Happy reading<3
+++Akhirnya setelah total 5 hari aku berada di Jepang, aku bisa kembali ke Indonesia. Selama aku beristirahat total akibat insiden kemarin, Alka benar-benar tidak jauh dariku apalagi menjadi overprotektif. Seperti sekarang ini, padahal aku sudah dinyatakan dokter sehat wal afiat tetapi selama perjalanan ke bandara sampai pesawat mendarat dengan selamat di Indonesia aku benar-benar tidak jauh dari pandangan Alka.
Alka berlindung dibalik katanya yang menyatakan kalau aku adalah karyawannya jadilah aku tanggung jawabnya. Aku tau, masih ada pancaran ketakutan yang belum memudar di kedalaman matanya. Aku tidak tau mengapa ketakutannya masih ada, padahal kan aku sudah bisa berjalan dengan sehat. Koperku saja dia rebut, dia memperlakukan aku seolah-olah aku adalah barang rapuh yang harus dijaga.
Mobil Alka beserta supirnya dan seorang bodyguard sudah sampai di tempat parkir bandara. Koper dan barang kami yang lainnya diletakkan di bagasi mobil. Aku jarang sekali melihat bodyguard dari Alka, entah mereka ada tapi aku tidak menyadari akupun tidak tau pasti. Yang pasti aku lihat hanyalah bodyguard ini. Untuk orang sepenting dia seharusnya lebih menjaga diri.
Aku dan Alka duduk di kursi belakang, perjalanan menuju Apartemen Alka akan memakan waktu dua jam dengan segala kemacetan di jalan raya. Alka menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, diantara alisnya tercetak dengan jelas raut kelelahan. Pasti dia lelah menjagaku sampai kurang istirahat begini, apalagi setelah ini pasti jadwalnya akan menjadi super duper sibuk. Selama menjagaku saja dia masih bekerja.
"Nei, pinjem bahu boleh?." Aku menoleh ke arah Alka yang matanya memerah seperti menahan kantuk. Aku sampai tidak tega hati untuk menolak.
"Boleh." Aku mendekatkan diri ke Alka yang membuat Alka terlalu menekukkan pinggangnya karena perbedaan tinggi badan di antara kami.
"Pak, jika posisinya seperti ini anda akan sakit pinggang." Alka menggelengkan kepalanya di bahuku, menolak untuk berpindah.
"Mas, panggil mas. Ini nggak lagi dikantor." Aku menghela nafas, lagi-lagi masalah ini. Padahal ada orang lain selain kami. Di perjanjian awal kan aku bilangnya tidak seperti itu.
"Jangan protes, boleh panggil pak kalau ada kolega dan karyawan kantor. Selain itu panggil mas." Tangan Alka menekan tombol partisi mobil yang menyekat antara tempat duduk kami dengan kemudi. Aku baru tau di mobil Alka ada seperti ini.
"Mas, kalau posisinya kaya gitu nanti sakit pinggang." Lagi-lagi Alka menggeleng. Namun kali ini dia menyesuaikan posisi agar lebih nyaman tanpa mengangkat kepalanya dari bahuku. Tidak lama dari itu aku merasakan nafas Alka sudah mulai teratur.
Aku sekarang kebingungan sendiri, aku ingin menjauh dari Alka namun satu sisi dari diriku masih tidak bisa lepas. Aku tau, ego masa laluku tidak pernah puas. Rasa ingin tahuku menjerat hidupku untuk masuk lebih jauh dalam kehidupan Alka. Mencoba menemukan titik terang dimana Alka bisa bebas dari trauma yang mengekangnya.
Lambat laun aku tahu satu hal, Alka takut tidur. Aku menyadarinya disaat dulu ada orang yang mengaku-ngaku menjadi tunangan Alka. Baru kali itu aku melihat dia gelisah dalam tidurnya. Jika aku tidak sabar mungkin aku langsung menarik Alka menuju hipnoterapi, supaya aku tau apa sebenarnya yang mengganggu Alka saat tidur. Tapi tentunya aku tidak bisa tiba-tiba mengajak Alka kesana, semuanya harus berdasarkan kemauan Alka sendiri. Yah, nanti mungkin aku akan mencoba sedikit menyinggung hal ini kepada Alka.
Selama perjalanan ini Alka benar-benar tertidur lelap, aku yang juga lelah ikut tertidur dengan menyandarkan kepalaku pada kepala Alka. Sampai akhirnya aku harus terbangun karena sudah sampai ke rumah kontrakanku. Pasti barang-barang di dalam sudah sedikit berdebu karena aku tinggal lama. Aku menarik-narik ujung baju Alka agar Alka terbangun. Aku kesal dia tidak kunjung bangun, akhirnya aku menjepit hidungnya agar dia tidak bisa bernafas.
"Hah Hah Hah, Nei kok gitu sih!." Aku tersentak kaget ketika Alka mengeraskan suaranya, memang salahku membangunkan Alka dengan cara seperti itu.
"Maaf." Aku menundukkan kepalaku merasa bersalah.
"Hei maaf, aku nggak sengaja bentak kamu. Lain kali kalau mau bangunin jangan kaya gitu." Alka yang sudah terduduk dengan tegak menarik pelan ujun bajuku. Sekarang aku tambah bingung, posisi kita adalah atasan dan bawahan kenapa aku merasa lambat laun semuanya berubah tidak sebagai mana mestinya.
"Ah iya, Mas kayaknya susah tidur. Selama tidur ada yang mengganggu ya?."
"Iya, tapi kalau sama kamu entah kenapa aku bisa tidur nyenyak." Wajahku memanas, aku tidak menyangka kalau jawaban dari Alka akan menjadi seperti itu. Semoga saja tidak terlihat kalau wajahku memerah.
"Mungkin Mas harus coba hipnoterapi, siapa tau manjur." Aku harap-harap cemas menunggu jawaban dari Alka.
"Oke, tapi kalau aku kesana kamu yang temenin ya." Langsung saja aku mengangguk, karena aku juga harus tau hal apa yang membuat Alka menjadi seperti ini. Sangat berbeda dengan Alka yang dulu.
Setelah itu aku langsung berpamitan untuk masuk ke dalam rumah. Aku menghempaskan badanku pada kasur yang sudah lama aku tinggalkan. Bayangan tentang beberapa hari terakhir membuat aku harus berfikir ulang untuk mempercepat semuanya berakhir. Aku tidak mau berharap pada apa yang bukan menjadi milikku sejak awal.
+++
Diketik : 16-12-23
Dipublish : 23-12-23
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirari : Melodi Semesta [END]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] Menurutmu apa definisi keajaiban? Menurutku, keajaiban adalah bertemu kamu ditengah peliknya hari-hari yang ku lalui. . Neisha tidak tahu bahwa terjerumus dalam pesonanya adalah suatu hal yang berbahaya bagi dirinya, dan bagi ha...