Chapter 3 - Stalking

99 7 0
                                        

Happy reading<3
×××

Akhirnya, sekarang aku bisa terlepas dari perlombaan-perlombaan yang membuat pusing kepala. Kini, yang kulakukan hanyalah kembali luntang-lantung di sekolah karena tinggal menghitung hari rapor akan segera dibagikan dan Niskala akan mengalami libur panjang pergantian semester. Agak sedih sebetulnya karena jika hanya dirumah saja dipastikan 100% aku akan menjadi babu dirumah tanpa melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif.

Apalagi jika hanya dirumah saja tentunya pasokan gaji harianku--uang saku-- akan berkurang secara signifikan. Selama dua minggu liburan akan kuhabiskan dengan sepenuhnya leha-leha, jika ingin dimarahi oleh kanjeng mami.

Kelasku ramai, semua berkumpul membentuk kubu dengan temannya masing-masing. Bukankah selalu seperti itu? Hampir tidak mungkin satu kelas bergerombol menjadi satu. Jika ada yang mengatakan bahwa dikelasnya tidak ada kubu, jangan munafik kamu dan teman dekatmu juga bisa dikatakan kubu. Karena sejatinya manusia itu memiliki batas energi sosialnya masing-masing, jadi secara sederhananya kalian pasti juga punya batas interaksi dengan orang lain.

Seperti sekarang, aku tengah berkumpul dengan kubuku. Sebut saja mereka Lana, Cyra dan Aria. Jangan mengira dengan nama yang anggun seperti itu mereka termasuk golongan orang normal di Niskala, sayangnya tidak. Mereka sama-sama memiliki kelainan kromosom yang membuat mereka sedikit istimewa, bercanda. Tentunya tetap ada waktu dimana mereka menjadi normal.

"Aku mau cerita, masa kemarin ada orang aneh waktu aku jadi panitia kemarin. Beneran ini orangnya gila banget. Kalian kenal nggak? Namanya Alka, kakak kelas dia." Aku memasang muka julidku, jujur masih sedikit dendam karena kejadian beberapa hari lalu.

"Hah kok bisa gila? Di Niskala nggak nyimpen anjing perasaan. Jadi nggak mungkin lah kena rabies. Emangnya kenapa sama orangnya?." Ucapan Cyra memang ada benarnya juga, ah sudahlah yang penting dia gila.

Aku mulai menceritakan dari awal pertemuanku dengan manusia bernama Alka itu, menjelaskan titik kegilaan yang dimilikinya itu pada bagian mana. Tentunya dengan sedikit bumbu-bumbu dramatis. Lana, Cyra dan Aria juga akhirnya mengerti dan menyetujui bahwa manusia ini memang aneh.

"Bentar kayaknya aku tau deh Alka siapa, maksudmu alka yang itu?" Tiba-tiba Aria menunjuk keluar kelas, memang pintu kelas sedang terbuka lebar dan dari posisi kami dapat melihat orang yang berlalu lalang dengan jelas.

Aku reflek menoleh. Panjang umur banget orang ini, baru juga dibicarain muncul orangnya. Alka sedang bergerombol dengan teman-temannya, entah sedang membicarakan apa aku tidak peduli. Tanpa sengaja aku bertatap mata dengan dia, buru-buru aku membuang muka.

"Nah, iya Alka yang itu. Kamu kenal?." Tanyaku pada Aria.

"Dia satu SMP sama aku, temennya mantanku juga sih jadi aku kurang lebih kenal sama orangnya. Kak Alka dari dulu bentukannya kayak gitu, emang terlalu overload ekstrovert orangnya. Imbasnya kelakuannya minus." Papar Aria. Aku mengangguk mengiyakan, ternyata memang dari zigotnya dia sudah aneh duluan.

Aku sudah tidak lagi menghiraukan hal itu, bukan urusanku juga sebenarnya. Jadi masa bodolah kalau dia jumpalitan juga. Aku hanya masih menyimpan sedikit rasa aneh tentang kelakuannya yang sangat minus. Walaupun aku juga sama-sama minusnya sebetulnya. Tapi yasudahlah gennya nggak bisa diubah.

×××

Aku menghempaskan tubuhku pada kasurku tercinta. Aku perlu mengisi ulang energiku yang sudah habis di sekolah. Rebahan di kasur pun sudah membuatku merasakan kepuasan yang hakiki. Apalagi tanpa suara suara penuh cinta yang tiba-tiba memanggilku untuk melakukan sesuatu.

Seperti mamaku contohnya, selalu saja ketika ingin menyuruhku melakukan sesuatu hanya memanggil namaku tanpa memberikan perintah apapun. Jiwa magerku yang mendarah daging tentunya tidak akan langsung menghampiri mamaku tapi menjawab dari kamar. Namun, mamaku tidak segera memberikan perintah tapi selang beberapa detik memanggil namaku lagi. Ketika sudah seperti itu aku harus menghampirinya, tetapi lagi-lagi kesabaranku diuji, mamaku tidak menghiraukanku. Disini aku berada pada posisi serba salah, jika masih disitu tidak berguna dan jika kembali dimarahi.

Bukan satu dua kali saja aku mengalami hal seperti itu, berkali-kali. Bukan hanya aku saja yang menjadi korban tetapi seisi rumah. Kembali kepada kegiatannku yang hanya Scroll sana, Scroll sini. Melihat video-video lucu yang berpotensi meningkatkan moodku yang tengah diambang-ambang kehancuran.

Ting!

Alkaedzar meminta mengikuti anda

Aku rasanya ingin melemparkan ponselku ke sembarang arah, tetapi mengingat butuh perjuangan untuk mendapatkannya aku beralih melemparkan guling yang kudekap hingga terpental ke dekat pintu kamarku. Terkejut 100%, tidak menyangka bahwa si Alka ini akan mengikuti pentagram pribadiku. Ada apa gerangan orang ini?.

Aku membuka aplikasi pentagram dan menerima permintaan mengikuti dari Alka, mengikuti balik tentunya. Hitung-hitung tambah followers. Aku memikirkan sesuatu yang aneh, bagaimana bisa dia tau akun pentagramku? Padahal akunku itu tidak menggunakan nama asliku tetapi menggunakan nama hasil mencari di website.

Aku ingin kepedean dulu, siapa tau dia stalking-stalking aku. Memang, pesona seorang Kaneisha Denara Artanta putra bapak Kanagara bukan maen lawannya.

×××

Ditulis : 10-10-2023
Dipublis : 30-10-2023

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang