Chapter 49 - Seperti semula

31 5 0
                                    

Happy reading<3
+++

Aku langsung saja mengajukan pengunduran diri ke perusahaan. Awalnya Alka tidak mau menandatangani hal itu namun karena aku memaksa dan melakukan sedikit drama akan menangis, akhirnya Alka mau menandangani surat pengunduran diri dariku. Mana mau aku dibodoh-bodohi lagi.

Aku menjalani hariku seperti semula, seperti tidak ada yang pernah terjadi antara aku dan Alka. Berangkat ke klinik, dan bertemu klien seperti biasanya. Intinya aku kembali ke kebiasaan awalku sebelum mengambil tugas itu. Benar-benar sialan manusia satu itu, sudah meninggalkanku, membohongiku pula. Bodoh sekali aku tidak menyadari gelagatnya yang aneh.

Dari awal dimana Pak Baskara tidak mencantumkan tenggat waktu menjalani tugas sampai Alka yang tidak terlihat terkejut ketika melihatku untuk pertama kalinya setelah delapan tahun berlalu. Sepertinya aku terlalu terbutakan oleh egoku yang tidak terpuaskan sedari dulu, makanya melihat gelagat segampang itu saja buta. Gelar psikologiku rasanya sia-sia.

Sudah satu bulan berlalu dan rasa kesal itu masih ada. Laki-laki mana lagi yang bisa dipercaya. Mulut mereka semua hanya dusta.

Cklek..

"Halo Cintakuuu, kaget nggak kita semua disini?." Tanpa aba-aba pintu ruanganku terbuka, aku berjengit kaget. Aku menatap tak percaya pada orang-orang yang berdiri berdesakan memenuhi pintu ruanganku. Kenapa mereka bisa disini?.

Aku bangkit dari kursiku lalu berlari untuk menubruk orang-orang yang merentangkan tangannya mencoba menangkapku kedalam pelukan mereka. Mataku berkaca-kaca sudah satu tahun lebih kita semua tidak berkumpul.

"Kalian bertiga kok bisa disini?. Mana nggak bilang-bilang lagi." Aku menguraikan pelukanku pada mereka. Lana, Aria, dan Cyra yang seharusnya ada di luar negeri kini berdiri di hadapanku.

"Namanya juga surprise, gimana? Kaget nggak? Kita udah bela-belain kesini loh." Aku mengangguk lalu menarik mereka untuk masuk ke dalam ruanganku. Untung saja disini ada sofa besar yang bisa menampung mereka bertiga.

"Kaget banget apalagi pas kalian buka pintu, Alhamdulillah aku nggak jantungan. Omong-omong nih ya, ini kan masih jam kerja kok kalian bisa disini?. Jam pulang masih satu jam lagi." Aku melihat arloji yang melingkar di tanganku sambil mengambil kursi untuk duduk di hadapan mereka.

Lama aku menunggu jawaban akhirnya aku menoleh ke arah mereka yang saling tatap mata, sepertinya ada satu hal yang aneh dari kedatangan mereka. Aku berdehem singkat untuk menarik kembali atensi mereka.

"Itu, kita janjian dulu sama asistenmu buat ketemu sama kamu. Namanya aja effort gede buat bisa kumpul lagi." Aku mengangguk paham mendengar jawaban dari Lana. Tidak menanyakan lebih lanjut alasannya.

"Kalau mau pergi hangout tunggu sampai jam pulang dulu ya. Disini nggak ada apa-apa, teh mau?." Mereka bertiga kompak mengangguk. Aku bangkit lalu memasuki salah satu bilik yang ada di ruanganku. Samar-samar aku mendengar mereka berbisik sambil menyebutkan nama Alka. Saat aku keluar dari bilik sontak mereka terdiam seperti tertangkap basah.

"Nei, denger-denger si Bara jadi gila ya?." Aku memutar bola mataku malas, jijik sekali mendengar nama hewan satu itu dari mulut Cyra.

"Emang udah karmanya kayak gitu, salah siapa selingkuh. Kalau bisa mah kemarin anunya sekalian yang aku potong." Cyra meringis ngilu ketika mendengar kalimat sadis dariku.

"Eh guys lupa, ini aku ada undangan buat kalian." Aria merogoh tas selempang yang dia bawa, dan memberikan undangan kepada kami bertiga. Aku tercengang melihat nama yang tertera di bagian depan undangan berwarna emas itu.

"Whatt??, yang bener aja Ar. Kok tiba-tiba nyebar undangan gini, kapan deketnya sama Kak Saga?. Perasaan kamu belum cerita apa-apa sama kita." Aria tersenyum malu mendengar cercaan dariku. Padahal Aria ini termasuk yang gonta-ganti pacar terus, kok bisa tiba-tiba dapetnya Saga?. Lana dan Cyra sama-sama menunggu jawaban dari Aria. Aria ini definisi sat-set-sat-set akhirnya dapet.

"Ceritanya panjang, singkatnya Mas Saga satu tahun terakhir ngejar-ngejar aku terus. Akhirnya aku terima deh, habis diterima kok langsung ngajak nikah. Ngga tau dia itu ngebet banget, tapi ya tetep aku terima lah. Lumayan dapet cogan seantero Niskala." Cerita orang kok mulus banget ya, ceritaku aja delapan tahun nggak kelar-kelar. Mana yang kemarin dapet laki red flag banget. Untung belum jauh udah ketahuan.

"Oh iya Nei, kata Kak Saga kemarin kamu udah berhasil ketemu sama Kak Alka ya?. Gimana tuh ceritanya, kamu juga belum cerita ke kita." Kenapa malah jadi pertanyaan ke Alka deh, dengerinnya aja udah capek sendiri.

"Ya gitu, mau gimana lagi. Masa aku ketemu harus jungkir balik gitu?. Cinta lama takkan bersemi lagi coy." Lana melempariku dengan kacang, darimana dia dapat kacang. Perasaan aku tidak menyuguhkan kacang tanah disini.

"Halah kepret banget, siapa coba yang dulunya nangis tiap hari gara-gara nggak ketemu sama mamasnya." Aku menampilkan deretan gigiku saat Lana menyindirku, yah itu seratus persen benar sih. Setiap harinya mataku sampai bengkak terus saat ditinggal dia tanpa kabar.

"Jangan buka kartu gitu dong, namanya juga remaja labil." Yang tidak mereka tau adalah, sampai sekarang pun aku masih saja menangis memikirkan dulu. Memikirkan seberapa bodohnya aku.

+++

Diketik : 24-12-23
Dipublish : 26-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang