Chapter 17 - Marah

31 5 0
                                    

Happy reading <3
×××

Hari berlalu begitu cepat, kini aku sudah menjadi kakak kelas dan Alka sebentar lagi akan lulus. Ternyata waktu memang tidak terasa ya sudah berlalu begitu lamanya. Aku dan Alka masih sama seperti sebelumnya. Alka yang masih saja menanyakan hal-hal diluar nalar dan melakukan tindakan-tindakan ajaib yang pastinya membuat aku selalu mengelus dada mencoba untuk bersabar.

Kemarin baru saja ada kejadian yang mengguncang hubungan kami, ada seorang adik kelas yang mencoba untuk menggaet hati Alka! Bagaimana aku tidak panas coba. Aku harus menyalahkan Alka karena dia terlalu friendly dengan siapapun. Sampai-sampai ada yang salah paham kalau Alka itu suka dengan dia. Memang mempunyai pacar friendly itu cukup makan hati.

Tentunya aku marah-marah dengan Alka sampai mendiami dia hingga saat ini. Aku tau kalau Alka itu tidak ada potensi untuk selingkuh, karena sekali selingkuh langsung putus hubungan kita. Yakin 100% dia akan menangis jika aku tinggal betulan. Kemarin saja waktu aku marahi dia, Alka hanya diam saja dengan mata merah hendak menangis. Aku sempat merasa kasihan dengan Alka karena aku marah-marah seperti itu, tapi dia menyebalkan. Ingin melabrak adik kelas sok kecantikan itu tapi dia bukan levelku.

"Nei, dicariin Kak Alka tuh didepan. Samperin gih kasian tuh kaya anak ilang gitu." Aku melihat dengan malas Alka yang menangkring di depan pintu kelasku. Hanya mengangguk saja menanggapi perkataan Lana.

"Nei, Kak Alka itu lho." Untuk kedua kalinya Lana berkata baru aku mau beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri Alka. Kali ini Alka hanya bawa badan saja ketika menghampiriku.

"Yang, beli kentang goreng ayo." Mendengar itu langsung saja aku mencubit dengan keras perut Alka. Alka tidak mencoba menggeliat setelah menerima cubitanku.

"Kamu itu lho, kamu hari ini udah makan micin berapa banyak! Mentang-mentang aku lagi marah kamu malah mau ngajak beli kentang." Setelah puas aku melepaskan cubitanku, kasihan melihat muka Alka melas sekali.

"Kan ini ceritanya aku lagi bujuk kamu, nanti kalau nggak aku bujuk kamu tambah marah." Alka mencoba membela diri, ada betulnya juga sih kalau dia tidak membujukku bisa jadi aku marah 7 hari 7 malam.

"Yaudah ayo." Dengan terpaksa aku mengiyakan ajakan Alka. Dengan senang hati Alka merangkul tanganku aku langsung menepis tangan Alka, ingat aku masih marah!. Akhirnya kami berdua berjalan beriringan menuju ke gerbang depan tempat biasa kami membeli jajan.

Dari kejauhan aku melihat sesosok manusia jahanam yang kemarin mencoba dekat-dekat dengan Alka. Aku langsung menyenggol pelan Alka yang berada di sampingku. Mencoba menunjukkan pada Alka ada manusia satu itu. Alka sadar apa yang aku lihat, reflek aku menarik pelan baju Alka agar kembali melihat ke arahku. Aku melihat manusia jahanam itu terlihat malu-malu kucing setelah sempat kontak mata dengan Alka. Apa dia tidak melihat kalau aku berdiri sebesar ini di samping Alka!.

"Ih nyebelin banget itu orang, udah tau ada manusia segede gaban disini masih aja malu-malu tai kaya gitu." Aku misuh-misuh sendiri setelah itu, Alka mencoba menenangkan aku agar aku tidak tambah marah.

"Tenang saja Ananda, Kakanda tidak akan berpindah ke lain hati. Jadi tidak usah khawatir dengan manusia lainnya." Alka menarik-narik tanganku agar perhatianku tidak teralihkan menuju ke manusia jahanam satu itu. Untung dia punyaku.

"Iya-iya, udah sana pesen tak tungguin disini." Kelakuannya terlalu ajaib hingga aku tidak bisa marah terlalu lama. Ada saja yang membuat aku luluh.

Aku kadang bingung sendiri dengan Alka. Aku tidak pernah tau kehidupan Alka diluar bersamaku itu seperti apa. Aku tidak pernah kenal dengan Papanya atau Mamanya, dia hanya mengajakku ke rumahnya yang hanya berisi beberapa orang pembantu. Aku juga tidak berani untuk bertanya langsung kepada Alka tentang kedua orang tuanya. Biarkan saja dia bercerita ketika dia sudah siap. Tapi aku tidak tau sampai kapan dia akan bisa siap untuk bercerita.

Alka kembali dengan membawa dua bungkusan plastik berisi kentang goreng lengkap dengan bumbu-bumbunya. Senyumnya ceria sekali setelah mendapat Kentang Goreng itu, aku menatap tepat pada mata Alka yang berbinar bahagia. Aku baru sadar, binar mata Alka lebih cerah dibandingkan dengan pertama kali aku bertemu dengan Alka, matanya begitu redup tanpa cahaya.

"Nih, kentang gorengnya pegangin dulu, aku tadi baru pesen es degan. Kamu nanti kepedesan nggak ada minum." Alka langsung berbalik menjauhiku setelah kentang goreng itu berpindah tangan.

"Mbak, temennya Mas Alka ya?, tadi kayaknya lagi sama Mas Alka. Boleh minta nomornya Mas Alka nggak?." Sumpah demi apapun sekarang aku tengah kesal sampai ke ubun-ubun karena tiba-tiba saja manusia jahanam yang tadi aku bicarakan dengan Alka malah bertanya tentang Alka denganku. Dia ini memang tidak punya otak sepertinya!

Langsung saja aku memberikan side eye paling menusuk yang aku miliki.  Aku diamkan saja dia, dia terlihat bingung karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari aku.

"Yang, Udah nih, ayo balik." Akhirnya si biang kerok ini tiba. Aku langsung menarik tangan Alka agar berdiri berhadap-hadapan dengan manusia jahanam di sampingku.

"Nih, orangnya dateng silahkan tanya sendiri ya dek sama orangnya. Misi" Alka terlihat kebingungan sambil menatap ke arahku. Aku tau pasti manusia jahanam ini sudah malu luar biasa karena mendengar Alka tadi memanggilku sayang.

×××

Diketik : 15-11-23
Di publish : 23-11-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang