Chapter 25 - Kantor

30 5 0
                                    

Happy reading<3
+++

Setelah menunggu selama hampir 3 minggu untuk menyelesaikan masalah data diriku yang sedikit dipalsukan, tentu aku tau ini menyalahi aturan tapi mau bagaimana lagi? tuntutan pekerjaan. Dan lagi, namaku tidak berubah tetap sama seperti yang tertera di dalam KTPku yang berubah hanyalah aku menjadi lulusan jurusan Manajemen padahal aku hanya menjadi lulusan psikologi.

Jika kalian bertanya bagaimana nantinya aku bisa menyelesaikan tugas-tugasku sebagai asisten dari Alka, kalian lupa? aku juga punya seorang asisten yang siap sedia aku berikan tugas-tugas untuk dia kerjakan. Masa kuliahku juga tidak sia-sia karena aku masih bisa mengerjakan data-data yang bisa dibilang lebih kompleks lagi.

Hari senin, hari pertama aku menjalani tugas sebagai terapis sekaligus asisten dari Alka. Hatiku rasanya berdegup kencang, bagaimana aku harus bersikap jika nanti bertatap muka kembali dengan Alka. Delapan tahun berlalu dan aku menunggu waktu dimana aku bertemu kembali dengan Alka tapi sekarang rasa-rasanya aku menyesal sudah menerima misi ini. Hatiku tidak kuat.

Aku berangkat diantar oleh Bara, pacarku. Aku kenal Bara dari salah satu temanku semasa kuliah. Bara orang yang menyenangkan dan satu frekuensi dengan spektrum otakku. Aku tidak tau apa itu cinta, yang aku tau aku suka dan merasa senang bersama dengan Bara. Bara memperlakukanku dengan baik, sangat baik malahan. Tapi lagi-lagi entah kenapa aku tidak bisa selepas itu berbicara dengan Bara, terlepas dari pekerjaanku yang bersifat rahasia aku tidak bisa ngatakan masa laluku dengan bebas.

"Kamu kok pindah kerja lagi kenapa? Nggak kerasan⁹?." Bara yang sedang menyetir mobil yang membawa kami menoleh ke arahku yang duduk manis lengkap dengan setelan kantor yang melekat di tubuhku, bukan lagi dengan seragam putih yang biasa aku gunakan sebagai psikolog.

"Nggak cocok aja sama tempat kerja yang sebelumnya. Tim HRD pada nggak enak." Aku mencoba mencari-cari alasan yang sekiranya bisa diterima oleh Bara.

Bara tau kalau aku adalah lulusan psikologi yang dia tidak tau adalah aku mengambil konsentrasi psikologi klinis bukan psikologi industri. Jadi, walaupun aku bisa masuk ke kantor sebagai seorang HRD tapi kemungkinannya tidak begitu besar. Dan juga sekarang ini aku bekerja sebagai seorang asisten, bukan staff HRD.

"Semoga yang kali ini betah ya, aku kasian lihat kamu kayaknya capek gitu ganti-ganti tempat kerja terus." Bara mengambil salah satu tanganku untuk dia pegang dan menggenggamnya dengan satu tangan lagi memegang setir, aku hanya membiarkannya saja.

"Iya, kamu juga jangan kecapekan nanti sakit lagi kaya kemarin." aku melirik Bara dengan lirikan mautku, dia kemarin sempat sakit karena terlalu memforsir tenaganya untuk bekerja. Fyi, Bara bekerja sebagai Manager Marketing di suatu perusahaan yang bergerak di bidang elektronik

"Hehehe, Kalau yang itu aku nggak janji. Okey udah sampe, semangat ya sayangku." Cup, Bara mengecup singkat tanganku yang digenggamnya. Aku tertawa singkat lalu mengusak rambut Bara yang sudah tertata rapi.

"Kamu juga, nanti jangan lupa jemputnya jam 5 ya. See you." Aku keluar dari mobil Bara. Lalu melambaikan tangan kepada Bara, Bara ikut melambaikan tangan dan berlalu pergi dari pelataran kantor yang berdiri dengan megah di belakangku.

Setelah melihat mobil Bara hilang tertelan jarak, aku berbalik dan menarik nafas agar menjadi lebih relaks. Aku rasanya ingin memanggil Bara untuk kembali dan membawaku pulang, tapi sudah sampai titik ini masa aku akan putar balik?. Aku memasuki lobi dari perusahaan yang di kepalai oleh Mahesa, ayah Alka yang sudah tiada.

Perusahaan ini bergerak di bidang dagang dan perhotelan. Aku saja tidak menyangka bahwa ternyata Alka keturunan darah biru, pantas saja Mahesa bisa menutupi keberadaan dari Alka dari mata dunia.

Aku langsung saja masuk ke dalam kantor dengan menggunakan Kartu Identitas Kerja --KIK-- yang aku miliki. Tidak perlu sampai harus mendrama ke bagian resepsionis terlebih dahulu, menurutku itu tidak penting. Kemarin aku sudah melakukan meeting online dengan asisten Alka yang sebelumnya, beliau menjelaskan tentang hal apa yang harus dan tidak harus dilakukan selama bekerja di perusahaan ini. Jadi, aku tidak perlu pusing-pusing lagi untuk menanyai orang tentang arah perusahaan karena aku sudah lengkap dipersenjatai dengan berbagai hal.

Lift yang aku naiki bergerak dengan cepat menuju ke lantai 10 ada orang yang harus aku temui untuk membawaku ke lantai paling atas di gedung ini, gedung pencakar langit yang awalnya hanya bisa aku lihat dari kejauhan kini bisa aku masuki dengan menjadi seorang psikolog yang alih profesi.

Ting

Aku melangkahkan kakiku keluar dari lift terlihat seorang pria bertubuh sedikit tambun yang berdiri sambil tersenyum ramah ke arahku.

"Mbak Kaneisha, mari saya antar ke ruangan Pak Kai." Tidak ada sedetik aku keluar dari lift aku diharuskan lagi untuk memasuki lift mengikuti Pria yang aku tau bernama Sakti, dialah yang ditugaskan untuk mengantarkan aku menuju Alka. Aku tidak tau kenapa Alka harus dipanggil dengan nama Kai, atau karena namanya adalah Alkaezhar?.

Rasa ingin pulang lagi-lagi mendera hatiku, bagaimana ini siapa yang ingin mendonorkan keberaniannya untukku gunakan. Aku sekarang sedang kekurangan keberanian untuk bertemu Alka. Sekarang aku menyesal.

+++

Diketik : 23-11-23
Dipublish : 30-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang