Chapter 43 - Jepang

25 4 0
                                    

Happy reading <3
+++

Sebelum pulang kembali ke Kota J, aku dan Alka menyempatkan diri untuk datang ke peristirahatan terakhir Bude Jum. Kami mendoakan Bude Jum agar tenang di atas sana. Aku masih tidak menyangka bahwa ternyata Bude Jum telah tiada. Sampai sekarang aku masih tidak bisa lupa tentang kejadian bertemu Bude Jum beberapa hari yang lalu. Sekarang rutinitasku kembali seperti semula, mengikuti Alka kemanapun Alka pergi. Persis seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya.

Setelah membebaskan diri dengan liburan di rumah, kesibukanku semakin bertambah. Waktu tidur? Apa itu, punya kesempatan untuk tidur di rumah saja aku sudah bersyukur. Jadwal Alka benar-benar padat. Entah ke luar kota, dalam kota, rapat di kantor, sampai-sampai kami harus pergi ke Jepang untuk menghadiri satu pertemuan. Ketika aku melihat jadwal Alka selama berbulan-bulan kedepan aku hanya bisa tersenyum dengan paksa. Kerja dengan Alka tidak ada namanya work life balance.

Kalau ke Jepangnya liburan mah aku mau-mau saja. Lah ini, menapaki negara orang untuk kerja. Tapi kapan lagi aku bisa pergi ke Jepang gratis. Kita harus memanfaatkan keadaan, ingat kata pepatah selagi menyelam minum air. Jika ada waktu aku akan melipir ke jajanan yang ada di Jepang. Duh senangnya dalam hati. Semoga saja besok tidak menjadi sesibuk itu, sampai aku tidak bisa menikmati hiburan di Jepang dengan tenang.

"Pak, untuk penerbangan menuju Jepang akan berangkat 3 jam lagi. Saya sudah memberitahukan kepada Pak Aksara mengenai jadwal penerbangan ini. Semua keperluan anda sudah saya siapkan seperti yang anda perintahkan, kita akan berangkat ke bandara 1 jam lagi untuk menghindari kemacetan di jalan raya. Semua dokumen yang diperlukan juga sudah saya siapkan, semuanya sudah ada di dalam mobil. Dikarenakan Jepang sekarang sudah memasuki musim dingin, saya sudah menyiapkan beberapa jaket tebal untuk anda kenakan." Tenggorokanku menjadi kering setelah mengatakan itu semua.

"Bawa jaket lebih banyak, kamu takut dingin." Alka mengangguk lalu mengatakan hal itu, jantungku berdegup kencang. Semoga saja mukaku tidak memerah.

"Baik pak, terimakasih atas perhatian anda. Saya izin kembali ke ruangan." Aku berbalik menuju ke ruanganku.

Aku merasa setelah kemarin di Kota S, Alka berperilaku semakin aneh. Pasti ini hanya perasaanku saja. Tatapan Alka terlihat berbeda, aku sebagai lulusan Psikologi tau arti dari tatapan Alka. Namun apakah ini hanya asumsiku saja?.

+++

Perjalanan menuju Jepang berjalan dengan lancar. Bukan hanya aku dan Alka yang pergi ke Jepang, namun ada sekertaris dan beberapa petinggi di perusahaan. Pertemuan ini adalah pertemuan penting yang mempertemukan pengusaha-pengusaha besar yang ada di dunia ini. Aku adalah salah satu manusia biasa yang beruntung untuk bisa masuk ke pertemuan ini. Jika bukan karena aku mengambil misi ini, pasti pikiranku mengenai dunia tidak akan seluas itu.

Dunia ini begitu luas untuk rakyat jelata sepertiku. Tapi apakah hidup bergelimang harta membuat orang bahagia?. Dilihat dari raut wajah orang-orang di dalam ballrom hotel bintang lima ini, sepertinya mereka semua pura-pura bahagia. Dengan senyum dan tawa profesional yang selalu menyertai. Mungkin mereka sampai lupa dengan apa itu tawa yang sesungguhnya.

Aku dan Pak Aksara mengekor kemanapun Alka pergi. Pak Aksara adalah sekertaris Alka yang sudah lama mengabdikan dirinya di perusahaan, bahkan dari saat perusahaan masih dalam kendali Mahesa. Sepanjang jalan aku hanya bisa diam, melihat gelimangan harta yang dimiliki orang-orang membuatku pusing. Pusing memikirkan asetku yang sekarang tidak seberapa dibandingkan dengan mereka. Masa bodo juga sih, semakin banyak harga yang dititipkan kepada kita semakin tinggi pula hisab yang kita terima. Jika manusia tidak bersyukur, tidak akan mungkin merasa cukup dengan yang mereka punya.

Untung saja aku bisa berbahasa inggris jadi tidak akan begitu memalukan jika aku tiba-tiba ditanyai macam-macam oleh mereka. Tapi aku yakin mereka juga tidak akan menanyaiku yang menjadi orang transparan disini. Hari semakin larut dan aku semakin lelah, tidak ada jeda istirahat sama sekali saat ada disini. Keinginanku untuk mengelilingi Jepang harus pupus sudah. Sedari siang tadi sampai malam hari ini kegiatanku sangat amat sibuk, entah menemani Alka meeting online ataupun berdandan berjam-jam untuk menghadiri acara ini.

"Neisha penerbangan kita besok jam berapa." Aku langsung membuka tablet yang setia aku bawa, tablet yang berisi semua jadwal Alka.

"Kita mengambil penerbangan pagi, tapi jadwal penerbangan kita di undur sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan karena badai salju. Maaf pak, terpaksa jadwal anda akan saya undur sampai kita bisa kembali lagi ke Indonesia." Aku terkejut ketika melihat pemberitahuan dari maskapai penerbangan yang kami pakai. Musim dingin memang menjadi momok besar bagi dunia penerbangan, selalu saja ada badai salju yang menbuat penerbangan mengalami keterlambatan.

"Ambil saja penerbangan lusa. Besok semua orang diperbolehkan untuk liburan satu hari di sini. Silahkan menikmati waktu kalian, Neisha ikut saya." Aku mengangguk mengiyakan perintah dari Alka. Yuhuu, keinginanku ternyata tidak jadi pupus. Lumayan satu hari walaupun tidak cukup aku akan memaksimalkan waktu sebaik yang aku bisa.

+++

Diketik: 9-12-23
Dipublish: 18-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang