja boleh nggak, Pak?" tanya Galan.
"Wah, nggak berani saya. Mending minta langsung aja."
Ternyata anak tengah Rani masih di dalam garasi. Ia baru keluar, menatap heran satpam yang sedang berbincang dengan cowok yang tadi menghalangi mobilnya di jalan. Rukan berjalan agak cepat menghampiri mereka. Penasaran apa yang diperlukan cowok bermotor itu hingga mendatangi rumahnya.
"Siapa, Mang Dahlan?"
"Ini, ada anak muda yang mencari Bu Rani."
"Oh, biar saya yang ngomong sama dia."
"Baik, Den." Satpam tersebut undur diri.
Galan memundurkan langkahnya dua langkah ketika Rukan membuka sedikit gerbang rumahnya tersebut. Mata elangnya menatap sedikit tajam ke arah Galan yang sama sekali tak ia kenal.
"Ngapain lo nyari nyokap gue?"
"Lo siapanya Bu Rani?" tanya Galan.
Rukan terkekeh sinis. "Malah balik nanya. Jawab pertanyaan gue!"
"Gue balik," sahut Galan berbalik, tetapi Rukan menarik tasnya hingga Galan terpaksa menoleh lagi.
"Main kabur aja. Lo siapa? Ada apa nyari nyokap gue? Oh, lo tadi sengaja jalanin motor lama buat nyari rumah nyokap gue 'kan?" tebak Rukan.
Galan merotasikan matanya malas. "Tuh lo tau. Nanya lagi."
"Heh! Malah balik nyolot."
"Males ngomong sama lo. Tolong bilangin sama Bu Rani. Oh bukan, bilangin sama Mamah anaknya tadi nyariiin dia," ucap Galan enteng. Kemudian langsung menaiki motornya.
Rukan jelas tak mengerti. Raut wajahnya terlihat tak terima, ia menahan stang motor Galan agar cowok itu tak langsung pergi.
"Apa tadi lo bilang? Mamah? Siapa Mamah lo?!" ketus Rukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Roman pour Adolescents"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...