Chapter 54 - Serigala, Singa, dan Rubah

26 4 0
                                    

Happy reading <3
+++

Aku tidak menyangka kalau manusia satu ini akan kembali lagi. Aku kira setelah dua minggu berlalu, dia menyerah dan tidak akan datang menggangguku lagi. Namun tebakanku melenceng jauh. Dua minggu dia seperti hilang tertelan bumi, tanpa ada kabar sama sekali tiba-tiba muncul didepanku dengan wajah yang jauh dari kata tampan. Kemana hilangnya wajah rupawan yang selalu didambakan siswi Niskala?.

Wajah Alka babak belur dan seperti mayat hidup. Aku saja sampai miris melihatnya, bagaimana tidak rambutnya acak-acakan, sudut mata dan sudut bibirnya berwarna ungu pudar, matanya seperti tidak tidur berhari-hari, yah satu kata yang mendeskripsikan kondisi Alka saat ini adalah ngenes . Ditengah kondisinya saat ini mukanya masih saja lempeng seperti tidak pernah terjadi apa-apa dengan tubuhnya.

Aku tidak menanyakan kenapa bisa Alka menjadi seperti ini dalam dua minggu, padahal terakhir kali kita bertemu wajahnya masih segar-segar saja. Menurut analisis awalku, satu dia susah tidur, dua dia sedang stress sampai tidak memikirkan penampilannya, tiga pasti stress ini terkait dengan wajahnya yang lebam.

"Nei, mau denger cerita seru nggak?" aku yakin kalau cerita yang akan disampaikan Alka tidak akan seru sama sekali. Aku mengangguk mempersilahkan Alka untuk bercerita.

"Pada jaman dahulu, ada seekor anak serigala yang beranjak dewasa. Hutan tempat dia tinggal penuh bahaya, tapi serigala itu tetap tinggal disana karena sudah terbiasa. Dia hidup sebatang kara, kesepian, sendirian dan penuh luka karena berkelahi dengan singa si raja hutan. Di suatu hari, dia bertemu dengan rubah cantik yang tersesat. Dia rawat rubah itu dengan sepenuh hati hingga kesepiannya perlahan demi perlahan sirna. Dia tidak lagi berkelahi dengan singa karena sudah ada rubah yang menemaninya. Tapi singa tidak suka dan iri jika serigala memiliki teman. Singa mencoba berbagai cara agar rubah pergi meninggalkan serigala. Lagi-lagi singa berkelahi dengan serigala dan berakhir dengan kekalahan serigala, singa ingin langsung melahap rubah agar tidak ada lagi yang menemani serigala. Serigala murka, dia pergi meninggalkan rubah agar rubah tetap aman dari jangkauan singa. Rubah kebingungan, kemana serigala pergi?. Yang tidak rubah ketahui, serigala berkali-kali terluka karena singa,  kekalahan selalu tidak terelakkan. Suatu ketika, singa mati karena tertembak oleh pemburu tentunya serigala senang karena bisa kembali mencari rubah. Tapi serigala salah karena dulu meninggalkan rubah, rubah sudah mendapatkan teman baru dan akhir dari serigala tentunya kembali dengan kesepiannya. Tamat," urai Alka dengan penuh penghayatan. Setelah itu Alka terdiam menunggu tanggapan dariku.

Aku tau, dia menceritakan dirinya sendiri. Dia adalah serigala, aku adalah rubah dan Mahesa adalah singa. Sedari awal dia seperti serigala kesepian yang selalu diam-diam menjilati lukanya seorang diri tanpa ingin seorang pun tahu tentang lukanya. Jika tidak ada pemburu, sampai akhir dia pasti akan hancur sedikit demi sedikit karena terus berkelahi dengan singa.

"Cerita yang cukup menguras emosi. Tapi mas, ada satu hal yang perlu ditekankan disini. Serigala seharusnya sedari awal tahu kalau dia akan selalu mengalami kekalahan jika berkelahi dengan singa, bagaimanapun juga singa tetaplah raja hutan. Kenapa serigala tidak memilih langsung pergi dengan rubah? Agar tidak diganggu lagi oleh singa," cetusku penuh keingintahuan.

Alka terdiam sejenak memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaanku. Matanya menatapku dengan kosong, pancarannya benar-benar sudah meredup seperti bukan Alka yang dulu aku kenal. Delapan tahun sudah merubah segalanya, bukan waktu yang lama tapi sanggup untuk mengubah orang sedemikian rupa.

"Karena hanya ada satu hutan, serigala terjebak di dalam hutan itu dan tidak ada lagi tempat untuk singgah. Singa adalah raja hutan, kemanapun serigala pergi pasti singa akan tahu," ujar Alka, "ajakanmu buat pergi hipnoterapi masih berlaku?" lanjutnya.

Aku ingat, sebelum aku resign menjadi asisten Alka aku pernah menawarinya untuk melakukan hipnoterapi karena dirinya yang susah tertidur. Sepertinya selama berhari-hari ini dia terbayang-bayang dengan ajakanku.

"Masih, kapanpun Mas bisa aku akan mengusahakan untuk menemani. Bukan karena apa, Bude Jum dan Bu Rania sudah menitipkan kamu agar bisa sembuh dari trauma. Aku tidak ingin mengecewakan mereka yang sudah tulus menyayangi kamu," jawabku dengan tulus, bukankah tujuanku menjadi psikolog adalah ini? menjadi perantara agar mereka bisa sembuh dari trauma yang mendera.

"Neisha, kenapa kamu selalu baik?. Aku boleh meminta satu hal lagi?" tanya Alka tidak tahu diri, sudah dikasih hati mau melunjak minta jantung.

"Kalau nggak baik bukan Neisha namanya dan selagi permintaan itu bisa aku sanggupi boleh-boleh saja," balasku menahan diri untuk tidak memukul Alka. Mata Alka menyiratkan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu tetapi kebingungan antara tetap akan mengutarakan atau tidak.

"Boleh aku mengejar kamu lagi? kali ini tidak akan ada lagi kebohongan, aku tidak menjanjikan apapun dengan segala kekurangan yang ada di diriku sendiri. Aku hanya ingin mengejar kamu selagi aku masih bisa melakukan hal itu. Aku tidak ingin harapan itu sirna, kamu tidak perlu merasa terbebani dengan apa yang akan aku lakukan esok hari, ini adalah keinginanku." Alka memasang tampang sungguh-sungguh, aku tidak bisa lagi melihat kebohongan dari mata Alka.

Aku hanya bisa mengangguk, aku paling tahu dengan hatiku sendiri. Rasa sakit delapan tahun ini masih ada, entah bagaimana cara Alka nanti menghapusnya aku hanya bisa mengangguk mempersilahkan Alka untuk mengejarku. Masalah nanti kedepannya aku terima atau tidak tergantung dari usaha Alka nantinya.

+++

Diketik : 2-1-2024
Dipublish : 2-1-2024

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang