Chapter 53 - Rania

23 4 0
                                    

Happy reading <3
And
Happy New Year 2024🎉
+++

Aku mendapatkan tamu tidak terduga. Bukan di klinik tetapi di rumah kontrakan milikku. Entah angin apa yang membuat ia datang kemari, sama anggunnya seperti pertama kali kami bertemu tapi dengan pancaran mata yang meredup. Aku membawa nampan berisi teh dan makanan ringan untuk menjamu tamu yang sudah datang dari jauh, Ibu Rania.

"Silahkan sambil diminum, maaf disini hanya seadanya. Sebelumnya ada perlu apa Ibu Rania jauh-jauh datang kemari?" aku duduk berhadapan dengan Ibu Rania. Matanya bercampur dengan gelisah karena tidak berani menatapku dengan lugas.

"Kamu pasti sudah tahu ya?. Saya bukan ibu yang baik untuk Alka. Maaf, karena saya kamu dan Alka harus berpisah." Aku tertegun, tidak menyangka bahwa ia akan meminta maaf kepadaku. Bukankah disini yang paling dirugikan adalah Alka?, kenapa harus meminta maaf kepadaku.

"Anda tidak perlu meminta maaf kepada saya, toh itu sudah kejadian lama sekali. Pasti anda juga sudah merasa tertekan selama ini. Saya tidak membenarkan apa yang anda lakukan di masa lalu, namun saya juga sedikit tahu apa alasan anda melakukan hal itu." Aku tersenyum, sedari awal aku tahu kalau Ibu Rania juga memiliki masalah dengan kejiwaannya. Mungkin karena akumulasi depresi selama puluhan tahun akhirnya karena tidak kuat ia melampiaskannya pada anaknya.

"Saya dulu buta akan segalanya. Saya buta kalau Alka adalah darah daging saya sendiri. Dia tidak salah apa-apa selama ini, saya yang salah. Saat saya sudah tersadar semuanya sudah tidak bisa diperbaiki lagi." Air mata yang ia bendung tumpah sudah. Aku diam-diam menyerahkan selembar tisu untuk menghapus air matanya yang mengalir deras. Sekarang Ibu Rania hanyalah seorang ibu rapuh yang kehilangan anak semata wayangnya.

"Semuanya ada timbal baliknya. Apa yang anda tanam itulah yang akan anda tuai. Menyesal pun tidak ada gunanya, menatap masa lalu juga tidak akan ada habisnya. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menata ulang masa depan agar tidak ada lagi kata penyesalan," aku mencoba menyampaikan kalimat penenang untuk Ibu Rania. Menyebutkan sebab dan akibat dari perbuatannya di masa lalu untuk menyadarkan dirinya yang ada di masa kini.

"Saya sadar akan hal itu. Alka adalah anak yang tidak beruntung, dia lahir dari ibu seperti saya dan memiliki Papa yang kejam serta obsesif. Hidupnya selalu jauh dari kata tenang. Beruntung Mahesa sekarang sudah tiada. Alka sekarang bisa mengambil langkahnya seorang diri tanpa takut harus dihalangi oleh Mahesa." Mahesa pasti seberbahaya itu sampai-sampai dua orang manusia yang memiliki ikatan kuat dengannya pun takut untuk sekedar mengambil langkah lain. Hidup mereka diatur sedemikian rupa.

Aku tidak tau darimana Ibu Rania menemukan laki-laki kejam seperti Mahesa. Mungkin aku akan berdosa karena senang dengan kematian seseorang, namun jika Mahesa masih disini sekarang pastinya aku sudah tidak bisa berkutik lagi. Mereka hidup dalam gelimang harta namun terjerumus dalam kelamnya trauma.

Kami berdua mengobrol cukup lama, membicarakan tentang berbagai macam hal hingga aku mendapatkan suatu fakta yang selalu membuatku bertanya-tanya. Ibu Rania dulunya adalah seorang model papan atas, karirnya yang sedang berada di puncak terpaksa harus hancur karena ia mengandung Alka. Sedari awal pernikahannya hanyalah karena obsesi dari Mahesa, obsesi satu pihak yang membuat hidupnya hancur berkeping-keping.

Ibu Rania sudah mencoba datang ke psikiater dan hasilnya adalah ia didiagnosa mengidap skizofrenia, hal ini lah yang mendasari perilakunya terhadap Alka. Ketika tersadar akan perilakunya barulah dia pergi dari rumah untuk melakukan terapi seorang diri. Aku miris dengan keluarga ini, semuanya mengalami gangguan mental hanya karena satu orang. Perilaku mereka seperti ikatan berantai yang jika tidak terputus maka sampai kapanpun juga akan mengikat mereka dalam trauma.

"Nak Kaneisha, disini saya berbicara sebagai ibu dari Alka. Tolong tarik Alka keluar dari bayang-bayang Mahesa. Sedari kecil dia sudah menderita, sampai sudah dewasa pun beban yang dia tanggung semakin besar. Tolong maafkan Alka, dia hanya terlalu takut kamu ikut terseret kedalam masalahnya. Alka sudah mengorbankan banyak hal agar kamu bisa aman dari jangkauan Mahesa. Dia hanya menyelamatkan setitik cahaya di dalam hidupnya." Aku tidak tau harus berbuat apa, permintaan Ibu Rania terlalu memberatkan bagi diriku. Kenapa harus aku diantara miliaran manusia di Dunia yang tidak bisa selesai dengan permasalahan masa lalu.

Aku tidak bisa menjanjikan apapun, aku hanya bisa mengusahakan. Menjadi pembimbing bagi Alka, sebagai psikolog juga termasuk menarik Alka dari bayang-bayang masa lalunya kan?.

+++

Diketik : 1-1-2024
Dipublish : 1-1-2024

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang