Chapter 16 - Kencan

28 5 0
                                    

Happy reading<3
×××

Kemarin hanya bermodalkan menonton tutorial di Itube aku bisa membuat telur gulung dengan 99,9% sempurna, salahkan Alka yang membuat 0,1% ketidak sempurnaan. Kembali lagi aku mengandalkan tutorial Itube tetapi kali ini berbeda, aku akan membuat kentang goreng dan popcorn ala-ala untuk menjadi bekal perjalanan kami berdua mengelana menuju Kota O.

Bukan lagi mengendarai bis, seperti ketika kami pergi ke kota Q berbulan-bulan yang lalu. Sekarang Alka sudah sedikit menjadi orang benar karena dia tidak aneh-aneh lagi akan menaiki bis untuk bisa sampai ke Kota O. Kami berdua berencana pergi kencan menonton pagelaran wayang orang di Kota O, sambil ceritanya malam mingguan gitu.

Aku masih saja berkutat dengan kedua masakanku ini, salah satu hal kenapa aku repot-repot adalah karena Alka ini harus dijaga asupan micin yang masuk ke otaknya, bisa-bisa pertanyaan yang dia layangkan semakin diluar nalar jika terlalu banyak micin. Memang dasar generasi micin, aku juga sih. Intinya makanan yang diperjual belikan diluar sana jika dibeli satu dua kali tidak masalah tapi kalau berkali-kali dalam sehari tentunya membuat masalah. Nanti dia yang sakit aku yang repot.

"Sha, itu Alka udah sampe." Aku melihat jam dinding yang berada di dapur, pantas saja Alka sudah sampai ternyata memang sudah waktunya.

"Iya Ma, suruh tunggu bentar kurang dikit lagi ini." Mama melenggang pergi lagi dari dapur, mungkin akan berbincang dengan Alka. Entahlah sejak awal Mama suka sekali dengan Alka.

"Seng"

"Astaghfirullah, Ya Allah Mas. Untung nggak tumpah, kalau tumpah tak suruh buat lagi lho kamu." Hampir saja aku melepaskan genggamanku pada Serok yang berisi kentang goreng, ini juga kenapa manusia satu ada disini tadi kan sudah aku suruh tunggu dulu.

"Maaf nggak sengaja." Alka mendekatiku lalu menepuk pelan kepalaku. Hati mana yang tidak meleleh jika diperlakukan seperti itu.

"Nih cobain udah pas apa belum rasanya." Aku mengambil garpu lalu menusukkannya pada kentang goreng yang aku buat. Menyuapi Alka agar dia berkomentar bagaimana rasa Kentang goreng ala-ala milikku ini.

"Duh Enak banget, kayak kentang goreng pada umumnya." Sepertinya aku salah jika bertanya pada lelaki, tidak Papa tidak Alka semua sama saja jawabannya ketika ditanyai tentang rasa makanan. Padahalkan pasti sangat berbeda rasanya masak dengan bumbu cinta dan tanpa bumbu cinta. Makan tuh cinta.

"Emang, ah udah lah ayo berangkat. Keburu badmood nanti aku." Aku buru-buru mengemasi kentang dan popcorn yang aku buat dalam sebuah kotak makan, semoga bisa mengisi lambung melar Alka.

Alka hanya meringis, sepertinya dia sadar kalau sudah melakukan suatu kesalahan.

×××

Aku tidak bohong, wayang orang ini sangat bagus pakai banget banget banget. Ceritanya tidak membosankan, pemainnya berlakon dengan apik, pembawaannya yang sampai membekas di otak. Aku dan Alka sampai tertawa terpingkal-pingkal ketika lakon diatas panggung menyelipkan candaan candaan ringan yang memeriahkan suasana panggung. Aku tidak menyesal sudah datang kesini. Berterimakasih kepada Alka karena mengajakku ke sini.

Aku bisa melakukan hal apapun yang belum pernah aku lakukan bersama dengan Alka. Alka membawa warna baru yang tidak pernah hadir di hidupku. Beruntung walaupun awal pertemuan dia sangat amat menyebalkan tetapi lambat laun dia menjadi menyenangkan. Kalau orang jaman sekarang berkata sih 'Lo asik bang'. Untung Alka duluan bertemu denganku bukan dengan perempuan lain.

Di pagelaran wayang orang ini aku bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup yang membuatku sadar kalau ternyata bukan hanya aku saja yang memiliki beban hidup di dunia ini. Porsi beban masing-masing orang itu berbeda-beda. Mungkin tuhan memberimu masalah yang berlimpah karena memang kamu mampu.


"Mas, orang jaman dulu kok bisa bikin perhiasan yang bagus-bagus kaya gitu ya." Aku menyandarkan kepalaku pada bahu Alka. Alka menyamankan bahunya agar aku bisa menyandar dengan nyaman.

"Bisa lah kan ada ahli emas." Aku belum puas dengan jawaban Alka, mungkin inilah yang Alka rasakan ketika aku tidak menjawab dengan baik dan benar pertanyaan-pertanyaan yang dia layangkan.

"Emasnya cari dimana? Kok bisa mereka tau kalau emas itu berharga." Lakon yang berlaga di atas panggung sudah akan mencapai klimaksnya, aku menonton dengan seksama selagi menunggu jawaban dari Alka.

"Tambang kan ada, mungkin mereka lihat kalau emas itu mengkilap jadinya mereka suka." Aku mengangguk-angguk merasa faham dengan apa yang dikatakan Alka.

Aku dan Alka yang masih menjadi remaja yang dimabuk cinta terasa sangat berbunga-bunga hari ini. Aku baru tau, kalau aku terlalu lama bersama Alka, aku menjadi tertular pertanyaan-pertanyaan random dari Alka. Terkena radiasi dari Alka membuat aku menjadi sedikit gila. Aku mengamati Alka yang terduduk di sebelahku, yang paling aku suka dari Alka adalah senyumnya sekarang. Senyum Alka terlalu tanpa beban yang menyertainya, lepas selepas lepasnya. Tidak apa sedikit gila, aku tetap suka.

×××

Diketik : 15-11-23
Dipublish : 22-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang