Chapter 30 - Bara

24 3 0
                                    

Happy reading<3
+++

Alka pasti memiliki masa lalu yang sangat amat kelam hingga mengakibatkan tidurnya pun menjadi tidak nyenyak. Setelah aku tenangkan Alka kembali tertidur dengan pulas, beban yang dia tanggung pasti teramat besar. Sampai pundaknya tidak mampu menyokong beratnya beban dari ribuan orang. Aku mengecek arloji yang aku pakai, sudah hampir memasuki waktu rapat Alka harus segera bangun untuk bersiap. Aku menutup laptopku lalu bangkit untuk lebih dekat dengan Alka.

"Pak, Pak Kai, sudah waktunya rapat." Aku sedikit mengguncang bahu Alka, badannya menggeliat tidak nyaman lalu perlahan matanya terbuka. Aku langsung mundur pada jarak yang aman sambil mengamati Alka yang perlahan bangkit dari tidurnya dengan mata yang masih memerah.

"Jam berapa sekarang?." Alka terlihat masih mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran kemana-mana, sebetulnya perilakunya sangat berbahaya. Persaingan bisnis yang ketat tentunya membuat dirinya memiliki banyak sekali musuh, bayangkan saja jika sekarang ini yang berdiri di depan Alka bukanlah aku tapi orang yang memiliki niat jahat. Pastinya Alka akan mendapatkan luka yang aku sendiri tidak bisa membayangkan akan menjadi seperti apa.

"Jam 3 kurang 10 menit pak, tadi ada seorang  wanita yang datang kemari mengaku sebagai tunangan anda tapi tidak saya ijinkan untuk masuk karena anda sedang beristirahat." Alka menaikkan alisnya bingung, aku tidak tau apa yang membuat dia bingung kan yang datang adalah tunangannya. Tapi sepersekian detik kemudian raut wajahnya menjadi kesal, eh apakah aku melakukan kesalahan karena mengusir tunangannya?.

"Lain kali jika ada wanita yang mengaku-ngaku seperti itu langsung panggil satpam untuk mengusir dia, saya tidak memiliki tunangan." Aku mengangguk sambil menghela nafas dengan lega. Untung saja aku tidak kena semprot oleh Alka. Tapi jika wanita satu itu tidak memiliki 'jabatan' di perusahaan ini bukankah dia seharusnya tidak memiliki akses untuk naik ke lantai paling atas?. Tidak tau ah, bukan urusanku juga. Mau dia tunangan Alka atau tidak aku sudah hilang respect duluan.

+++

Bara masih saja belum membalas pesanku, aku akan pergi ke apartemen Bara takut kalau dia ternyata kenapa-napa dan aku tidak tau. Seharusnya Bara sudah pulang dari dinasnya sejak kemarin, tapi apakah dia terlalu lelah sampai-sampai seharian tidak memegang ponsel sama sekali.

Selama Bara tidak mengantar jemputku, aku mengendarai motorku sendiri yang sudah berhari-hari tidak aku gunakan. Tenang saja, aku sekarang sudah rajin servis motor jadi motorku tidak akan tiba-tiba kehabisan oli lagi. Aku mampir membeli martabak manis kesukaan Bara. Kami berdua memang sama-sama merantau ke kota J, jadi keluarga kami tidak ada yang disini. Ketika salah satu dari kita sakit, maka kita bergantian mengurus.

Lift membawaku naik sampai ke lantai apartemen Bara. Keadaan lorong apartemen sangatlah sepi. Maklum pasti orang-orang yang tinggal disini adalah orang sibuk dan individualis. Aku menekan beberapa angka untuk bisa membuka pintu apartemen, aku tau kata sandi apartemen Bara karena ketika Bara sakit akulah yang menjaga.

Deg

Aku tertegun ketika sepasang heels wanita menyapa pandanganku. Tanganku benar-benar gemetar ketika mulai mendengar suara-suara yang seharusnya aku tidak tau. Bungkusan plastik yang aku genggam terjatuh, suaranya tidak mengalahkan suara-suara yang kian menggema di dalam ruangan luas ini.

Air mata mulai meleleh dari mataku, tanganku yang gemetar perlahan mengambil ponsel yang ada di dalam tas tenteng milikku. Aku akan merekam ini semua dan membiarkan seluruh dunia tau seberapa bejat manusia di dalam ruangan ini.

Kakiku dengan berat melangkah semakin kedalam. Semakin dalam rasa sakit di hatiku, rasanya aku ingin meraung sakit sekeras-kerasnya. Aktivitas dua manusia bejat itu tidak berhenti seolah tidak menyadari kedatanganku yang mengusik mereka.

"BARA BAJ*NGAN." Dengan suaraku yang tercekat akibat tangisan yang tiada guna, aku berhasil menghentikan aktivitas intim yang dilkukan dua manusia yang tidak bisa lagi dikatakan seorang manusia. Bara dengan kaget menoleh ke arahku, dia masih memangku seorang wanita dengan bertelanjang bulat. Sialan, mataku benar-benar ternodai.

"Say..sayang..ini semua bukan salahku, dia yang duluan menggodaku." Dengan tidak berdosa Bara mencoba memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. Ternyata ini yang membuatku tidak bisa menaruh kepercayaan penuh pada Bara.

"BAJ*NGAN TETEP AJA BAJ*NGAN, KITA PUTUS!." Aku tidak kuat lagi berada disini, ingin mencerca pun tidak memiliki tenaga. Butuh sekuat tenagaku untuk lari, pergi dari sini. Suara Bara yang memanggilku mengiringi setiap langkah kakiku dan setiap tetesan air mataku.

Semua kata umpatan menggema di otakku, sialan Neisha kamu bodoh sekali. Banyak klien yang bisa kamu baca kenapa untuk membaca gerak gerik dia yang selalu bersamamu saja tidak bisa. Otakku bergelut, semua runtukan kebodohan mengisi otakku, semua kata penyesalan mengiringi langkahku. Aku sudah menyia-nyiakan setengah tahun hidupku hanya untuk bersama orang tukang selingkuh seperti itu.

Motor yang kukendarai kulajukan dengan kencang, melebihi kecepatan rata-rata ketika aku mengendarai motorku. Tetes demi tetes air mata memburamkan pandanganku, semua hal yang kita lakukan bersama seperti kaset rusak yang terus berulang di dalam benakku.

Brakk

+++

Diketik : 27-11-23
Dipublish : 5-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang