Chapter 50 - Pernikahan Aria

25 5 0
                                    

Happy reading<3
+++

Aria cantik sekali, gaun putihnya menambahkan kesan anggun ketika ia kenakan. Mataku berkaca-kaca ketika melihat dia dituntun perlahan oleh keluarganya untuk duduk di samping Saga. Aku tidak menyangka ternyata secepat ini satu persatu temanku menikah. Hari ini pasti akan datang, hari dimana kita akan sibuk dengan masa depan. Semuanya akan mulai fokus pada keluarga mereka masing-masing.

Sebentar lagi pasti Lana akan menyusul, hanya tinggal aku yang masih saja setia tanpa pasangan. Aku masih trauma dengan yang sudah-sudah. Hatiku tidak terbuat dari baja yang tahan banting. Aku terlalu takut untuk ditinggalkan lagi.

"Nei, nggak mau coba buat buka hati lagi?. Siapa tau habis dari ini ada yang nyantol satu." Lana menyenggol pelan bahuku mencoba membuat aku mengedarkan pandangan untuk melihat apakah ada yang bisa menembus relung hatiku.

"Suutt, nggak dulu. Luka lama belum sembuh." Aku mengisyaratkan Lana untuk diam dengan jari telunjukku yang kudekatkan ke bibir. Sudah aku katakan aku tidak kuat untuk kembali tersakiti.

"Yakin nggak iri lihat kita semua sekarang udah ada gandengan situ nggak. Pasti habis pulang dari sini ngerengek ke Mama minta jodoh." Aku mendengus kesal mendengar penyataan Cyra yang kini tengah menggandeng suaminya.

"Ah tau lah, ngambek aku. Bye!." Aku berbalik untuk menjauhi apitan dari Lana dan Cyra yang masing-masing didampingi oleh pasangannya. Kupingku rasanya sudah panas mendengar ocehan mereka berdua.

"Loh Nei mau kemana?."

"Kamar mandi." Aku tetap menjawab pertanyaan Lana selagi aku semakin menjauh.

"Dia hai ini dateng kan?. Kasihan mereka berdua itu aslinya sama-sama nunggu tapi ..." Samar-samar aku mendengar suara Lana dan Cyra yang saling berbincang sampai akhirnya tertela oleh hiruk pikuk orang-orang yang ada di ballroom hotel ini.

Toilet berada lumayan jauh, aku cukup menyesal memakai high heels hari ini. Pasti nanti sesampainya di rumah kakiku akan lecet-lecet. Setelah menuntaskan hajatku di toilet aku kembali berjalan menuju ke venue. Semakin dekat semakin ramai sekali, aku rasa energi sosialku akan habis.

Aku masuk ke dalam ruangan VIP khusus untuk teman dekat dan keluarga dari Aria dan Saga. Aku mengedarkan pandanganku mencoba mencari keberadaan Lana dan Cyra. Dalam jarak pandang yang cukup jauh aku dapat melihat Lana yang melambaikan tangannya ke arahku. Untung saja aku masih bisa melihat dia. Dia dan Cyra ada di sebuah meja bundar yang bisa menampung tujuh orang. Seharusnya tadi hanya ada kami berlima -aku,Lana dan pacarnya serta Cyra dan suaminya- tapi kenapa ketambahan dua orang lagi yang aku tidak tau siapa karena membelakangiku.

"Kok lama banget sih Nei, semedi dulu di kamar mandi?." Cyra memprotes aku yang pergi terlalu lama. Bagaimana tidak lama, jalanku saja seperti putri Solo karena alas kaki yang aku pakai.

"Iya, semedi dulu biar dapet jodoh." Aku duduk di kursi kosong tanpa melihat dua orang tambahan di antara kami karena membalas protesan Cyra.

Blarr

Seperti ada guntur yang menyambar kepalaku ketika aku menoleh untuk mengecek siapa gerangan yang ikut duduk bersama kami. Bagaimana bisa manusia satu ini ada disini?. Aku menyesal duduk disini, lebih baik tadi aku ikut mengantri tengkleng saja di luar sana daripada harus duduk berdampingan dengan dia. Aku hanya menyunggingkan senyum terpaksa untuk dia. Ya Allah kenapa bisa hambamu ini ada di situasi mencekam.

"Hai Nei, lama nggak ketemu kita." Aku mengalihkan pandanganku ke samping Alka, ternyata ada Dimas. Aku menjabat tangan Dimas mencoba mengalihkan kecanggungan yang aku derita.

"Nei, kayaknya habis ini ada lempar bunga deh. Kesana yuk." Aku tahu, pasti Lana mencoba menyelamatkanku dari situasi tidak enak ini. Aku mengangguk lalu bangkit bersama Lana untuk datang ke depan panggung kedua mempelai.

Cyra ingin ikut tapi ditahan oleh suaminya, kalau dia dapat masa mau nikah dua kali. Aku memegang erat lengan Lana mencoba meraih kayu apung ketika aku tenggelam di tengah samudera yang tercipta oleh kedatangan Alka. Lana hanya diam membiarkan aku melakukan hal semauku.

Aku sudah berada di depan panggung. Tidak ada harapan besar untuk aku bisa mendapat bunga dari Aria. Kalau dapat pun dengan siapa? Toh ini hanya seru-seruan belum tentu yang dapat akan menikah. Aku berada pada barisan belakang dengan Lana tidak ingin terlalu berdesak desakan dengan manusia-manusia di depan sana.

"Satu....Dua...Tiga..." Saat bunga itu melayang aku merasa seperti sedang ada efek slow motion untuk bunga itu.

Eh loh bunganya kenapa kemari. Reflek aku menangkap bunga yang akan jatuh di depanku. Badanku langsung membeku ketika tersadar bahwa bunga sekarang berada di pelukanku. Kenapa hokiku malah terpakai sekarang coba.

"Selamat untuk teman jombloku tersayang Kaneisha, habis ini doa dapet jodohnya bakalan terkabul. Aamiinn" Aku tidak tau harus berkata seperti apa ketika suara Aria yang  mendoakanku menggema di seluruh ballroom ini. Mama sekarang aku menyesal berdiri disini. Aku takut membangun hubungan baru. Umur 25 tahun belum terlalu tua bukan?.

+++

Diketik : 27-12-23
Dipublish : 27-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang