Happy reading<3
+++Entah aku yang terlalu percaya diri atau bagaimana, tapi aku merasa Alka semakin menempel padaku. Mau aku dorong agar menjauh pun tidak bisa, karena aku tidak memiliki kuasa atas hal itu. Aku juga merasa Kai mulai menerima kehadiranku yang tau tentang dia, dia tidak lagi bersikap enggan denganku. Untuk Arkan, aku sudah lama tidak melihat dia.
Seperti biasa saat ini adalah jam tidur Alka, aku langsung saja menuju ruangan Alka. Tapi bukan hanya Alka yang berada di ruangan ini, namun ada seorang perempuan yang dulu pernah kemari. Perempuan yang dulu mengaku sebagai tunangan Alka. Aku tidak tau kenapa bisa dia sudah berada di ruangan ini, dan sejak kapan.
"Maaf saya tidak tau jika bapak sedang ada tamu, saya izin kembali ke ruangan. Jika ada perlu silahkan hubungi saya." Aku membungkukkan badanku untuk meminta maaf, lalu mundur perlahan untuk bisa menggapai pintu ruanganku.
"Kaneisha, tetap di tempat. Saya belum mengijinkan kamu kembali." Aku langsung saja mematung di tempatku, sekarang Kai sedang mengambil alih. Entah apa yang membuat Alka marah sampai Kai bisa muncul.
Aku tau pola Kai jika muncul, pasti karena Alka sangat marah. Amarah yang meledak-ledak menciptakan kepribadian baru yaitu Kai, suatu sistem pertahanan diri bagi Alka yang ingin kabur dari masalahnya.
"Oh ini pelayanmu itu ya?. Pelayan kamu tidak melihat kalau meja ini kosong?. Cepat ambilkan makanan dan minuman untukku. KAMU TULI YA?! KAMU DENGAR TIDAK APA PERINTAH SAYA. Mas kamu cari pelayan tuli ini dimana sih." Aku masih tetap berdiri di tempatku. Aku tidak ingin diinjak-injak harga diriku. Aku bukanlah seorang pelayan, apalagi pelayan dari manusia jahanam yang ada di depanku ini. Manusia jahanam yang lebih jahanam dari Fani dulu.
"DIAM KAMU!. Pergi dari sini sebelum saya panggilkan security dan mengeluarkanmu secara tidak hormat." Suara Kai menjadi lebih mendingin, suhu dinginnya sampai membuat bulu kudukku meremang. Semoga saja tidak akan terjadi pertumpahan darah disini.
"Huh, awas aja kamu aku bakalan bilang sama tante Rania kalau kamu ngusir aku." Perempuan itu bangkit dari duduknya lalu dengan kasar mengambil tasnya dan keluar dari ruangan Alka. Aku masih mematung di tempatku tanpa niat untuk bergerak.
Kai menatap dingin pada perempuan itu yang berlalu pergi dari hadapannya. Kai menghela nafas kasar lalu menghempaskan dirinya pada sandaran sofa. Tangannya menyibak rambutnya yang sudah memanjang sampai menampakkan jidat mulusnya, aku tidak tau perawatan apa yang dia pakai sampai-sampai tidak ada setitik noda di wajahnya yang aku akui rupawan. Jika tidak rupawan mana mau aku sama dia dulu.
"Kenapa malah jadi patung disitu, cepat kemari. Duduk." Aku mematuhi perintah Kai dan mendudukkan diriku di hadapannya yang hanya dibatasi oleh sebuah meja kosong.
"Saya tidak tahu dimana wanita itu menemukan ondel-ondel seperti dia. Selalu saja membuat saya pusing. Kamu kesini, kepala saya pusing tolong pijat." Lagi-lagi aku menuruti mau Kai, aku berpindah posisi menjadi di sisinya.
"Maaf pak, permisi. Kalau kurang nyaman bilang ya pak." Kai hanya mengangguk mempersilahkan aku untuk mulai memijat kepalanya yang bersandar pada sofa. Lama kelamaan nafas Kai semakin teratur, menandakan bahwa dia sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Seenak itukah pijatanku? Atau seberarti itu kehadiranku sampai membuat insomnia mereka luntur.
Aku mulai menurunkan tanganku, pegal juga lama-lama memijat kepala Kai. Akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah berdiam diri seperti orang bodoh yang menunggu Kai untuk bangun. Waktu tugasku hanya tersisa satu bulan lagi. Tidak terasa sudah hampir genap lima bulan aku bekerja dibawah pimpinan langsung dari Alka yang notabenenya adalah 'mantanku' semasa SMA. Semua pertanyaanku masih belum terjawab sepenuhnya. Masih ada hal-hal yang rancu untuk dibicarakan. Setelah berfikir lagi, apakah aku sanggup menjalani hariku seperti biasanya?.
Bertemu dengan orang-orang baru dengan segala hal yang luar biasa tentang spektrum otak mereka. Bertemu dengan mereka yang berharap untuk keluar dari kubangan trauma. Aku bukanlah penyembuh luka. Aku juga bukan si paling bisa. Aku hanyalah aku yang ingin semuanya hidup bahagia dengan diri mereka masing-masing, tanpa harus bersaing dengan diri sendiri atau melukai diri sendiri. Melewati segala hal kelam dalam hidup dan tidak selalu hidup dalam bayang-bayang. Setidaknya mereka masih memiliki secercah cahaya untuk mereka genggam. Pada akhirnya cahaya itulah yang akan membuat mereka kuat untuk terus menjalani kehidupan. Jadi, aku berharap dari secercah cahaya bagaikan kunang-kunang dari diriku akan membuat banyak manusia pada akhirnya tidak lagi terjebak dalam bayang-bayang kegelapan. Dan Aku juga ingin, kalian menjadi bagian dari cahaya itu.
+++
Diketik : 18-12-23
Dipublish : 24-12-23

KAMU SEDANG MEMBACA
Mirari : Melodi Semesta [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Menurutmu apa definisi keajaiban? Menurutku, keajaiban adalah bertemu kamu ditengah peliknya hari-hari yang ku lalui. . Neisha tidak tahu bahwa terjerumus dalam pesonanya adalah suatu hal yang berbahaya bagi dirinya, dan bagi ha...