Pangkalan geng motor Gardhes di datangi polisi. Sirene mobil polisi meraung, menyerbu perkumpulan geng motor yang baru selesai melakukan aksi balapan. Para suporter tunggang-langgang kabur. Anggota Gardhes beserta lawannya langsung memencar menghindari kejaran polisi. Keadaan ricuh, sibuk menyelamatkan diri. Nyaris tak ingat solidaritas, ketua Gardhes tertinggal di lokasi. Serangan panik membuat kunci motornya terjatuh ke tanah. Ketika ingin mengambilnya dalam posisi sudah menaiki motor, membuat keseimbangannya hampir goyah. Beruntung seseorang menahan lengannya seraya meraup kunci di aspal.
"Buru cabut! Ipang ninggalin gue asu!" ucap si penolong itu sambil naik ke jok belakang.
"Paniklah."
"Berhenti kalian!"
Motor sport ungu tersebut melaju dengan kecepatan tinggi, menghindari kejaran polisi di belakangnya. Tak peduli keselamatan berkendara, motor itu terus melaju di jalan sunyi tersebut. Sesekali membalap mobil dan motor yang ada di depannya.
Ketua Gardhes nih, namanya Galan Ardian Syaputra. Kalau masalah sat-set bawa motor, dia rajanya. Sedangkan yang Galan boceng, namanya Kahfi Visilmi. Kahfi memang bukan wakil ketua, tapi dia yang paling dekat dengan Galan.
Kahfi sesekali menengok ke belakang, waspada melihat polisi yang menggunakan motor semakin dekat saja.
"Cepetan, Gal! Ketangkep nih!"
"Ini udah level menuju akhirat!"
"Level surga sekalian! Gue nggak mau ketangkep! Motor gue ntar beneran dijual!"
"Rese, Fi!"
Galan semakin mempercepat laju motornya. Menikung dengan tajam hingga membuat jantung Kahfi berdetak tak karuan.
"Nikung jan gitu juga! Kaki gue masih mulus!" teriak Kahfi.
"Bawel kek cewek!"
Galan memelankan laju motornya, ketika di belakang sana sudah tak terlihat polisi mengejar mereka. Kahfi melemaskan badannya yang sempat tegang tadi.
"Jangan sebut gue Kahfi kalau gue nggak omelin si Ipang. Gila! Gue ditinggalin. Untung nggak ketangkep polisi tadi," gerutu Kahfi ketika Galan sudah berhasil memasuki komplek perumahan Kahfi. Untuk kesekian kalinya, mereka selamat dari kejaran polisi.
"Ngomel mulu. Sakit kuping," ketus Galan.
"Makanya lepas dulu pas gue ngomel!"
"Fi, gue nginep, ya? Subuh balik. Rumah pasti udah dikunci."
"Pakek izin si kukang."
"Kukang pala lo."
Kahfi mengendap memasuki rumahnya yang sudah gelap. Galan juga ikut di belakangnya. Sama sepertinya, Kahfi juga dilarang balapan oleh orangtuanya. Bedanya Galan dilarang oleh semua penghuni rumahnya. Kahfi masih ada tameng, kakaknya. Kata Bang Rizwan, "asal adek bahagia" enaknya jadi adiknya Rizwan. Kahfi bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...