Chapter 33 - Jadi Sakit

26 3 0
                                    

Happy reading<3
+++

Ternyata memang semuanya itu ada timbal baliknya. Hari ini hari senin dan aku sangat sibuk, bukan dikantor tapi masih tetap di rumah sakit. Aku dipaksa untuk memundurkan semua jadwal yang ada untuk beberapa hari kedepan. Karena apa? Karena Alka sakit. Aku sedikit merasa bersalah karena mengeksploitasi tenaga Arkan selama 2 hari kemarin alhasil yang kena getahnya adalah Alka.

Sekarang posisinya berubah, kemarin aku yang menjadi pasien sekarang Alka yang menjadi pasien. Kerja-kerja tipes, mungkin itu semboyan Alka karena terlalu fokus pada pekerjaannya jadi sekalinya drop langsung parah. Aku harus ingat agar tidak mengikuti jejak Alka yang terlalu larut dalam pekerjaan. Sudah cukup aku kemarin terbaring lemah di ranjang pasien, aku tidak mau lagi. Sejujurnya badanku masih sakit, tapi aku mencoba untuk menahannya. Aku saja mengetik di laptop hanya dengan menggunakan satu tangan.

Suara keyboard yang ditekan menghiasi ruangan ini, aku dan Alka sama-sama sibuk dengan dunia kami masing-masing. Aku masih memikirkan cara bagaimana agar bisa membuka mulut Alka dengan sendirinya. Aku takut mengorek luka lama, tapi itu pekerjaanku.

"Kaneisha, kamu nanti tidak usah pulang. Saya mau istirahat." Aku mendongak menatap Alka yang mengarahkan pandangannya padaku. Eh, yang benar saja walaupun selama 2 hari aku berada di ruangan yang sama dengan dia tapi kalau keterusan ya aku tidak mau lah.

"Maaf pak-."

"Saya beri bonus untuk bulan ini."

"Baik pak, tapi bonusnya nol-nya yang banyak ya. Hehehe." Aku menampilkan deretan gigi rapi milikku. Aku lemah kalau di sogok dengan bau uang, maklum kita sebagai wanita harus materialistis, kebutuhan kita banyak. Alka hanya mengangguk lalu kembali menatap layar laptop miliknya. Sakit saja masih tetap bekerja.

Yasudahlah aku akan menjaga dia, tidak ada ruginya juga malahan dapat bonus bejibun. Kasihan juga kalau Alka tidak ada yang menjaga, nanti tugasku tambah menumpuk ketika dia tambah drop. Semoga saja tidak. Disini aku juga bisa lebih bebas daripada di kantor, aku bisa mengunyah makanan sepuasnya tanpa larangan dari kantor yang mengharuskan aku bersikap formal. Alka hanya diam saja melihat aku bekerja sambil mengunyah makanan.

Di malam hari Alka demam tinggi, dia tertidur dengan gelisah. Aku bersyukur karena siang tadi aku menerima perintah Alka yang memintaku untuk menginap di rumah sakit, jika aku tidak disini entah bagaimana kondisi Alka besok. Baru saja, dokter sudah menyuntikkan obat penurun demam untuk Alka, tapi masih saja dia tidak tenang dalam tidurnya. Aku masih setia duduk di samping ranjang Alka, takut-takut jika terjadi sesuatu yang membahayakan.

"Nei, maaf. Jangan pergi." Awalnya aku tidak mendengar jelas ucapan yang keluar dari mulut Alka, tapi dia mengulanginya berkali-kali hingga aku dapat menangkap maknanya dengan jelas. Gerakan Alka semakin gelisah seperti ingin menangkap sesuatu.

"Hei, tenang aku nggak akan pergi. Tenang oke, aku masih disini." Dengan lancang aku mengelus dahi Alka yang mengeluarkan bulir-bulir keringat sebiji jagung, lagi-lagi mencoba membuat Alka kembali tenang dalam tidurnya.

Mataku berkaca-kaca, dia memutar balikkan fakta. Nyatanya dia yang pergi, bukan aku yang pergi. Dia yang pergi tanpa pamit disaat dulu aku masih berdiri membeku di tempat. Aku mengambil tisu untuk mengusap dahi Alka yang basah oleh keringat. Badannya sudah mulai tenang, matanya mulai terbuka. Reflek aku langsung menarik tanganku yang masih di wajahnya.

"Kaneisha, kenapa sepertinya saya mengenal kamu sudah lama?. Padahal kamu baru menjadi asisten saya kemarin." Dia Kai, iris matanya menggelap dan sayu. Ucapannya lemah sekali seperti tidak berdaya.

Pasien penderita DID memang seperti itu, masing-masing dari mereka hidup dalam identitas yang berbeda dan kadang tidak saling tau kalau mereka bersama dalam satu tubuh tapi pasti ada secarik memori yang menggabungkan mereka semua. Mereka adalah orang yang berbeda namun hidup pada raga yang sama. Mereka berasal dari satu jiwa utama. Jiwa utama yang ingin lari dari kenyataan yang ada.

"Memang sudah lama sekali, sebelum anda ada." Aku tersenyum ringan, Kai mengerutkan kening seperti tidak paham dengan perkataanku.

"Loh Nei?, kok jadi aku yang disini?. Bukannya kamu?." Dalam sekejab mata, Kai berubah menjadi Arkan. Jika mereka terus berubah-ubah, kondisi Alka pasti nantinya akan menjadi lebih buruk karena otaknya bekerja terlalu berat.

"Maaf ya Mas, gara-gara kemarin kamu jagain aku jadinya kamu sekarang demam." Aku kembali mengusap keringat Arkan, matanya terpejam menerima usapanku. 2 hari kemarin membuat kita menjadi dekat, mungkin salahku karena Arkan mengingatkanku pada Alka yang dulu. Walaupun mereka berdua adalah orang ya sama.

"Padahal kan badanku strong, kok bisa tumbang sih." Kuat darimananya?, apakah dia tidak merasakan bahwa suaranya saja sudah lemas sekali.

"Makanya makan banyak buah dan sayur biar badannya tetep strong. Sekarang aja loyo begini." Arkan tertawa lemah, lalu memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar tertidur.

+++

Diketik : 29-11-23
Dipublish : 8-12-23

Mirari : Melodi Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang