Chapter 48 - Tidak menyangka

30 5 0
                                    

Happy reading<3
+++

Sekarang aku sedang berada di klinik. Kebetulan Aku diberikan libur setengah hari karena Alka sedang ada kegiatan lain dan aku tidak harus mengikuti dia. Jadilah mumpung aku ada waktu luang aku menyempatkan diri untuk datang ke klinik sekedar untuk menyapa asistenku dan beberapa rekan kerjaku. Aku juga belum melaporkan perkembanganku ke Pak Baskara, semoga beliau ada di ruangannya.

"Mbak Kaneisha, tinggal satu bulan lagi ya?. Mbak habis tugas yang ini mau langsung ambil tugas yang lain?." Aku menggeleng pelan menanggapi pertanyaan dari Sana. Biasanya setelah menjalani tugas aku akan memberikan sela waktu satu sampai dua bulan untuk mengambil tugas baru.

"Nggak dulu deh San, aku habis ini mau stay di klinik dulu. Mau healing soalnya stress jadi budak korporat. Mending aku nanganin anak tantrum, bukan malah jadi aku yang tantrum." Sana terkekeh pelan menanggapi candaanku yang aku tau itu sangat garing.

"Aku ngikut mbak aja, oh iya kemarin beberapa klien mbak yang aku alihkan ke mbak Poppy pada nanyain mbak kemana. Mereka maunya konsul sama mbak Kaneisha." Duh, ternyata keberadaanku sebegitu berartinya untuk klien klien ku tersayang. Aku jadi terharu.

"Besok kalau aku udah selesai kamu alihkan lagi aja ke aku, biar nanti aku sendiri yang minta data observasi sama analisa ke Poppy. Udah dulu ya, aku harus ke Pak Baskara." Aku berdiri dari dudukku dan keluar dari ruangan setelah Sana mengangguk menanggapi perkataanku.

Disepanjang lorong klinik beberapa kali aku menyapa orang-orang yang berpapasan denganku. Saat lebih dekat dengan ruangan Pak Baskara aku mengernyit bingung, kenapa tumben sekali di depan ruangan Pak Baskara kosong. Biasanya ada beberapa klien yang menunggu giliran untuk berkonsultasi, atau Pak Baskara sedang tidak ada di ruangannya?. Karena penasaran aku berjalan lebih dekat lagi, pintu ruangan Pak Baskara sedikit terbuka pasti asisten Pak Baskara lupa menutup pintu.

"Saya ingin kontrak itu diperpanjang lagi. Tujuan saya belum terpenuhi jadi saya tidak ingin kontrak itu usai." Aku menaikkan sebelah alisku, sepertinya aku mengenal suara ini. Akhirnya aku diam di depan pintu Pak Baskara, tidak bermaksud untuk menguping hanya saja telingaku mendengar suara-suara yang bersumber dari ruangan ini.

"Mohon maaf, saya tidak bisa berjanji Pak. Anda tau sendiri Kaneisha orangnya seperti apa, jika ada yang tidak sesuai dengan keinginannya pasti dia akan menolak." Aku menegang, ada apa Pak Baskara menyebut namaku. Aku menjadi merasa semakin tidak beres dengan semua ini.

"Saya tidak mau tau, sudah cukup saya menunggu selama bertahun-tahun. Setelah bajingan itu mati seharusnya saya bisa mengambil milik saya kembali. Tadi dia sudah terlalu jauh." Lawan bicara Pak Baskara berkata dengan dingin, sekarang aku yakin dia siapa.

"Saya sudah menuruti anda dari awal. Sampai sekarang semuanya juga sudah berjalan sesuai dengan keinginan anda. Jadi, untuk yang satu ini saya tidak bisa menjanjikan apapun. Semua keputusan ada di tangan Kaneisha. Jika Kaneisha tidak ingin melanjutkan maka anda harus mencari cara lain." Ternyata benar saja, semuanya bukanlah kebetulan belaka.

Ada seseorang dibalik layar yang menggerakkan aku untuk bertemu lagi dengan Alka dan serangkaian kejadian yang kami alami. Semuanya diatur sedemikian rupa sehingga aku pun juga tidak sadar dengan permainan yang dia lakukan. Aku bodoh ya? Sudah tau pernah disakiti, pernah ditinggalkan tapi mau-mau saja masuk ke dalam perangkapnya. Aku kecewa, jika dari awal dia ingin bertemu denganku kenapa harus memakai cara seperti ini. Kenapa tidak dari dulu saja setelah dia menghilang dia langsung mencari aku.

Ternyata semuanya memang sudah terencana dengan apiknya. Ternyata energi yang aku buang selama ini percuma. Aku sudah masa bodo dengan ego masa laluku yang tidak akan puas, aku sudah kecewa. Pintu ruangan Pak Baskara tiba-tiba terbuka. Orang yang membuka pintu itu terkejut, sedangkan aku hanya menatap datar dia.

"Kamu kok disini Nei?. Kamu mau konsul sama Pak Baskara?." Dibalik pertanyaannya yang santai, matanya terlihat mengelak dariku. Dia panik karena aku disini.

"Tidak usah berpura-pura lagi. Anda tidak sakit dan saya tidak perlu ada lagi. Kontrak itu berhenti sampai disini selamat tinggal dan jangan mencari saya lagi." Aku memutuskan kontrak secara sepihak, aku langsung berbalik dan pergi tidak menghiraukan Alka yang memanggil namaku berulang kali.

Aku kecewa, aku merasa tertipu. Sudah delapan tahun berlalu tapi ternyata rasa sakitnya masih sama. Masa mudaku terbuang percuma dengan dia. Harapan yang mulai tumbuh, pupus sudah. Aku merasa seperti marionette yang digerakkan oleh sang manipulator di belakang layar. Semua gerakanku diatur dan dengan bodohnya aku tidak menyadari hal itu. Dan membiarkan semuanya terjadi begitu saja.

+++

Diketik : 21-12-23
Dipublish : 25-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang