Hati hati. Ga ada jalan keluar.
Isinya 21++
Ready? Enjoy it.
***
"Oh my god! Look at this finger." Grace meraih jari seseorang yang duduk di sebelahnya. Ia menggigit bibir bawahnya, pandangan matanya tak lepas dari jari jemari itu.
"Hei!" Orang itu merasa tidak nyaman dengan tubuh Grace yang merapat padanya. Ia menarik kembali tangannya.
"Shenaa..." Grace berbisik pada gadis yang ia ganggu sejak tadi. Tangannya kembali meraih genggaman Shena yang sedang sibuk mencatat.
"Stt, diem dulu Ge. Kita lagi di kelas." Bisik Shena sambil mendorong tubuh Grace agar berjarak darinya. Ia menghela nafasnya, mencoba kembali fokus pada dosen yang sedang megoceh tentang alam semesta dan galaxy.
Grace tak menurut, ia tidak bisa menahan gejolak aneh yang sedang bereaksi di dalam tubuhnya. Ia mulai gelisah. Gadis itu sejak tadi menggerak gerakkan kakinya tanpa henti, ia juga mengetuk ngetukkan ujung pulpennya pada kepalanya.
Tangan Grace kembali beraksi. Ia membawa tangannya pada paha Shena, mengelus paha Shena yang terbalut celananya. Shena membiarkannya. Sampai tangan Grace menyentuh paha dalam Shena.
"Gee.." Shena dengan refleks merapatkan pahanya, lalu menepis tangan gadis itu.
Grace menghela nafasnya, mencoba membayangkan hal hal lain. Tapi tidak bisa. Ia hanya terbayang tubuh Shena yang begitu indah, jari Shena yang panjang dan lidah Shena yang lihai. Ia mengangkat tangannya, menyerah.
"Ada apa Grace?" Sang dosen mengalihkan perhatiannya pada gadis itu. Shena sedikit kaget saat sang dosen menatap ke arah mereka.
"Izin ke toilet pak." Ucap Grace dengan sopan. Sang dosen mengangguk, mempersilahkan.
Grace cepat cepat melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar, meninggalkan Shena yang berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
Shena ingin menyusul, tapi mustahil jika ia pergi begitu saja. Baiklah, saatnya berpikir. Shena terpikirkan sebuah ide, tapi ide ini sedikit agak memalukan. Gadis itu menghela nafasnya, lalu memantapkan niatnya.
"Iya Shena, mau bertanya?" Sang dosen mengalihkan pandangannya pada Shena yang sedang mengangkat tangannya.
"Engga pak. Izin nyusul Grace pak, darurat." Shena berdiri, mengabaikan tatapan anak kelasnya.
"Boleh bapak tau hal darurat apa itu?"
Wahh, kepo sekali bapak ini. Tidak bisakah ia mengangguk saja. Shena menaikkan sebelah sudut bibirnya dengan ekspresi datar. Ia menarik nafasnya lagi, tak mungkin jika langsung menyebutkan 'Grace haid day one pak, saya mau ngantarin pembalut.'
"Urusan perempuan pak, ekhem." Shena berdehem di akhir kalimatnya. Ayolah, mengangguk saja. Apa susahnya menjawab 'iya, silahkan'.
"Ah, maaf. Baiklah, silahkan."
Akhirnyaa... Shena segera keluar dari kelasnya setelah mengambil pounch dari tas Grace. Ia mengehela nafasnya saat ia sampai di kamar mandi. Sepi. Hanya ada satu pintu yang tertutup. Ia mencampakkan pounch Grace ke samping wastafel.
Shena mengetuk pintu itu tiga kali. "This me."
Terdengar suara kunci terbuka. Grace menarik Shena, lalu mendorong tubuhnya agar ia duduk di atas closet tang tertutup. Kemudian ia kembali mengunci pintu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanfictionFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.