TURUNIN HARGA DIRI

1K 107 7
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++


Galan telah sampai dengan selamat di kediaman Wijaya. Ia memarkir motornya di depan garasi, lalu buru-buru melepas jas hujan. Galan menyangkutkan jas hujan itu di atas motornya, lalu segera membawa bakso yang ia beli ke dalam rumah. Galan menuju dapur, kebetulan sekali ia menjumpai Rani yang sedang memotong beberapa sayuran.

"Ma, nih baksonya. Masih hangat walau kena hujan plastiknya."

Rani berhenti sejenak, raut wajahnya amat datar menatap bungkusan plastik yang basah itu.

"Dimakan ya, Ma. Kasihan adeknya."

Rani berbalik membawa wadah yang berisi sayur ke wastafel. Galan masih berdiri di sana.

"Ya udah keluar kamu. Nanti keburu anak-anak saya liat kamu."

Galan tersenyum miris, sebelum berbalik dan menjauh dari dapur. Diam-diam Rani menoleh ke belakang, menatap lagi bungkusan plastik itu. Berpikir kembali, Rani mematikan keren air. Mengambil mangkuk dan segera menyajikan bakso yang ia idam-idamkan dari tadi.

Rani membawa bakso itu ke meja makan dan menikmati santapannya di sana. Benar saja, bakso itu masih hangat. Ia pikir tak dapat merasakan bakso ini, ternyata berkat Galan ia bisa merasakannya. Rani menghabiskan bakso itu hingga kuahnya menyusut.

Sementara itu, Galan masuk ke dalam tendanya. Hujan sudah cukup reda, hanya tersisa gerimis halus. Galan memulun badannya dengan selimut, enaknya sih tidur. Tetapi perutnya yanh lapar membuat matanya masih saja terus terbuka.

"Kenapa gue oon banget sih. Kenapa tadi nggak pisahin bakso gue sama bakso Mama. Ya kali balik ke dapur ngambil baksonya. Gimana kalo udah Mama makan," monolog Galan dengan helaan napas pasrah di akhir.

Tiba-tiba ada sebuah batu kecil yang sengaja dilemparkan pada tendanya. Galan bangkit, melongo melihat ke dinding tenda.

"Wah, ada yang usil sama gue nih."

Galan bangkit dan membuka resleting tendanya. Ia melihat ke arah teras, ada Rani yang berdiri di sana. Rani sempat menatapnya datar sebelum mengalihkan pandangan ke meja, lalu masuk ke dalam rumah. Galan awalnya bingung, tapi begitu melihat meja tersedia makanan dan minuman, ia paham. Galan tersenyum dan lantas keluar dari tendanya.

Sepiring nasi, lauk dada ayam dan oseng tahu jagung. Walau seadanya, tetapi Galan sangat bahagia. Itu artinya Rani mulai menunjukkan perhatiannya, walau masih terhalang gengsi yang sangat besar.

"Bodo amat Mama bener-bener perhatian atau cuma kasihan, yang penting gue seneng."

***

Hujan sangat lebat disertai dengan petir. Sebelum benar-benar lebat tadi, Galan sudah memindah semua barang-barang dalam tenda ke teras rumah. Kini yang cowok itu lakukan hanya duduk di kursi dengan selimut yang membungkus badannya. Sesekali ia menggigil, mengusap tengkuknya. Galan menoleh pada pintu, ia sedari tadi ragu untuk masuk.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang