Rich

4.1K 219 17
                                    

"Mau kebab?" Tawar seorang gadis pada gadis yang berjalan di sampingnya.

"Engga deh, simpan aja uangnya." Gadis yang ditawarinya itu menggeleng.

Mereka sedang berjalan melewati kawasan gerbang kampus mereka, menelusuri trotoar di samping jalan raya. Dengan tangan yang bertaut dan kaki yang melangkah dengan seirama, mereka berjalan dengan tenang menuju kos tempat salah salu gadis tersebut tinggal.

"Nanti kamu di jemput kan Ge?" Tanya salah satunya.

"Iya, nanti sore." Yang di tanya mengangguk.

Setelah lima menit berjalan dari gerbang kampus, mereka sampai. Keduanya memasuki salah satu kamar yang ada di bangunan itu, yang satu beranjak untuk mengganti pakaiannya dan yang satu merebahkan dirinya di kasur.

"Masih jam sebelas Ge, ga mau ganti baju dulu?" 

"Mau." Gadis itu berdiri, memilih baju di lemari, dan masuk ke kamar mandi.

"Ngapain Shan?" Gadis yang baru keluar dari kamar mandi itu menghampiri Shani yang duduk bersila di kasur dengan memangku laptop.

"Ngecek web buat ngumpul tugas kita, tadi webnya error."

Gadis itu mengambil ponselnya, membuka sosmed dan scrolling secara random. Ia menyandarkan kepalanya pada pundak Shani. 

Karena sudah merasa tak nyaman dengan posisi seperti itu, gadis itu berbaring, ia meletakkan kepalanya di paha Shani, memaksa Shani untuk menggeser laptopnya ke paha yang satunya. Shani meluruskan kakinya agar leher gadis itu tidak sakit.

Tangan kiri Shani mengelus pelan kepala gadis itu, sesekali mengelus pipinya. Sedangkan tangan kanannya mengotak atik laptopnya, ia hanya perlu mengumpulkan tugasnya, tak perlu mengetik, ia tak memerlukan dua tangan untuk itu.

Shani sangat suka jika tak ada kelas siang, atau saat kelas mereka tidak berlangsung lama. Ia senang saat Gracia main ke kosnya. Gracia juga senang bisa menghabiskan waktunya dengan Shani. 

"Kamu sayang aku ga?" Tanya Gracia tiba tiba.

"Sayang lah." Shani meletakkan laptopnya di kasur, mengalihkan seluruh perhatiannya pada gadis itu.

"Pijitin dong Shan." Gracia mengubah posisinya menjadi telungkup di depan Shani, ia mengambil bantal Shani dan menenggelamkan wajahnya, menghirup wangi Shani pada bantal itu.

Shani me-sleep-kan laptopnya, lalu memposisikan dirinya. Ia berlutut di samping tubuh Gracia, tidak berniat duduk di atas pantat Gracia.

Shani mulai memijit pundak, punggung, lalu pinggul. Kemudian naik lagi, menekan nekan beberapa titik dengan ibu jarinya, menggosok sambil menekan punggung Gracia.

"Eummhhh..." 

"Jangan ngedesah Ge ish." Shani menampar bokong Gracia dengan sedikit kuat. Gracia tertawa cekikikan.

Setelah di rasa cukup. Shani beralih pada kaki Gracia, lalu tangan dan kepala.

"Ga mau sekalian yang depan ci?" Kini tubuh Gracia terlentang di hadapan Shani.

"Engga ah Ge, masih siang." Shani kembali duduk bersila.

"Belum lapar Ge? Aku beliin makanan ya?" Shani ingin berdiri, tapi Gracia menahannya.

"Engga, disini aja. Jangan kemana mana. Aku aja yang mesan." 

Shani menghela nafasnya, ia mengasihani dirinya yang tidak bisa membelikan jajan untuk Gracia. Uang yang ia miliki hanya cukup untuk makan sendiri, keperluan pribadi dan bayar listrik. Ia sangat bersyukur Gracia tidak pernah meminta hal yang aneh aneh, malah Gracia selalu menyuruhnya untuk menyimpan uangnya.

GRESHAN ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang