Happy reading <3
×××Dimulai dari kerandoman Alka, sekarang ini aku terjebak di tengah bis milik kota Q yang dinamai Qbis. Qbis ini masih benar-benar bersih dan baru, memang seperti bis di kota-kota besar pada umumnya. Kursi di dalam Qbis berbentuk memanjang, aku dan Alka duduk bersebelahan. Mungkin karena efek sekarang hari libur dan masih bisa dikatakan pagi hari kondisi di dalam Qbis terbilang cukup sepi, penumpangnya hanya ada kami berdua dan sepasang paruh baya yang duduk cukup jauh dari kami.
"Nei, pernah mikir nggak kok kita rasanya sendirian aja di dunia ini?." Tiba-tiba saja Alka mengajukan pertanyaan kepadaku. Aku menoleh ke arahnya, matanya masih menatap kedepan dengan sorot mata yang terlihat aneh dimataku.
"Kalau rasa sendirian itu pasti pernahlah, nggak mungkin kalau nggak. Tapi ini konteks sendiriannya itu ngapain dulu." Sebenarnya aku selalu merasa aneh ketika Alka mengajukan pertanyaan-pertanyaan nyeleneh kepadaku atau mungkin hanya aku saja yang terlalu banyak berfikir karena dia memang orang yang seperti itu.
"Ya sendirian, mikir kok kita bisa mikir tapi kita nggak bisa denger pikiran orang lain hasilnya kita merasa sendiri. Pernah mikir kaya gitu nggak?" Alka kini menoleh ke arahku, menatap tepat di bola mataku sampai rasanya aku ingin sekali memegang wajahnya lalu ku tolehkan kembali ke arah depan agar tidak terus memandangiku. Aku mengalah, ku putuskan tautan mata kami beralih mataku yang mengikuti pergerakan sepasang paruh baya yang terlihat masih saling mencinta.
"Mikir yang kaya gitu pasti pernah, apalagi kalau lagi di tempat ramai tapi orang-orangnya pada hening pasti kepikiran sampai kemana-mana. Kenapa? Pasti sekarang mikir kaya gitu karena dari tadi hening kan?." Balasku membuat lelaki berambut ikal itu terkekeh singkat, seperti terciduk melakukan suatu hal yang salah.
"Kok tau sih, padahal kan nggak bisa baca pikiran orang." Candanya membuatku ikut tersenyum.
Pemberhentian selanjutnya Halte Taman Pahlawan, mohon perhatikan barang bawaan anda ketika turun dari Bis.
"Kita turun disini aja ya" Aku hanya mengangguk menuruti keinginan dari Alka. Terserah sajalah dia ingin mengajakku kemana hari ini.
Tepat setelah Qbis berhenti dan pintunya terbuka kami pun turun. Proses pembayaran Qbis dibuat untuk membayar di awal dan kita dapat memakai Qbis sepuasnya walaupun kita sempat turun dari Qbis. Biayanya pun cukup murah karena kita berdua menggunakan kartu pelajar.
Sepanjang menyusuri taman kami mereview kelakuan orang-orang yang ada di taman ini, diselingi dengan beberapa candaan yang dilontarkan Alka membuat perjalanan kami tidak sesepi ketika di awal. Di Taman Pahlawan kota Q banyak patung-patung pahlawan perjuangan yang ditempatkan di titik-titik tertentu, bisa dibilang Taman ini cukup luas.
"Nei, suka museum?" Tiba-tiba Alka mengajukan pertanyaan itu kepadaku sambil menghentikan langkahnya. Aku tentu saja ikut menghentikan langkah dan menoleh ke arah Alka, matanya tidak tertuju kepadaku aku mengikuti arah pandang Alka. Sebuah gedung megah berarsitektur belanda dengan plang besar bertuliskan 'Museum Pahlawan' menyapa pandanganku.
"Suka, ayo kesana. Kebetulan Temen-temenku kalau aku ajak ke museum pada nggak mau katanya nggak seru." Balasku antusias. Aku senang karena akhirnya ada yang bisa aku ajak ke museum. Setelah sekian lama aku memendam keinginan di hati, saat ini aku bisa merealisasikannya.
"Sama, temen-temenku juga pada nggak mau aku ajak. Untung aja kamu mau. Ayo" Alka mengajakku meneruskan perjalanan menuju ke museum. Aku dengan semangat mengikuti langkah Alka menuju ke museum yang berada di seberang taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirari : Melodi Semesta [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Menurutmu apa definisi keajaiban? Menurutku, keajaiban adalah bertemu kamu ditengah peliknya hari-hari yang ku lalui. . Neisha tidak tahu bahwa terjerumus dalam pesonanya adalah suatu hal yang berbahaya bagi dirinya, dan bagi ha...