Chapter 41 - Bude Jum

29 4 0
                                    

Happy reading <3
+++

Kami berdua mulai memasuki pekarangan rumah Alka, ternyata setelah 8 tahun berlalu rumah ini tidak jadi dijual. Padahal dulu aku mengira kalau rumah ini sudah laku terjual karena dihuni oleh orang lain. Rumah ini sudah mengalami renovasi, menjadi lebih modern dan lebih tertutup, Pagarnya saja ditinggikan sampai menjadi seperti benteng takeshi.

Aku turun dari motor lalu disusul oleh Alka yang berjalan mendahuluiku untuk masuk ke dalam rumah. Untuk seukuran bos besar, hidup Alka tergolong sederhana. Tidak yang flexing kesana kemari, meminta validasi dari orang lain. Orang kaya memang beda. Aku mengamati bagian dalam dari rumah Alka, sekarang terkesan lebih elegan dan suram. Catatan untukku, besok jika ingin membangun rumah aku akan memakai warna-warna cerah tidak ingin menjadi seperti tembok Alka yang monokrom. Konsepnya bagus tapi tidak hangat, tidak seperti rumah.

"Kamu tunggu disini dulu, aku mau ganti baju. Kalau mau minum, makan atau ke toilet tau kan dimana?." Aku mengangguk, Alka langsung pergi menjauhiku. Aku duduk di sofa melanjutkan makanku yang sempat tertunda, jajanan yang aku beli masih banyak. Aku masih melihat sekeliling rumah Alka dengan penasaran, ingin menemukan letak barang yang membuatku familiar namun tidak aku temukan satu pun.

Uhukk Uhukk

Aku terkejut sampai tersedak ketika melihat Bude Jum tiba-tiba masuk ke jarak pandangku. Bude Jum ini seperti hantu saja, tiba-tiba muncul. Bertahun-tahun sudah berlalu dan wajah Bude Jum masih sama seperti dulu, dengan senyum ramah yang selalu tertanam di bibirnya.

"Ya Allah nduk, ini silahkan diminum dulu." Bude Jum mendekatiku sambil membawa air minum ketika aku tidak berhenti terbatuk-batuk. Makananku yang pedas membuat tenggorokanku perih saat tersedak. Aku langsung saja meminum air itu hingga tandas.

"Matur suwun Bude." Aku mengembalikan gelas itu pada Bude Jum, Bude Jum terlihat kaget lalu mengamatiku dengan seksama. Apakah ada yang salah dengan wajahku?.

"Mbak Neisha ya? Pacarnya Mas Alka. Duh, Bude sudah tambah tua jadi pangling dengan Mbak Neisha." Aku tersenyum dengan enggan, pacar dari hongkong.

"Iya Bude, ini Neisha. Neisha sekarang jadi asistennya Mas Alka, bukan pacarnya." Bude Jum hanya mengangguk maklum tidak mencoba bertanya lebih jauh tentang aku yang 'putus' dengan Alka.

"Mbak Neisha mau dibuatkan apa?, atau mau ikut ke dapur aja?. Bude mau cerita banyak sama Mbak Neisha." Aku mengangguk lalu mengikuti Bude Jum pergi ke dapur, entah perasaanku saja atau Bude Jum menjadi hampir seperti nenek-nenek. Mungkin ini adalah masalah waktu yang membuat semuanya berbeda.

Bude Jum mengambil beberapa peralatan masak, sepertinya Bude Jum akan memasak untuk makan siang sekalian. Aku membantu Bude Jum untuk mencuci sayuran serta memotongnya menjadi beberapa bagian.

"Mbak Neisha jangan benci sama Mas Alka ya?." Aku menoleh dan menatap bertanya kepada Bude Jum.

"Benci kenapa Bude?. Benci karena dulu Mas Alka pergi nggak bilang Neisha?." Bude Jum mengangguk sambil dengan senyuman yang menyempit, raut wajahnya terlihat sedih.

"Dulu Mas Alka terpaksa ngelakuin hal itu. Hari itu sebuah kejadian besar terjadi, orang tua Mas Alka bercerai dan Mas Alka dibawa pergi sama Pak Mahesa. Pak Mahesa orangnya keras, semua akses untuk dunia luar beliau tutup. Dari kecil Mas Alka itu selalu ditinggal kerja sama orang tuanya jadi Bude yang merawat sedari kecil, sampai sekarang sudah dewasa." Aku menyimak dengan seksama semua perkataan Bude Jum, ternyata memang benar semua akar permasalahan ini adalah saat Alka masih kecil dan saat Mahesa masih ada. Mahesa adalah sumber utama penderitaan Alka.

"Mbak Neisha tau?, Mbak ini orang pertama yang dibawa kesini sama Mas Alka loh. Ndak ada lagi yang lain-lain dibawa kesini." Kali ini aku tercengang.

"Masa sih Bude?, nggak percaya ah. Dulu aja Mas Alka kaya buaya gitu masa nggak pernah pacaran lagi." Bude Jum menggeleng.

"Percaya sama Bude, Mas Alka ini masih ting-ting sampai sekarang. Mbak Neisha, sudah ketemu sama Mas Alka yang lain?." Aku mengangguk mengiyakan. Aku tau maksud dari Bude Jum adalah Kai dan Arkan, dua kepribadian Alka yang lain.

"Sudah Bude, Bude tau kenapa kok mereka bisa ada?." Bude jum membeku, matanya seperti melayang jauh menelusuri memori yang terpendam lama. Aku menunggu dengan sepenuh hati jawaban dari Bude Jum.

"Yang Bude tau cuma sekedar Mas Arkan ada karena Ibu Mas Alka yang suka melakukan kekerasan, Mas Arkan ini sudah ada dari lama sekali sedari Mas Alka SD kalau Bude tidak salah ingat. Kalau Mas Kai, dia ada karena Bapak yang terlalu keras menuntut Mas Alka supaya menjadi sempurna. Kalau Mbak Neisha mau tau lebih dalem lagi, bisa tanya langsung sama Mas Alka. Bude ini sebenernya juga ndak tau apa-apa." Aku terkejut, ternyata Arkan sudah ada selama itu.

Makanya aku kadang merasa pernah bersama dengan Arkan entah dimana itu, dan Arkan juga seperti sudah lama saling mengenal denganku. Sedangkan Kai aku merasa bahwa Kai berbeda, selalu ada selubung yang menutupi hatinya agar tidak diketahui oleh siapapun. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri.

"Kamu kenapa diem sendirian disitu?." Aku sedikit tersentak ketika mendengar suara berat dari Alka. Aku menoleh ke arah pintu masuk dapur dimana Alka berdiri disana.

"Aku nggak sendirian, aku sama Bud..ee. Loh Bude dimana? Barusan bukannya sama Aku disini." Aku tambah terkejut ketika kembali menoleh ke arah dimana Bude berdiri disampingku tetapi tidak mendapati keberadaan Bude Jum sama sekali. Bude kemana?!.

+++

Diketik : 8-12-23
Dipublish : 15-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang