Chapter 27 - Kai

25 5 1
                                    

Happy reading<3
+++

"Kaneisha, carikan saya obat sakit kepala."

"Kaneisha, mana teh saya."

"Kaneisha, jaz saya kenapa belum kamu siapkan."

"Kaneisha."

"Kaneisha."

"Kaneisha."

Sumpah ya, aku kesal sekali dengan Alka. Sepertinya aku akan mengakhiri kontrakku sekarang deh. Dia ini tidak sakit jiwa tapi memang orangnya gila aja. Bayangkan dalam sehari penuh ada saja yang dia komentari. Setiap setengah jam suara dari interkom yang ada di ruanganku selalu saja berbunyi. Bisa-bisa bukannya mengobati Alka yang ada malah jadi aku yang stress disini.

Setelah satu minggu penuh aku bekerja disini, aku belum menemukan kelainan dari prilaku Alka. Dia masih sama setiap harinya. Sekarang dia suka sekali marah-marah jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Aku saja sampai geram sendiri. Rasanya ingin membedah otak Alka dan melihat apa yang sebenarnya tersumbat di otaknya.

"Kaneisha, mana file yang saya minta." Aku menghela nafas lelah setelah lagi-lagi mendengar suara Alka dari interkom. Untuk yang kelima kalinya, Aku bangkit dari dudukku dengan membawa satu buah map yang berisi data-data dari bagian keuangan. Sekarang adalah jadwal Alka untuk meninjau kembali laporan keuangan dari perusahaan yang dia pegang.

Aku sedikit merasa kasihan dengan Alka, karena terhitung dari usianya yang masih muda dia harus mengemban tanggung jawab sebesar itu dipundaknya. Tapi aku lebih kasihan pada diriku sendiri, aku sudah sebesar ini tapi masih belum bisa berdiri sendiri.

"Permisi pak, ini file yang bapak minta." Aku menyerahkan file tersebut pada Alka.

Brakk..

Aku tersentak kaget, baru 5 detik Alka membuka file itu dia langsung menggebrakkan file ke meja. Mampus, bagian keuangan sepertinya akan terkena sial hari ini.

"Laporan apaan kaya gini, anak tk aja bisa buat laporan yang acak-acakan kaya gini. Mereka semua makan gaji buta. Kaneisha adakan meeting dengan bagian keuangan hari ini juga." Alka marah dengan berapi-api. Sepertinya anak-anak Niskala dulu memang benar, Alka menyeramkan kalau marah.

"Baik pak, akan saya jadwalkan. Saya ijin kembali ke ruangan." Aku membungkukkan badanku sebanyak 45°.

"Saya ingin istirahat, tidak ada yang boleh menganggu." Saat aku sudah sampai ke depan pintu ruanganku, suara Alka kembali mengalun di telinga. Tidak biasanya dia ingin istirahat di tengah jam kerja.

+++

Cklek..

"Permisi pak, saya ingin mengingatkan kalau rapat akan dimulai 15 menit lagi di ruangan Cakra." Aku langsung saja mendorong pintu ruangan Alka, seperti biasanya aku memberitahukan jadwal Alka dengan berdiri tidak jauh dari pintu yang jaraknya cukup dekat dengan meja Alka.

"Siapa kamu?! Tidak sopan sekali main masuk ke dalam ruangan saya! Siapa yang mengijinkan kamu masuk!." Aku terkejut ketika tiba-tiba Alka meneriakiku seperti itu. Aku langsung membaca situasi yang salah, bukankan Alka sendiri yang meminta aku langsung masuk ke dalam ruangan jika ada perlu?.

"Saya Kaneisha pak, asisten baru bapak. Pak Kai sendiri yang sejak awal bilang kalau saya bisa langsung masuk ke dalam ruangan selagi ada jadwal yang harus dilaporkan." Sepertinya inilah gejala yang diberitahukan oleh Ibu Rania. Alka hilang ingatan dan kepribadiannya berubah, walaupun Alka suka rewel selama aku bekerja disini dia tidak pernah sekalipun tiba-tiba memarahiku tanpa alasan.

"Kamu kemari. Apa jadwal saya hari ini." Alka memijat pelipisnya dengan lelah, aku menganalisis dari perilakunya sekarang kalau dia sudah mulai memahami apa yang terjadi sekarang ini.

"15 menit lagi anda memiliki jadwal rapat dengan bagian keuangan, terkait dengan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kehendak bapak. Laporannya ada dalam map kuning di meja bapak." Aku mengulang kembali apa yang aku sampaikan sambil tetap mengamati perubahan emosi dari raut wajah Alka. Semakin tenang maka semakin bermasalah dengan situasi sekarang.

"Stop panggil saya bapak, saya bukan bapak kamu. Just call me Kai, saya tidak setua itu." Lagi, dia mempermasalahkan panggilannya yang sudah aku lantunkan dengan hikmat selama satu minggu ini. Jika ingin protes kenapa tidak sedari awal saja.

"Bapak atasan saya, tidak sopan jika memanggil dengan nama." Aku mencoba mendebat Alka, ingin melihat sejauh mana dia berbeda dengan biasanya.

"Terserah kamu, saya risih denger kamu panggil saya bapak. Sekarang kamu siapkan bahan untuk presentasi, jangan sampai ada kesalahan." Alka menyilangkan kedua kakinya dengan angkuh. Baru kali ini aku melihat Alka penuh kesombongan, biasanya saja dia low profile.

"Baik pak, jika anda membutuhkan sesuatu silahkan segera menghubungi saya." Aku berbalik keluar dari ruangan Alka. Aku sepertinya akan segera menemukan titik terang dari penyakit mental yang Alka derita. Aku akan segera merekap apa yang terjadi dengan Alka hari ini, agar nantinya aku bisa menghubungkan suatu benang merah untuk akhir dari ini semua.

+++

Diketik : 25-11-23
Dipublish : 2-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang