Chapter 10 - Menemani

29 6 0
                                    

Happy reading
×××

Malam semakin menjelang, teman-temanku yang lainnya juga sudah datang. Aku membagikan martabak yang dibeli Alka kepada teman-temanku, kebetulan salah seorang temanku juga datang dengan membawa martabak. Jadilah malam ini sebelum kita mulai memasang pernak pernik hiasan stand, kita mukbang martabak terlebih dahulu. Itung-itung untuk mengisi tenaga.

Sebenarnya hiasan di stand hanya perlu dibenahi sedikit, tapi yasudahlah daripada akhirnya kami yang keteteran besok pagi. Walaupun pada akhirnya ada juga teman-temanku yang hanya setor wajah saja, mereka datang hanya untuk duduk dan berleha-leha. Aku biarkan saja daripada mereka lepas tangan.

Aku sudah tidak ada tenaga untuk menyuruh-nyuruh mereka. Untung saja obat maag yang diberikan Lana cukup manjur meredakan nyeri pada ulu hatiku. Martabak juga menjadi salah satu alasan aku menjadi lebih baik. Aku juga harus bersyukur karena Alka datang.

"Nei, ini ada yang telfon." Aku yang sedang berbincang dengan Aria dan Cyra sontak menoleh ketika Lana memanggilku. Aku bangkit dari dudukku dan menghampiri Lana yang menggenggam ponselku, ia menggunakannya untuk menyenteri hiasan yang akan ia pasang.

Panggilan dari Alka, segera saja aku mengangkat panggilan darinya. Aku sedikit menjauh dari gerombolan teman-temanku yang suaranya sangat bising.

"Assalamualaikum, Halo. Gimana mas?" Sayup-sayup terdengar suara gemerisik orang dari seberang sana.

"Aku udah di tribun, sini cepetan. Makan dulu"

Aku mengedarkan pandanganku ke arah tribun yang berjarak tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri, sedikit informasi letak stand untuk bazaar ada di lapangan basket yang tentunya memiliki tribun di pinggir lapangannya. Aku melihat siluet seorang laki-laki yang menenteng kantong kresek yang tentunya aku tau bahwa isinya adalah nasi goreng.

"Bentar, aku sekalian pamit dulu sama temen-temenku. Tunggu dulu disana"

Tut..

Aku mematikan sambungan teleponku dengan Alka. Lalu menghampiri teman-temanku yang sedang asik bercengkrama ria.

"Aku mau makan dulu ya. Nanti kalau cari aku, aku dikelas" Pamitku pada teman-temanku. Aria, Lana dan Cyra melemparkan tatapan menggoda kepadaku. Baru mereka sih yang tau kalau aku sedang dekat dengan Alka, mungkin sebentar lagi teman-temanku yang lain akan tau.

"Oke Nei" Segera saja aku berjalan menjauhi teman-temanku untuk menghampiri Alka yang menyatu dengan kegelapan di tribun.

"Kita ke kelasku aja ya" Ajakku setelah sampai di hadapan Alka, Alka mengangguk lalu mengikuti langkahku untuk menuju ke kelas yang berjarak hanya beberapa meter dari tribun. Kelasku berada di area tengah, makanya cukup dekat dengan area pemusatan.

Kondisi kelasku benar benar berantakan karena banyak barang-barang yang tergeletak begitu saja di lantai dan banyaknya sampah daun daun yang belum dibuang. Aku saja sampai heran kenapa bisa kelas sekapal pecah ini. Besok pagi aku harus meminta teman-temanku untuk bahu membahu membersihkan kelas yang kumuh ini. Untung saja masih ada spot bersih yang bebas dari kerusuhan di kelas. Aku dan Alka duduk berdampingan di kursi dan Alka pun meletakkan 2 bungkusan kertas ke atas meja.

"Nih, dimakan cepetan. Pasti dari siang belum makan sampe maagnya kambuh gitu." Alka menyiapkan peralatan makan untukku. Jika dia perhatian seperti ini, bolehkah aku jatuh? Sepertinya perisai pertahananku sudah sedikit demi sedikit akan runtuh.

×××

Mungkin hanya perasaanku saja, tetapi sepertinya Alka ini benar-benar sedang mendekatiku atau sedari awal memang hanya aku saja yang terlalu kepedean?. Bukan tanpa alasan aku berfikir seperti itu, setelah semalam dia mengantarkanku pulang. Dia sekarang ini bersama teman-temannya menyerbu stand kelasku. Namun, bukan hanya itu masalahnya. Dia juga menculikku untuk pergi bersamanya menelusuri kuliner yang ada di Bazaar Niskala.

Sebenarnya lebih ke arah mengajakku untuk berkeliling, lalu aku mau-mau saja. Kapan lagi kan aku bisa lepas dari cengkraman mulut-mulut banyak mau dari teman-temanku, yang mengasosiasikan aku sebagai bambu apung ditengah samudra.

Aku dan Alka memulai ekspedisi kuliner di Niskala. Bagai kutu yang meloncat dari stand satu ke stand lainnya sampai penuh tangan Alka yang membawa makanan yang kami beli. Sepertinya keinginanku kemarin untuk membuat Channel mukbang bisa terealisasikan.

"Udah Mas, kalau kebanyakan nggak ada yang makan." Aku menarik pelan lengan Alka yang hendak kembali memasuki salah satu stand. Bisa-bisa jika tidak aku tarik semua jenis makanan dia beli.

"Beneran nggak mau lagi?" Alka kembali memastikan hal itu kepadaku, aku yang melihat tangannya menggenggam banyak plastik makanan sampai tidak bisa berkata-kata lagi kenapa bisa dia menanyakan hal itu kepadaku. Jelas-jelas makanan yang kita beli sudah terlalu banyak.

"Nanti kalau mau bisa beli lagi. Kalau beli kebanyakan yang ada blenger duluan." Aku kembali menarik tangan Alka untuk menjauhi deretan stand yang berpotensi membuat Alka kalap untuk membeli.

Perasaan yang memiliki keinginan untuk jajan berlebih biasanya adalah kaum hawa,kenapa sekarang malah menjadi kebalikannya?.

×××

Ditulis : 1-11-2023
Dipublish : 13-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang