Chapter 14 - Official

30 5 0
                                    

Happy reading
×××

Aku hanya melebih-lebihkan rasa sakit yang aku alami. Setelah dokter memeriksaku aku didiagnosa terkilir. Tentu, ini bukanlah suatu penyakit yang segitu parahnya sampai-sampai Alka membawaku ke dokter. Dokter mewanti-wanti aku agar tidak melakukan hal-hal berat dengan tangan kiriku lalu memberiku sekantong penuh obat anti inflamasi.

Aku dan Alka akhirnya beranjak pergi dari pekarangan rumah dari Dokter yang kini kutahu bernama Dokter Saka. Sekarang aku menjadi bingung, kenalan Alka segitu banyaknya kah? Sampai-sampai dia kenal akrab dengan Dokter Saka.

"Aku cuma kekilir lho, kenapa heboh banget harus dibawa ke Dokter." Disatu sisi aku akan meleleh karena perhatian dari Alka, disisi lain otakku masih bekerja secara logis. Karena memang aku dan Alka sebetulnya hanyalah dua orang yang saling mengenal tidak lebih dan tidak kurang.

"Malahan aku mau bawa kamu ke Dokter dari sejak di UKS tadi. Tapi pasti kamu nggak mau." Aku reflek memukul pelan bahu Alka hingga stang motor Alka sedikit oleng. Untung tidak jadi terjatuh untuk yang kedua kalinya.

"Ya jelas lah aku nggak mau, lawong aku jatuh biasa aja. Tanganku tok yang nggak bisa digerakin malah pake acara dibawa ke Dokter. Lho lho lho mau belok kemana lagi ini." Aku menyerukan protesanku kepada Alka, tapi sepertinya Alka ini menutup rapat-rapat telinganya dari protesanku.

Kini kami kembali mampir ke satu tempat yang bisa dibilang adalah sebuah cafe yang berisi banyak sekali manusia-manusia gaul. Kami terlihat mencolok karena di badan kami masih lengkap terpasang seragam Niskala. Aku heran kenapa selalu saja ketika akan memasuki cafe banyak orang tiba-tiba menoleh, kan aku menjadi minder takut aku melakukan suatu kesalahan. Padahal aku tau kalau mereka hanya reflek.

Alka kembali membantuku mencopot helm lalu membawakan tasku. Ini bisa-bisa tanganku malah dikira useless karena apa-apa dibantu. Terserahlah apa kata mereka tidak kenal juga. Lagi dan lagi sepertinya Alka ini kenal dengan siapapun, ketika masuk ke dalam Cafe Cloudy ini dia sudah mulai menyapa barista-barista yang ada. Baristanya pun hafal Alka suka memesan apa.

"Nei, jangan yang pedes dulu ya." Aku melotot pada Alka sampai rasanya bola mataku akan keluar, yang benar saja tanpa cabai bisa-bisa makananku hambar.

"Nggak mauuu, Aku maunya Katsu hot lava satu sama minumnya es jeruk less sugar. " Alka mau tidak mau menuruti keinginanku, aku mengeluarkan dompet dari dalam tasku untuk membayar pesananku. Kini giliran Alka yang memelitotiku.

"Heh, mau ngapain?!" Aku kalah cepat dengan Alka yang sudah memberikan selembar uang merah ke kasir, mbak-mbak penjaga kasir pun sepertinya akan tertawa karena melihat tingkah kami yang baru diam sedetik sudah akan berkelahi lagi.

"Malah diem aja, ayo." Dengan setengah hati aku mengikuti langkah Alka. Masih setengah tidak rela dan tidak enak karena pasti hari ini Alka sudah mengeluarkan banyak uang untukku.

"Kenapa malah dibayarin lagi sih mas." Kembali aku menyerukan protesanku kepada Alka dan lagi-lagi aku mendapatkan jawaban yang sama, suka-suka Alka.

Aku tidak tau pelayanan di Cafe ini akan sebentar atau lama. Akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah berbaikan dengan Alka karena rasanya tidak tau malu sekali jika aku mengabaikan kebaikan Alka dengan kediamanku. Aku baru sadar ternyata ada band akustik di dalam Cafe ini, perlu digaris bawahi yang nyanyi cakepnya nggak ketulungan. Alka meminta izin kepadaku kalau dia akan pergi ke kamar mandi, tentunya aku mengizinkan daripada nantinya dia buang hajat disini. Oke, itu tidak akan mungkin.

"Cek cek, 1 2 3. Selamat sore semuanya." Aku seperti kenal dengan suara ini, aku menoleh ke arah sumber dari suara ini. Terlihat Alka yang terduduk di depan mic dan membawa sebuah gitar akustik, entah sejak kapan dia sudah bergabung bersama band disana.

"Disini saya mau sumbang lagu nih, buat manusia paling galak di alam semesta. Judesnya sampai ke ujung dunia." Mungkin hanya perasaanku saja tapi sepertinya Alka menatap ke arahku sambil menaikkan ujung bibirnya. Manusia ikal itu sepertinya akan membawaku ke dunianya.

"Selamat menikmati"

Jreng...Jreng...

Susah susah mudah kau kudekati
Kucari engkau lari kudiam kau hampiri
Jinak burung dara justru itu kusuka
Bila engkau tertawa hilang semua duka

Gampang naik darah omong tak mau kalah
Kalau datang senang nona cukup ramah
Bila engkau bicara persetan logika
Sedikit keras kepala ah dasar betina

Ku suka kamu
Sungguh suka kamu
Ku perlu kamu
Sungguh perlu kamu
Engkau aku sayang sampai dalam tulang
Banyak orang bilang aku mabuk kepayang
Aku cinta kamu bukan cinta uangmu
Aku puja selalu setiap ada waktu

Ku suka kamu
Sungguh suka kamu
Ku perlu kamu
Sungguh perlu kamu

Langsat kuning cina warna kulit nona
Bibir merah muda lesung pipit pun ada
Wajah cukup lumayan dapat poin enam
Kalau nona berjalan rembulan pun padam

Ku suka kamu
Sungguh suka kamu
Ku perlu kamu
Sungguh perlu kamu
Ku suka kamu
Sungguh suka kamu
Ku perlu kamu
Sungguh perlu kamu
Ku suka kamu
Sungguh suka kamu
Ku perlu kamu
Sungguh perlu kamu

Aku sayang kamu-Iwan Fals

Sorak sorai pengunjuk mengisi alunan terakhir dari lagu yang dibawakan oleh Alka. Aku terhanyut dalam tatapan dalamnya. Bolehkah sekarang aku terbang menyusuri alam semesta bersama dia?.

Aku tidak sadar kalau Alka sudah kembali duduk bersamaku. Dia masih menatapku dengan senyum. Aku salting bukan main.

"Ananda Neisha, maafkan Kakanda yang baru menanyakan hal ini sekarang. Maukah Ananda menerima pernyataan cinta dari Kakanda. Kakanda tidak menjanjikan apapun tapi akan mengusahakan apapun." Alka menyerahkan setangkai bunga mawar merah yang masih lengkap dengan duri dan daunnya. Aku sepertinya tadi melihat mawar ini di depan Cafe.

"Kakanda, jikalau engkau ingin mendapatkan hati Ananda syaratnya hanyalah satu janganlah engkau mendua. Jika engkau mendua kita kan selesai sampai disana." Jujur aku sedikit merasa geli ketika kita berdua menggunakan kosa kata formal. Terserahlah aku akan mengikuti alur main dari Alka.

"Tenang saja Ananda, Kakandamu ini tidak akan mendua. Jadi kita fix official kan Nei." Aku mengangguk. Alka bersorak bahagia aku langsung saja menutup mulutnya karena berbagai pasang mata sudah menatap bertanya. Malunya.

×××

Ditulis : 13-11-23
Di publish : 20-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang