"Shani. Aku mau ganti baju." Pinta Gracia.
"Disini ga ada baju. Aku minta belikan baju baru dulu ya. Kamu mau baju kaus? Atau kemeja? Atau hoodie?" Shani meraih ponselnya, mencoba menghubungi salah satu bawahannya.
"Apapun yang kamu berikan Shani. Apapun itu." Gracia tersenyum sambil membelai wajah Shani.
Shani mengangguk. Ia menyebutkan apa saja yang harus di beli oleh bawahannya, kemudian kembali melempar ponselnya dengan asal.
"Tunggu ya. Sebentar aja kok."
"Bisa tolong jelaskan tentang kepergianmu?" Gracia mengalungkan tangannya pada leher Shani.
Shani mengangguk, sepertinya Gracia sudah tidak marah. Ia merapatkan tubuh Gracia pada tubuhnya, memastikan bahwa posisi Gracia nyaman.
"Aku pergi ke london untuk S2. Itu perintah mutlak dari papa. Dan papa kamu nyuruh buat ngejauhin kamu. Dia ngancam bakal ngirim kamu keluar negri, bakal nyembunyiin kamu dari aku. Dia bahkan memastikan papa aku bener bener nyuruh aku buat belajar di luar negri. Jadi aku memutuskan untuk menghilang dari kamu. Aku yakin aku pasti bisa mencarimu nanti. Jadi aku fokus sama kuliah dulu. Target aku lulus cepat. Biar cepat ketemu kamu.
Aku baru sampai seminggu lalu. Aku bujuk papa supaya mau nerima kamu. Dan papa bilang, kamu bakalan nikah hari ini. Aku udah jelasin rencana aku ke papa, tapi papa ga ngebantah dan ga larang aku. Artinya papa setuju. Jadi ya, here Iam." Jelas Shani dengan amat singkat.
"Beneran? Kok kaya cerita cerita di novel novel gitu?" Gracia menaikkan sebelah alisnya.
"Beneran Ge." Ucap Shani dengan lembut. Gracia tersenyum, ia rindu dengan panggilan itu.
"Trus, apa motivasi kamu buat nyulik aku?" Gracia terkekeh mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
"Buat minta maaf. Aku harus minta maaf." Shani meraih sanggulan rambut Gracia, berusaha membukanya.
"Kalau aku ga mau maafin?" Sekarang rambut Gracia sudah tergerai, cantik.
"Aku bakal antar kamu balik." Shani sedikit merapikan anak rambut wanitanya.
Setengah jam kemudian, bawahan Shani memencet bel kamar. Membawakan baju untuk Gracia, sabun, cairan pembersih make up dan kapasnya, dalaman, serta makanan dan cemilan. Shani mengucapkan terima kasih, lalu mempersilahkan orang itu untuk pergi.
"Ini Ge. Mandi gih." Shani memberikan sabun pada Gracia.
"Harus mandi ya? Padahal aku masih wangi loh. Aku cuma minta ganti baju tadi." Gracia menatap sabun yang diberikan oleh Shani.
"Yauda ganti baju aja gih." Shani memberikan baju Gracia.
Gracia menatap Shani. Ternyata Shani masih Shani yang dulu. Apakah Shani tidak tau jika seorang pengantin wanita tidak bisa mengganti bajunya sendiri?
Shani menatap Gracia dengan bingung.
"Bantuin, Shani." Gracia menghela nafasnya.
"Ahh, iya." Dengan cepat tangan lentik itu bergerak untuk membuka dress putih yang terbalut pada tubuh Gracia. Shani mencampakkan dengan begitu saja seluruh pernak pernik dan kain yang bertengger di tubuh Gracia. Ia juga melepaskan baju lapisan dalam Gracia. Shani hanya menyisakan dalamannya saja.
"Harus pake baju ya? Nanti pasti kamu yang buka lagi." Bisik Gracia saat Shani akan mengalungkan baju kaos lengan pendek pada kepalanya.
"Harus." Shani mengangguk, ia mengangkat tangan kanan Gracia, lalu memasukkannya lewat lubang pada baju kaos itu. Begitu juga dengan tangan kiri Gracia. Persis seperti anak berumur dua tahun yang baru selesai mandi dan sedang di pakaikan baju oleh orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
Fiksi PenggemarFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.