Chapter 2 - Aneh

105 8 0
                                    

Happy reading <3
×××

Aku yang tersadar pun menatap laki-laki berambut ikal itu dengan aneh. Sedangkan dia yang kutatap masih menampilkan senyum merekah seakan kata-kata yang dikeluarkan oleh mulutnya adalah suatu hal yang normal.

"Nggak bisa dong Mas, nanti suaranya datang dari mana kalau speakernya dibawa?." Ucapku sambil memegang bagian atas dari speaker dengan menampilkan senyum formalitas. Membuat sikap defensif kepada manusia yang datangnya entah dari belahan bumi bagian mana.

"Beneran nggak boleh? Tapi kasian kita lo mbak, kita nggak kedengeran." Si laki-laki ini masih tetap bersikukuh dengan pendiriannya ingin mengambil speaker milik Arsa. Sambil menunjuk tempat temannya yang tengah duduk disisi lain dari lapangan.

"Masnya kalau mau kedengeran bisa duduk disini aja. Suaranya dijamin sampai ketelinga." Senyum laki-laki itu sedikit menyempit bahunya terkulai layu. Seperti tidak dibelikan mainan oleh ibunya saja. Aku masih mempertahankan senyum formalitasku yang mulai goyah.

"Yaudah deh kalau gitu, saya balik aja." Datang tak diundang, pulang tak diantar. Aneh.

Setelah laki-laki berambut ikal itu pergi aku kembali menuju tempat dimana aku seharusnya berjaga. Tak memikirkan kembali keabnormalan yang baru saja aku alami. Sudah aku katakan, menemukan manusia normal di Niskala itu sama saja dengan mencari jarum ditumpukan jerami. Tak berguna.

×××

Aku mengamati dua kubu didepanku yang saling tarik menarik, mengerahkan segenap tenaganya untuk meraih kemenangan. Untung saja sudah tidak ada aksi baku hantam lagi setelah tadi ditegur oleh guru, alhasil para Arsa dapat bernafas dengan lega.

Tersisa babak final, aku dapat sedikit bersantai dan melipir ikut bersama Rere yang masih sibuk mengobati banyaknya orang yang terluka karena tali tambang yang kasar. Walaupun keberadaanku tidak berguna sebetulnya, karena hanya melihat saja tanpa membantu. Bagaimana mau membantu aku melihatnya saja sudah merasa perih sendiri. Apalagi ketika luka dituangi alkohol. Ughh... aku tidak bisa membayangkan akan sesakit apa.

Disini juga ada panitia lain yang merupakan kakak kelas dari aku dan Rere. Fyi, aku dan Rere masih merupakan junior disini namun diberi tugas lebih karena menjadi bagian dari arsa. Dibandingkan Rere yang aktif mengikuti ekskul lain yaitu PMR, kesibukanku hanya seputar Arsa, Arsa, dan Arsa. Sepertinya nanti hidupku semasa SMA hanya akan diwarnai oleh Arsa, Mungkin. Entah apa yang akan terjadi dalam jangka waktu kurang dari tiga tahun kedepan.

"Mbak-mbak, boleh minta handyplastnya nggak? Soalnya ini temen saya ada yang luka." Aku menengok ke arah sumber suara. What!! Ternyata laki-laki berambut ikal itu lagi. Entah kesialan apa hingga sedari tadi aku bertemu dengan manusia ini.

Rere sangat cepat tanggap, ia mulai menangani luka dari teman laki laki berambut ikal itu. Namun, sepertinya laki-laki absurd ini termasuk kedalam golongan orang yang tidak bisa diam. Buktinya sembari menunggu temannya itu diobati, kini dia kembali menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh lagi.

"Mbak, toilet yang paling deket sama sini mana ya mbak? Saya kebelet soalnya." Aku sangsi bahwa dia menderita demensia³ pada usia muda, amit-amit.

"Kalau yang paling deket sih itu yang di barisan kelas 11, kalau kebelet banget mending mas langsung lari kesana." Sahutku menanggapi pertanyaannya. Agak tidak enak jika tidak menjawab, karena sepertinya orang-orang disini pun juga malas untuk menanggapi pertanyaan yang dilontarkan laki-laki ini.

"Saya nunggu dia dulu aja deh, mbak tau parkiran ada dimana?." Aku sekarang menyesal sudah menanggapi orang aneh ini. Pertanyaannya tambah absurd karena jelas-jelas parkiran ada dibelakang kami persis. Jika dikomik-komik mungkin saat ini dikepalaku sudah muncul perempatan siku serta dengan background asap-asap sehabis terbakar.

"Duh nggak tau mas, mungkin mas bisa tanya ke orang lain." Sahutku dengan kesal. Untung saja teman dari laki-laki ini sudah selesai diobati Rere, jadi mereka berdua bisa pergi dan udara disekitarku pun menjadi lebih segar setelah kepergian laki-laki menyebalkan itu.

"Mbak, itu tadi siapa sih? Orangnya aneh banget." Tanyaku pada salah seorang kakak kelas yang ada disini, setelah kepergian laki-laki aneh itu.

"Oh itu tadi namanya Alka, orangnya emang pecicilan kayak gitu. Lawong biasane dia itu masuk ke kelas-kelas kita sambil teriak-teriak gitu manggil temen-temennya. Jangan heran ya, orangnya memang kayak gitu dari sananya." Jelasnya membuatku hanya dapat tersenyum dengan maklum. Ternyata memang si Alka ini seaneh itu.

Tapi kalau dilihat-lihat lagi sebenarnya dia itu ganteng juga, tapi sayang kelakuaannya minus. Sekarang aku tau ada orang bernama Alka yang hidup dimuka bumi ini. Salah satu dari sekian banyak manusia abnormal di Niskala.

×××

³. Demensia bukan penyakit spesifik, tetapi merupakan sekelompok kondisi yang ditandai dengan penurunan setidaknya dua fungsi otak, seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai.
⁴. Biasanya aja

Ditulis : 8-10-2023
Dipublish : 30-10-2023

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang