Escape...

5.7K 288 17
                                    

Jika kemarin Gracia dan Shani saparan bersama Chika, maka pagi ini mereka sarapan bersama Feni.

"Mau di anter atau pergi sendiri Gre?" Tanya Feni pada Gracia.

"Di anter lah, ga mungkin gue diam aja disini." Shani yang menjawab pertanyaan Feni yang ditujukan untuk Gracia itu.

"Gue nanya Gracia kok!" Feni berpura pura menatap sinis pada Shani.

"Kalau Shani mau nganter, boleh kok. Tapi dia di mobil aja." Gracia mengiyakan jawaban Shani.

"Jadi rencana lo cuma datang, trus minta cerai baik baik? Gamau pake rencana gue aja?" Feni memastikan.

Gracia menggeleng lemah.

"Ga mau pake pengacara? Gue ada kenalan loh." Tanya Feni lagi.

Gracia kembali menggeleng.

"Yaudah deh, gue habis ini pamit ya, ada kerjaan, kalian hati hati. Shan, waktu gugatan bisa dipercepat kok." Feni mengedipkan matanya, lalu menyuap sarapannya.

"Oke Mpen." Shani mengacungkan jempolnya, mengangguk. Ia paham dengan cara Feni, apalagi? Tentu saja uang yang bertindak.

Feni pulang setelah sarapan, sementara Gracia dan Shani bersiap untuk pergi ke pengadilan negeri. Mereka mengurus seluruh surat untuk cerai, Gracia memiliki alasan yang cukup untuk berpisah dengan suaminya. Sebenarnya mengajukan gugatan saja membutuhkan waktu beberapa hari, apalagi menunggu proses persidangan, itu membutuhkan waktu beberapa bulan. Tapi, jika Shani bilang ia ingin besok, maka besok adalah waktu persidangan aktris yang hilang itu.

Sekarang mereka hanya perlu menyeret Edgar ke pengadilan, dan Gracia perlu bertemu dengan pria itu.

"Shanii.." Gracia menatap Shani yang sedang menyetir, suaranya sedikit bergetar.

Shani mengambil tangan Gracia dengan tangan kirinya, menggenggamnya dengan lembut. Ia tau Gracia takut. Kemungkinan terburuknya adalah Edgar melaporkan ke media kalau Gracia diculik oleh Shani.

"Gapapa Ge, ada aku kok." 

Gracia menetralkan detak jantungnya, mereka sudah parkir di depan pagar kediaman Edgar. Shani kembali menawarkan diri untuk menemani Gracia, tapi ia menolak.

Salah satu satpam menghampiri mereka, Shani membuka jendelanya. Gracia menunjukkan wajahnya, seketika satpam itu berdiri tegak dan mempersilahkan Shani masuk.

"Aku tunggu lima menit. Kalau kamu ga ngasi kabar, aku bakal masuk." Shani memberikan ponselnya, Gracia hanya perlu menekan tombol telfon darurat, makan iPad Shani akan berbunyi. Gracia menerima ponsel Shani, lalu keluar dari mobil wanita itu.

Shani menggenggam stir dengan kedua tangannya, ia hanya bisa berharap dan berdoa. Ia yakin bahwa Gracia bisa menghadapi Edgar.

Dengan membawa sebuah amplop coklat yang berisi surat gugatan yang harus di tanda tangani oleh Edgar, Gracia melangkahkan kakinya menyusuri kediaman itu. Sepi, tak ada siapapun yang terlihat. Maka ia pergi ke kamar Edgar, alias kamar mereka dulu.

Bukannya Edgar yang ia lihat, melainkan seorang wanita yang duduk manis sambil memangku laptop di atas kasur. Gracia sangat kaget, sepertinya ia tau wanita ini, ia mencoba mengingat siapa wanita itu. Seorang wanita dengan rambut light brown yang cantik, dengan bentuk wajah yang sempurna, sepertinya seorang model. Entahlah.

"Siapa lo? Edgar mana?" Tanya Gracia dengan penuh percaya diri. Ia tidak sempat membongkar ingatannya untuk mengetahui siapa wanita ini.

"Wah wah wah, aktris yang hilang kini kembali ke sarangnya. Edgar pikir lo udah mati." Wanita itu menatap Gracia sambil tersenyum sinis. Ia tampak tenang, sepertinya tidak peduli.

GRESHAN ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang