Chapter 35 - Saga vs Alka

26 4 0
                                    

Happy reading<3
+++

"Ncen as* tenan, maksutmu opo su lungo teko lungo. Ra ngelingi nek koe ki ndue konco ndue yang. Ta*¹⁰." Saga mengangkat kerah baju Alka, Alka masih saja terdiam seperti sedang mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Astaghfirullah Kak, heh lepasin orang sakit malah digituin." Aku mencoba memisahkan Saga dari Alka, disclaimer aku pura-pura memisahkan. Melihat Alka yang ditonjok oleh Saga sedikit melegakan hatiku yang aslinya masih marah dan sakit hati.

"Nei, kamu mending minggir daripada kena tonjok. Masalah ini nggak bisa kalau berhenti gitu aja." Langsung saja aku minggir ke pojokan ruangan, membebaskan Saga untuk berbuat semaunya kepada Alka. Lumayan kan kalau aku dapat siaran langsung baku hantam.

Alka mulai melawan ketika Saga meluapkan semua kemarahannya. Saga adalah teman Alka sedari Sekolah Dasar, maka dari itu aku tau kalau Saga pasti sangat kecewa karena kepergian Alka yang tanpa kabar, aku pun juga kecewa. Tapi aku sedikit salut karena dulu keluarga Alka termasuk low profile, sampai kami pun tidak tau kalau sebenarnya Alka adalah keturunan darah biru alias orang berada.

Hampir sepuluh menit berlalu akhirnya game over, poin yang diterima adalah 1-0 dengan Saga adalah pemenang dari ronde ini. Aku tidak berharap akan ada ronde berikutnya sih. Setelah semuanya mereda aku kembali mendekati ranjang Alka, Saga masih dalam mode senggol bacok dan sekarang aku harus menenangkan mereka agar suasana menjadi aman damai dan sentosa kembali.

"Udah puas?." Saga menggeleng dan masih saja menatap Alka serasa ingin menerkam.

"Yaudah sana lanjut, aku mau pulang. Sepet aku lihat kalian berantem." Aku langsung balik badan dan mengambil tas selempang milikku. Aku baru teringat kalau aku belum mandi, tadi hanya cuci muka dan gosok gigi. Saga memanggil-manggil aku yang sudah keluar dari ruangan, tapi aku tidak peduli. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, masalahku nanti dulu.

Kemarin motor ganti rugi dari Arkan sudah datang, bertepatan dengan keluarnya aku dari rumah sakit. Tapi tentunya aku masih belum bisa mengendarai motor itu karena tangan dan kakiku yang masih sakit, kalau dilihat secara seksama caraku berjalan sebenarnya sedikit pincang. Jadilah aku bermodalkan ojek online agar bisa sampai di kontrakan milikku. Rumah ini tidak begitu besar hanya satu lantai dengan dua kamar tidur, yang satu aku gunakan untuk tidur dan satunya lagi aku alih fungsikan sebagai kantor mini.

Aku menyewa orang untuk rutin membersihkan rumah dan merawat tanaman yang aku tanam di depan. Hidup sendirian di kota orang selalu membuat aku rindu rumah, aku benar-benar harus pulang ke rumah akhir bulan ini. Semoga saja tidak akan ada jadwal mendadak yang harus aku lakukan.

Badanku lengket sekali, aku akan mandi lalu beristirahat dan kembali lagi ke rumah sakit. Aku juga harus mengabari ibu Rania kalau Alka sedang sakit. Aku jadi bingung, Alka ini termasuk orang penting tapi kenapa tidak ada yang khawatir dengan keadaannya?. Dunia orang kaya memang lain.

+++

Aku ketiduran cukup lama, sampai yang awalnya matahari masih di timur sekarang matahari sudah tepat di atas kepala. Aku tarik kata-kataku yang menyatakan kalau aku adalah asisten yang loyal. Nyatanya aku tidak selalu ada ketika Alka membutuhkan. Aku juga harus memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapatkan kepercayaan dari Alka, Kai, dan Arkan. Aku ingin semua ini cepat selesai, dan segera lepas dari pekerjaan yang melelahkan hati ini.

Aku menenteng kantung kertas berisikan makanan untuk aku cerna. Untung saja keadaan Alka menjadi lebih baik, setelah aku menemui dokter Alka bisa pulang besok. Tidak tau pagi, siang, atau sore karena harus melewati tahap observasi terlebih dahulu. Aku baru ingat kalau tadi aku meninggalkan Alka bersama Saga hanya berdua. Semoga saja ruangan Alka tidak tiba-tiba berubah menjadi kapal pecah.

Cklek

"Neiii, ini orang siapa sih. Aku nggak kenal kok ngaku-ngaku." Aku terkejut ketika tubuh tinggi melintas dengan cepat di depanku lalu berdiri di balik badanku. Ini dia tidak sadarkah, badannya yang bongsor itu tidak mungkin bisa tertutupi dengan badan kecilku ini. Aku melihat Saga masih ada di dalam ruangan ini dengan wajah yang kebingungan dan masih seperti akan mengajak orang untuk ribut.

"Mas Arkaannn, kok infusnya dicopot sih?! Balik lagi ke kasur, cepetaannn." Aku menarik tangan Arkan untuk kembali mendekati ranjang, kenapa coba dia jadi lebih sering muncul seperti ini. Aku tidak melihat ada semacam pemicu khusus hingga akhirnya dia muncul.

"Arkan?." Saga menatapku dengan bertanya. Saking sibuknya dengan Arkan aku sampai lupa kalau Saga masih ada di ruangan ini.

"Kak, nanti aku jelasin. Mas duduk, kamu itu masih sakit." Saga akhirnya diam, aku kembali fokus pada Arkan dan menekan tombol agar dokter datang untuk memasang kembali infus Arkan.

Setelah infus Arkan kembali benar, akhirnya aku keluar dari ruangan ini bersama Saga. Banyak hal yang harus aku luruskan tentang semua permasalahan ini dan kenapa bisa sekarang Alka bersamaku.

+++
¹

⁰. Memang anj*ng banget, maksudmu apa nj*ng pergi tinggal pergi. Nggak keinget kalau kamu punya teman, punya pacar. Ta*

Diketik : 1-11-23
Dipublish : 9-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang