Chapter 13 - Culik

34 5 0
                                    

Happy reading
×××

Bel pulang sekolah sudah berdering. Aku membereskan barang bawaanku, setelah itu menyampirkan tasku pada bahu kanan karena bahu kiriku masih sakit. Makanan yang diberikan Alka belum habis setelah tadi aku membagikannya kepada Lana,Cyra dan Aria. Benar-benar sebanyak itu dia memberikan makanan kepadaku.

Lihat saja, sekarang orang itu sudah nangkring di depan kelasku dan bersandar pada pintu kelas. Menghalangi jalan dari teman-temanku karena badan tinggi dari Alka. Dia ini tidak sadar diri sekali, badannya tinggi tegap mengahalangi kroco-kroco dari kelasku.

"Minggir, jangan ngalangin jalan dong." Aku mendorong pelan lengan Alka yang menghalangi pintu. Jika aku tidak segera keluar kasihan teman-temanku tidak berani keluar kelas karena mengenal Alka.

Dia ramah tapi dia terkenal menakutkan jika marah, tapi aku belum pernah melihat dia marah sih. Yang aku tau dia hanyalah manusia biasa di Niskala, tidak ada yang spesial dari itu. Bersama gengnya dia mendominasi di Niskala. Tapi aku tidak mau tau karena itu bukan urusanku. Dekat dengan Alka saja sudah membuat banyak pasang mata menatapku dengan berbeda.

"Mana tasmu tak bawain, tanganmu masih sakit to." Alka mengambil tas yang tersampir di bahuku, aku tidak mencoba menahannya. Daripada nanti aku menjadi skoliosis karena menyampirkan tas yang berat hanya pada satu bahu.

"Ke parkiran dulu aja ya, baru ambil helm di depan." Aku mengikuti langkah Alka yang beranjak pergi. Tidak ingin membantah ucapan Alka.

"Tadi kamu ngasi makanan banyak banget." Disela langkahnya Alka menoleh ke arahku, aku sampai tidak sanggup kembali melihat ke arah Alka.

"Kan aku tadi udah bilang Nei, suka-sukaku lah mau ngasi apa." Alka ini bisa saja, memporak porandakan hati manusia yang lama tak berpenghuni. Receiving giftnya patut untuk diacungi jempol.

Kami sampai di parkiran, aku langsung saja menaiki motor Alka ketika motor itu sudah siap untuk dijalankan. Aku belum memakai helm milikku karena helmku kutitipkan di pos satpam. Jadi kami berdua pergi menuju ke gerbang depan untuk mengambil helm milikku.

"Bisa nggak pakainya?" Aku tau Alka pasti gemas sendiri karena aku tidak kunjung bisa memakai helm dengan satu tangan, tangan kiriku benar-benar sakit walau hanya digerakkan sedikit. Sepertinya pulang dari sekolah aku harus memanggil jasa pijit ke rumahku.

"Bisa kok." Aku masih berkutat dengan helmku agar bisa dengan tepat membuat kepalaku masuk.

"Sini tak pakein aja, kamu kesusahan gitu kok bilang bisa." Alka mengambil alih helm yang berada dalam genggamanku lalu dengan mudahnya memasangkan ke kepalaku.

Jujur aku sudah terbawa suasana yang menjurus ke arah terbawa rasa. Manusia mana yang tidak akan jatuh pada pesona Alka yang sebegitu silaunya. Bentengku saja sudah retak, tidak tau kapan akan jebol. Aku berterima kasih lalu menaiki motor Alka. Sepanjang perjalanan kami berbincang kesana kemari sampai aku baru tersadar kalau ini bukanlah jalan menuju rumahku. Mama aku di culik!.

"Mas, kita mau kemana sih?" Suaraku beradu dengan angin yang kencang. Alka sepertinya hanya ingin bermain-main dengan ketakutanku kali ini.

"Bentar lagi nyampe."

"Kebiasaan ih, ditanya mau kemana nggak dijawab" Aku memukul pelan bahu Alka. Dia ini selalu saja membuat aku kesal.

Kota S hanyalah kota kecil, dan jalanan yang aku telusuri hari ini sudah mengarah ke pinggiran Kota. Masih ada rumah-rumah di sepanjang kanan dan kiri dari jalan yang kami lalui. Aku tidak tau kenapa juga sore-sore begini Alka malah membawaku pergi menjauhi hiruk pikuk di tengah kota. Semoga saja aku pulang dengan selamat.

Aku tidak familiar dengan jalanan di sini. Bisa dikatakan bahwa aku memang orang yang jarang sekali mengelana ke sudut-sudut kota. Lingkungan disini masihlah lingkungan padat penduduk, menurutku tidak terlihat akan ada sesuatu yang menarik disini. Sebenarnya orang ini mau menculikku kemana sih.

Motor Alka berbelok ke arah sebuah rumah yang jika dilihat dari kasat mata terlihat seperti rumah orang yang memiliki kecukupan berlebih. Aku menoleh kesana kemari mencoba mencari informasi dimana kiranya sekarang ini aku berada. Sebuah plang besi bertuliskan nama dari seorang manusia dengan berbagai gelar dalam bidang kedokteran menyapa penglihatanku. Alka mengajakku ke dokter?.

"Udah ayo turun, ngapain malah bengong di motor." Aku menjadi linglung sampai-sampai Alka yang sudah melepaskan helmku pun aku tidak sadar. Aku turun dari motor sambil menatap Alka dengan tidak percaya.

"Ini kenapa kita kesini?." Alka yang aku tatap malah memasang wajah yang bertanya-tanya seperti berpura-pura bodoh saja.

"Ya ngobatin kamu lah, kan ini kita mau ke dokter." Ini kenapa tiba-tiba jadi begini?, aku kesal dengan Alka. Dia ini selalu saja tidak meminta pendapatku terlebih dahulu. Kan cerita aku yang sakit, kenapa malah dia yang jadi repot.

"Mas Alka, sudah menunggu lama ya, mari masuk." Aku yang ingin mendebat Alka terinterupsi oleh seorang pria yang mengenakan jaz putih khas dari seorang dokter. Alka berjalan mendahuluiku, dengan terpaksa aku mengikuti.

Bukan karena apa aku kesal dengan Alka, masalahnya aku takut ditanya-tanyai oleh dokter. Kalau tidak ada Mama, mana berani aku datang ke dokter sendirian. Dan sekarang, aku ingin Mama.

×××

Diketik : 11-11-23
Dipublish : 20-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang