HARAPAN

1.1K 113 4
                                        

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++


Selama Bi Arum tidak ada, Rani memasak dibantu oleh Dekan. Pria bertato itu memang tak ada tampang bisa memasak, tetapi nyatanya, kemampuan memasaknya sudah diakui keluarganya. Seperti sekarang, Dekan memasak sup daging dan menggoreng ayam. Rani yang sedang tak enak badan, hanya membantu memotong sayurannya saja.

"Mas, kamu campurin telur puyuh juga ya ke dalam kuah sopnya. Alkan suka. Ada di dalam kulkas, udah Mamah kupas sebagian," ujar Rani setelah selesai mengiris daun seledri.

"Iya, Mah. Ini apinya Dekan kecilin dulu, ya."

"Biar Mamah aja. Kamu kupas dulu telur puyuhnya. Udah Mamah rebus tadi subuh." Rani mengambil alih tugas Dekan. Rani mencicipi kuah tersebut, lalu tersenyum. Masakan Dekan memang tak pernah gagal.

Suara langkah kaki seseorang menuju dapur, menyita perhatian Rani dan Dekan. Tak lama muncul sosok Galan membawa piring kue yang masih kotor. Wajah Galan sumringah mendekati mereka berdua. Galan berjalan menuju wastafel. Tak peduli dengan wajah sangar Dekan yang baru saja menutup kulkas dengan satu mangkuk kecil telur puyuh di tangannya.

"Ngapain lo?" ketus Dekan.

Galan yang merasa pertanyaan itu ditujukan padanya, menoleh pada Dekan. Ternyata benar, tatap pria itu tersorot tajam padanya.

"Nyuci piringlah. Gak liat lo?"

"Jangan sok nyaman. Kita nggak nyaman lo berada di sekitar sini."

Galan selesai mencuci, ia berbalik dan menatap datar Dekan yang juga menatapnya tak kalah datar.

"Lo bisa bikinin dapur atau wastafel di kamar gue kalau nggak mau gue ke sini," ujar Galan.

"Siapa elo?" Dekan mulai tersulut.

"Ck, sekali lagi kalian debat Mamah buang sop ini ke lantai!" ancam Rani yang tadinya mengaduk sop daging. Rani mendelik ke arah mereka berdua.

"Dia duluan, Ma," ucap Galan.

"Apaan si Ma Ma Ma," ketus Dekan.

"Ma, makasih ya kuenya," ucap Galan pada Rani. Alih-alih menyahuti tutur ketus Dekan.

Dekan melirik Rani, Rani menoleh pada Galan. Mereka berdua menatap bingung Galan atas apa yang cowok itu ucapkan barusan. Dekan masih menatap tajam Galan sambil mengupas telur puyuh dengan cepat.

"Akhirnya Sabtu juga!"

Suara Alkan terdengar. Lalu samar-samar terdengar suara Rukan dan Wijaya. Rani segera memindahkan sop ke dalam mangkuk besar. Dekan menceburkan sekitar 20 biji telur puyuh ke dalam kuah sop daging tersebut.

"Taruh di tengah-tengah ya, Mas," ujar Rani pada Dekan.

"Oke, Mah." Dekan membawa mangkuk besar itu menuju meja makan yang tak jauh dari dapur.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang