"Eum." Shani mendesah tertahan saat Gracia memainkan putingnya.
Tangan Gracia mengelus pipi, pundak, tulang selangka dan berakhir di payudara Shani yang satunya.
Shani tersenyum melihat Gracia yang sedang bermain pada tubuhnya. Wanita itu mengelus apa yang bisa di elus dan menjilat apa yg bisa ia jilat.
Kemudian ia sampai pada titik yang paling nikmat yang ada di tubuh Shani. Ia menekuk kaki Shani agar mempermudah aksinya.
Gracia menyatukan lidahnya dengan vagina Shani, ia menjilat secara keseluruhan dengan perlahan. Shani menikmatinya, tapi Gracia tidak menemukan tanda bahwa Shani menikmatinya. Shani tidak mendesah.
Kini Gracia fokus menjilat pada satu titik, yaitu klitoris Shani. Tangan kirinya memeluk paha Shani, tangan kanannya mengelus perut Shani dan sesekali meraih payudara Shani untuk di remas dengan lembut.
Shani sedikit mengangkat kepalanya, lalu kembali merebahkan kepalanya ketika melihat wajah cantik Gracia yang sedang sibuk memuaskannya.
"Enak?" Gracia ragu akan servicenya karena sejak tadi, Shani tidak mendesah seperti dirinya.
"Enak Ge." Shani mengangguk. Ia beranjak duduk, kakinya tetap mengangkang. Shani mengelus kepala Gracia yang berada tepat di depan vaginanya.
"Jari kamu Ge." Shani meminta, Gracia menyerahkan tangan kanannya.
Shani memasukkan satu jari Gracia pada vaginanya. Lalu kembali mengelus kepala Gracia. Gracia paham, ia kembali menjilat klitoris Shani.
Gracia memainkan jarinya di dalam lubang kenikmatan Shani. Lidahnya juga bergerak lincah untuk memberi kenikmatan pada Shani nya.
Kini nafas Shani mulai terasa berat, ia mendongak, lalu menopang tubuhnya dengan siku tangan kirinya.
"Enak Ge." Ucap Shani sambil tersenyum, suaranya sangat lembut dan halus.
"Uhum." Gracia mengeluarkan jarinya, dan menambahkan satu jari lagi. Ia membawa jarinya keluar masuk pada lubang vagina Shani dengan kecepatan sedang. Lidahnya juga masih menjilat dan menghisap klitoris Shani.
Shani sudah berada dalam kenikmatan yang tiada tara. Ia sedikit menahan desahannya.
"Ngghhh." Ia mengganti desahan dengan erangan yang menandakan bahwa ia sedang merasakan nikmat.
Gracia manjauhkan kepalanya, ia mengganti lidahnya dengan tangan kirinya yang menggesek gesekkan klitoris Shani. Sementara tangan kanannya tetap mengocok lubang vagina Shani.
Shani mulai menutup matanya, punggungnya sedikit naik, Gracia menambah tempo gerakan jarinya.
"Udah Ge." Shani sudah mencapai puncaknya. Tubuhnya melemas. Gracia membersihkan vagina Shani dari sisa sisa cairannya.
"Ga mau lagi ci?"
"Sini sayang." Shani merentangkan tangannya. Gracia merebahkan dirinya dalam pelukan Shani, ia menimpa Shani yang memeluk erat tubuhnya.
"Kamu cantik banget." Shani mengelus elus kepala Gracia dengan lembut. Memainkan rambut Gracia.
"Aku tau. Aku cantik, karena aku milikmu." Kepala Gracia tepat pada dada Shani.
"Ga ada hubungannya Ge." Shani sedikit terkekeh.
"Aku suka banget kaya gini."
"Kita ga jadi pergi?" Tanya Shani.
"Ga usah. Disini aja. Kaya gini aja." Gracia mengelus pipi Shani.
"Yaudah, nanti kalau lapar bilang ya." Shani mengelus punggung Gracia.
"Iya." Gracia menopang tubuhnya pada kedua tangannya. Tubuhnya terangkat, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Shani.
Gracia mencium Shani. Memberikan kecapan lembut dan hangat. Gracia mengulum bibir bawah Shani dengan kedua bibirnya.
Shani membalas ciuman itu, ia dapat dengan mudah mengikuti ciuman Gracia.
Shani menarik selimut, ia menutupi tubuhnya dan tubuh Gracia.
"Ge." Panggil Shani sambil sedikit menyentuh payudara Gracia yang menimpa dadanya.
"Kenapa sayang? Mau itu?" Gracia terkekeh. Shani mengangguk.
Gracia turun dari tubuh Shani, ia merebahkan dirinya di samping Shani kemudian menghadapkan tubuhnya pada Shani.
Shani masuk dalam selimut yang menutupi tubuh Gracia sampai leher. Tangan Shani mengelus payudara Gracia, lalu pindah ke pinggang Gracia.
Shani mengulum, malumat, dan menghisap puting Gracia. Gracia melenguh menahan nikmat serta sensasi geli yang di berikan oleh Shani.
Shani bergantian mengulum kedua payudara Gracia. Tangannya mengelus elus punggung wanitanya.
Tangan Shani sesekali meremas bokong sintal Gracia. Tangan Gracia mengelus kepala Shani.
Shani persis seperti bayi besar yang haus.
"Sayang." Panggil Gracia.
"Iya Ge?" Shani berhenti. Ia mensejajarkan kepalanya dengan wajah Gracia.
"Aku mau punya anak. Anak bayi yang lucu." Kata Gracia kemudian mengecup bibir Shani.
"Boleh kok. Aku nunggu kamu yang minta. Kamu mau hamil? Atau kita adopsi aja?" Shani mencium kening Gracia, tangannya memeluk pinggang wanitanya.
"Prosedur aja. Aku mau anak kita mirip kamu dan aku. Aku mau ngerasain hamil dan melahirkan. Aku ga mau anak kita merasa bukan bagian dari keluarga waktu dia gede. Aku ga mau anak kita tiba tiba nyari ibu dan ayahnya, lalu pergi dari kita." Gracia menjelaskan pikirannya.
"Tapi aku ga mau kita tinggal di jakarta. Nanti anak kita ngerasa beda dari anak anak yang lain." Ucap Shani.
"Aku sanggup pergi kemana aja asal sama kamu ci. Asal ada kamu." Gracia memeluk Shani erat.
"Nanti aku tanyain sama kenalan aku ya Ge."
"Iya ci. Aku sayang banget sama kamu."
"Aku tau."
"Dulu aku sama sekali ga nyangka bisa ketemu kamu lagi ci. Dulu aku lemah banget, ga bisa perjuangin kamu. Makasih karena udah berjuang buat aku sayang, makasih buat semuanya." Gracia mengelus kepala Shani.
"Ge. Dulu jantung aku rusuh banget kalau dekat kamu. Ga tenang, kenceng banget detaknya, kaya udah mau meledak." Shani tersenyum manis
"Sekarang, jantung aku tenang banget Ge kalau dekat kamu. Dia ga rusuh, nyaman banget kalau dekat kamu."
Gracia juga tersenyum pada Shani.
Shani mencium bibir Gracia dengan lembut, ia mengeratkan pelukannya.
Gracia sangat bahagia saat ini. Ia selalu berdoa agar tuhan tidak menjauhkannya dengan Shani nya lagi. Dan agar tuhan tidak mengambil Shani.
"Kamu milikku, Gracia." Bisik Shani.
"Ci. Eumm..." Gracia bergerak gerak gelisah di pelukan Shani.
"Hm?" Shani mencoba menebak ada apa dengan Gracia, tapi gagal. Ia tak bisa.
"Once more?"
Ah, ternyata itu. Baiklah, Shani mulai melumat bibir Gracia. Jarinya kembali bermain di bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
ФанфикFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.