PTSD
(Post-Traumatic Stress Disorder)
.
.
"Hei!?" Seorang gadis jangkung tampak khawatir pada gadis yang sedang terbatuk. Ia memandang nyeri pada gadis itu, lalu melihat piring berisi nasi dan soup yang sudah habis setengahnya di meja makan.
"Ugh." Gadis itu menjauhkan tangannya dari mulut. Indra perasanya mengecap rasa zat besi yang begitu pekat. Oh, ternyata itu darahnya. Pandangannya memudar, tapi ia masih bisa melihat telapak tangannya dengan jelas. Ada darah yang bercampur dengan cairan salivanya disana.
Tubuh bagian dalamnya terasa sangat perih. Kepalanya terasa berat, dadanya seperti di remuk, kakinya juga bergetar. Ah, sepertinya ini yang di sebut dengan sakaratul maut. Sesaat kemudian, sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya, ia merasa tubuhnya di angkat.
*
"Dia keracunan makanan. Apakah anda tau apa yang terakhir dimakannya?"
"Tolong tunggu sebentar." Gadis jangkung itu balik kanan, segera berlari ke tempat dimana ia memarkirkan mobilnya.
"Ah, ini. Tolong di teliti." Ia memberikan piring yang berisi nasi dan soup yang di suap oleh gadis tadi.
"Anda bisa menunggu disini, ia akan mendapatkan ruangan sebentar lagi."
"Apakah ia perlu rawat inap?"
"Tentu saja, setidaknya sampai ia sadar dan membaik."
"Baiklah, terima kasih."
Gadis itu menarik kursi, duduk di samping tempat tidur dimana gadis yang tadi dibawanya berbaring. Ia menghela nafasnya, lalu mengingat piring yang tadi di bawanya. Tidak ada tumpahan apapun di dalam mobilnya, ada sedikit rasa bangga di dalam dirinya karena bisa mengemudi dengan semulus itu.
Lalu otaknya beralih memikirkan hal yang lain, apa yang dimakannya sampai gadis ini bisa batuk hingga berdarah seperti tadi. Bahkan sekarang ia tak sadarkan diri.
"Nona Shani Indira." Seorang suster yang duduk di balik meja registrasi memanggil namanya. Ia segera beranjak, menghampiri suster itu.
"Ya, saya Shani Indira."
"Wali atas Shania Gracia?"
"Ya, benar."
Seorang pria yang memakai jas khas dokter menghampirinya, ia bukan pria yang tadi menangani Gracia.
"Ada pestisida di dalamnya. Ada seseorang yang meletakkan cairan arsenik itu, ini dapat di tindak lanjuti oleh hukum jika anda melaporkannya. Wanita itu akan memerlukan pengacara, dan anda adalah saksi. Anda juga bisa memanggil saya jika kasus ini di tindak lanjuti."
Tangan Shani mengepal, keningnya sedikit mengerut, giginya mengatup rapat, siapa yang berbuat sekeji itu. "Apakah gadis itu bisa sembuh?"
"Tentu saja bisa. Kami akan menanganinya."
"Baiklah, tolong siapkan kamar terbaik, dimana aku bisa mengurus administrasi?" Shani mengikuti langkah dokter itu setelah ia mengangguk.
***
"Sedang bercanda hah? Anda meletakkan pestisida di makanannya!? PESTISIDA! ITU RACUN YANG BISA MEMBUNUH SERANGGA PADA TANAMAN!!! DAN ANDA MELETAKKANNYA PADA MAKANAN ANAK ANDA?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanficFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.