Chapter 22 - Misi

25 5 0
                                    

Happy reading<3
+++

Waktu ternyata berlalu begitu cepat, sekarang aku sudah seperempat abad menjalani kehidupan di dunia. Sudah dua tahun aku berkarir di bidang psikologi. Aku beruntung dapat masuk ke suatu badan psikologi dan mendapatkan job desk yang cukup menantang diri. Badan psikologi ini bersifat rahasia, ceritanya sangat panjang tentang bagaimana bisa aku memasuki badan psikologi ini. Singkatnya aku bisa masuk karena beasiswa yang aku peroleh untuk melanjutkan pendidikan S2.

Sebenarnya bisa dikatakan kalau badan psikologi ini adalah klinik psikologi biasa, yang menjadikannya luar biasa adalah kami menerima sebuah 'misi' dimana kami harus melakukan terapi kepada klien tanpa disadari oleh klien itu sendiri. Kenapa bisa begitu? Ada banyak alasan yang mendasari kenapa kami tidak diperbolehkan memberitahukan klien.

Salah satunya adalah klien sebenarnya tidak mau untuk datang ke psikolog maupun ke psikiater. Jadilah keluarga pasien yang mengajukan konsultasi untuk klien. Disisi lain kami harus mencoba untuk mendekati klien dan meredakan gejala yang diderita oleh klien, jika bisa kami juga diperkenankan untuk menyembuhkan klien. Aku juga sudah beberapa kali melakukan terapi tanpa disadari oleh klien, dari mencoba untuk berteman dengan klien, dan melakukan percobaan-percobaan lain yang memungkinkan aku untuk mendekati klien dan mendapatkan kepercayaan klien.

"Mbak Kaneisha dipanggil Pak Baskara diminta ke ruangannya." Aku yang sedang menganalisis data dari klien yang baru saja berkonsultasi denganku sedikit tersentak kaget ketika Sana --Asistenku-- tiba-tiba membuka pintu ruanganku tanpa permisi.

"Astaghfirullah San, lain kali ketuk pintu dulu bisa kan?." Aku menegur Sana yang berperilaku kurang sopan. Kalian pasti tau kan rasanya kaget itu sangat amat tidak enak.

"Maaf Mbak, lain kali nggak lagi deh. Jangan lupa ya Mbak dipanggil Pak Baskara." Sana lagi-lagi pergi tanpa permisi. Duh kalau bukan asistenku sudah aku buang dia ke lautan.

Aku sepertinya harus mengajukan pergantian Asisten ke Pak Baskara. Aku sudah tidak kuat jika harus tetap bersama dengan Sana karena bukan sekali dua kali lagi dia melakukan hal itu. Tanpa sopan santun. Aku beranjak dari dudukku lalu segera pergi ke ruangan Pak Baskara, Pak Baskara adalah atasanku di Badan Psikologi ini. Kurang lebih aku sudah bisa memperkirakan kenapa Pak Baskara memanggilku ke ruangannya, seperti biasa pasti ada 'Misi' yang harus aku emban lagi setelah tugasku yang sebelumnya sudah selesai.

Tok..Tok..

"Masuk." Terdengar suara yang berasal dari dalam ruangan Pak Baskara. Aku membuka pintu lalu segera masuk ke dalam ruangan. Pak Baskara mempersilahkan aku untuk duduk di hadapannya.

"Sudah tau kan kenapa saya panggil kamu, Kaneisha?." Aku mengangguk, jika sudah seperti ini dipastikan 100% pasti akan ada 'Misi' untuk diriku.

Pria paruh baya itu memberikan satu buah map merah kepada diriku. Pasti berisi data diri klien. Aku mengambil map itu dan membukanya, badanku sedikit membeku tapi profesiku sebagai psikolog membuatku tidak bisa terang-terangan memperlihatkan perubahan suasana hatiku. Aku lamat-lamat menatap Pak Baskara.

"Bagaimana kondisi awalnya?." Tanpa sadar aku membuat map yang aku pegang sedikit berkerut pada bagian ujungnya. Aku harus bisa mempertahankan ketenanganku yang akan goyah.

"Sedikit susah dijelaskan, besok ada keluarganya yang akan menjelaskan keadaan dari klien ini. Kamu akan mengambil misi ini atau tidak?." Aku bimbang, tidak pernah aku sampai pada posisi ini. Berada pada posisi yang aku pun bingung harus mengambil pilihan apa.

"Saya harus mengetahui kondisi klien dengan lebih jelas sebelum saya dapat mengambil keputusan." Aku sedikit takut dengan apa yang akan aku hadapi esok. Setelah bertahun-tahun berlalu aku masih saja tidak bisa lupa akan sakitnya.

"Saya menghargai pendapat kamu, kamu bisa membawa map itu dan silahkan kembali." Untung saja Pak Baskara bukanlah orang yang suka memaksa, kami para bawahannya tidak pernah sekalipun dipaksa untuk menjalankan misi yang diberikan oleh Pak Baskara. Karena jika salah satu dari kami tidak ingin pasti tugas itu akan dilemparkan ke rekan yang lainnya.

"Maaf Pak, sebelum itu saya boleh meminta satu permintaan?."

"Silahkan."

"Apakah saya boleh mengganti asisten pak?. Karena saya merasa, saya kurang cocok dengan Sana." Aku harap-harap cemas dengan jawaban dari Pak Baskara. Semoga saja bisa terkabul.

"Baik, saya akan mengganti Sana dengan asisten yang baru." Ternyata tanpa banyak bertanya Pak Baskara langsung mengabulkan keinginanku. Aku masih harus sangat teramat bersyukur memiliki atasan seperti Pak Baskara.

"Terimakasih Pak, saya ijin kembali ke ruangan saya." Aku tersenyum dan berbalik badan untuk kembali ke ruanganku.

+++

"Hahhh." Aku menghela nafas panjang, hari ini terasa begitu berat. Kenapa harus sekarang?. Ternyata aku memang masih belum sembuh sepenuhnya.

Akhir-akhir ini pikiranku juga sedang kalut, apalagi memikirkan tentang pacarku yang baru menjalin hubungan denganku selama 3 bulan ini. Aku merasa ada sesuatu yang membuat hatiku kadang merasa kalau ada suatu hal yang membuat aku tidak bisa sepenuhnya percaya dengan Bara, pacarku.

+++

Diketik : 20-11-23
Dipublish: 27-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang