Saat makan malam, Gracia melaporkan seluruh perkataan Shani pada keluarganya. Tentu saja ia mengecualikan tentang Qian yang menyayanginya.
Setelah selesai makan, ia kembali ke kamarnya. Ia menyiapkan keperluan untuk besok, lalu menaiki kasurnya. Gracia tidak bisa tidur, psikolog wanita itu menghantui pikirannya. Gracia mengambil ponselnya, ia bermain sosmed sampai rasa kantuk mengampiri dirinya.
***
"Ma, hari ini Gracia kosong. Jadwal kunjungan Qian hari ini kan? Biar Qian pergi sama Gracia aja." Ucap Gracia saat mereka sedang sarapan bersama.
Tentu saja Chika dan ibunya terkejut mendengar hal itu. Akhir akhir ini Gracia juga mau jika Qian mengajaknya main. Chika menatap Gracia yang cengengesan.
"Kenapa lo kak? Mencurigakan."
"Mama setuju sama Chika."
"Papa juga."
"Pada kenapa sih? Kan Qian adik aku. Chika hari ini ngampus dari pagi sampe sore. Mama jugakan mau dampingi papa. So, pada akhirnya juga minta tolong sama aku. Aku ngajuin diri aja sekalian."
Ketiganya mengangguk dengan serentak. Gracia tersenyum riang.
Chika menatap Gracia penuh curiga, apakah karena Shani? Saat selesai makan, Chika kembali ke kamarnya. Ia bersiap untuk berangkat ke kampusnya. Chika membuka ponselnya, mengirim pesan pada Shani.
Ci, aku banyak matkul hari ini. Jadinya Gracia yang nganter Qian.
Chika kembali menutup ponselnya, kemudian berangkat ke kampusnya. Shani menatap notif dari Chika. Lalu membalas pesan gadis itu.
Chika membaca pesan Shani saat ia sudah sampai di kelasnya.
Baiklah, boleh minta nomor Gracia?
Chika sedikit tak suka saat membacanya, tapi ia tetap memberikan nomor Gracia pada Shani.
***
Gracia tersenyum pada Shani yang menyapanya dan Qian yang sedang berlari ke arah mejanya. Seperti pertemuan sebelumnya, Qian meminta Shani agar di pangku.
"Qian, kak Chika kemana?" Shani mencoba mengajak Qian berbincang. Walaupun Qian tentu tidak dapat menjawab dengan jelas. Pria kecil itu hanya bertepuk tangan sambil menunjuk Gracia.
"Dia kuliah." Gracia yang menjawab.
"Yes, I know. Chika mengabari saya tadi." Shani mengangguk. Perutnya geli melihat Gracia yang memasang wajah kesal.
"Bagaimana?" Shani bertanya tentang perkembangan Qian.
"Sampai saat ini, Qian hanya tidak mau memakan ikan dan telur. Tapi ikan atau telur itu di campur ke dalam suatu masakan, ia mau memakannya. Qian juga sudah jarang melemparkan barang barang." Gracia melaporkan semuanya.
Shani tersenyum sambil menatap Qian yang sedang mengoceh di pangkuannya.
"Bolehkah saya meminta nomor anda?" Ucap Gracia.
"Hm?" Shani menatap Gracia. "What for?"
"Eh, untuk memberi tau perkembangan Qian selanjutnya. Atau saya bisa bertanya pada anda tentang Qian." Gracia menjawab dengan gugup.
Sekali lihat saja, Shani langsung tahu maksud Gracia. Shani paham dengan seluruh gerak gerik yang Gracia tunjukkan padanya. Bahkan getaran suara Gracia terdengar jelas oleh Shani.
"Anda bisa memintanya dengan Chika." Shani ingin memastikan sesuatu.
"Ah, saya pikir tindakan tersebut akan sangat tidak sopan jika tanpa persetujuan anda." Gracia sebenarnya kesal setiap kali Shani menyebut nama Chika.

KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
Fiksi PenggemarFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.