+++GALAN STORY+++
(2 bulan kemjudian)
Galan hampir terjungkal ketika hendak menuruni koridor sekolah menuju parkiran. Ia sangat terburu-buru setelah mendapat kabar bahwa Rani akan segera melahirkan bayinya di usia kandungan 7 bulan. Galan segera mengendarai motornya meninggalkan lingkungan sekolah yang telah ramai oleh siswa dan siswi yang juga ingin pulang ke rumah mereka.
Di jalan, Galan sangat gelisah. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya. Terbayang dibenaknya kejadian yang telah lalu. Di mana dia merasa sangat bahagia akan mempunyai adik. Masa-masa dirinya di keluarga Wijaya kembali terngiang, ia tak menyangka sudah 7 bulan berada di keluarga itu. Waktu berjalan begitu cepat, hingga kabar kelahiran adiknya tiba juga. Namun, hal yang Galan takutkan terjadi. Ibunya akan melahirkan secara tidak normal/caesar.
Galan sampai di rumah sakit. Ia menanyakan di mana ruangan Rani dan segera berlari ke sana. Ia sudah tak dapat membendung kesabarannya lagi. Bahkan ketika jam istirahat kedua, ia tak ada niatan ke kantin karena kekhawatirannya menelan rasa laparnya.
Galan melihat Dekan keluar dari sebuah ruangan, ia yakin itu ruangan Rani. Galan langsung menghampiri saudaranya itu.
"Mama gimana? Mama baik-baik aja 'kan?" tanya Galan menatap tegang wajah datar Dekan.
"Lo ngebut?"
"Ah, lama!"
Dekan nyaris terdorong ke samping ketika Galan menyenggol dirinya untuk masuk ke dalam ruangan. Dekan berdesis murka, menatap tajam pintu yang telah tertutup.
Galan berhasil masuk, langkahnya terhenti begitu melihat ada Wijaya duduk di samping ranjang Rani. Wijaya menoleh, menatap tak suka kehadiran anak bungsu Rani.
"M-Mama gimana—"
"Istri saya mau istirahat. Jadi kamu jangan banyak tanya-tanya," potong Wijaya.
"Cuma nanya sekali," gumam Galan pelan. Ia melangkah menuju sofa untuk istirahat.
"Mau apa kamu? Mending kamu pulang ke rumah. Saya nggak nyaman kamu di sini."
"Saya mau nunggu Mama bangun. Oh ya, adek gimana—"
Wijaya bangkit dari duduknya, ia menatap tajam ke arah Galan.
"Jangan sekali-kali kamu nyebut darah daging saya adek kamu. Kamu bukan siapa-siapa dia," tegas Wijaya, walau ia masih berusaha menahan intonasinya.
Galan mengembuskan napas pelan, emosi rasanya. Tetapi ia tak ingin membuat keributan di ruangan ibunya. Melihat wajah Rani yang pucat, membuat Galan terenyuh. Ia berbalik menuju pintu dan keluar dari ruangan itu.
Galan menoleh pada Dekan yang duduk di kursi panjang depan ruangan tersebut. Dekan yang tadinya fokus pada ponsel, melirik wajah masam Galan.
"Makanya jangan asal."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Teen Fiction"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...