"Desy! Lo gue cariin dari kemaren." Shani menarik bangku di samping Desy. Ia baru saja mengitari area outdoor cafe untuk mencari keberadaan sahabatnya itu.
"Perasaan kita baru pisah tiga puluh menit deh? Ngadi ngadi lo Shan. Lo yang darimana aja?" Desy memberikan ponsel Shani yang tadi dititip padanya.
"Kan dari geladak bagian itu." Shani menunjuk asal.
"Pesenan lo ga ada, gue pesen yang lain tadi." Desy menunjuk makanan yang ada yang di meja.
"Iya gapapa. Tadi gue kenalan sama cewe cakep. Jantung gue cepet banget detaknya Des! Tapi ada yang aneh gitu." Shani mulai menyentuh makanan yang di pesan Desy.
"Dimana anehnya? Otak lo?"
"Di hati lah, baek baek aja otak gue."
"Dih, pasti muka lo cengengesan kaya orang bodoh." Desy memasang ekspresi menyergit.
"Cakep banget Des, siapa yang pasang muka bloon di depan dia. Trus tadi rambutnya terbang terbang gitu kena angin. Hidungnya mancung, putih, rahangnya cakep, bibirnya juga bagus, lebih pendek dari gue. Tadi dia pake baju renang, ditutup sama kardigan gitu, mau berenang kayaknya. Gue harus ketemu lagi gak sih? Ga bisa, pokoknya harus ketemu lagi." Shani mengacak acak rambutnya dengan satu tangan, menggeleng, lalu merasa frustasi sendiri.
"Namanya?" Desy mengangkat alisnya, bukan karna Shani bertemu dengan Gracia, ia tau itu. Tapi karena tingkah Shani yang sedang mengadu padanya.
"Gracia." Shani tersenyum senang seperti anak kecil yang mendapatkan teman baru.
Desy berdehem pelan, tak ingin bertanya lagi, membiarkan Shani menyantap makanannya. Ia mengecek ponselnya, memastikan bahwa Christy tidak melaporkan apa apa.
"Kita berapa hari lagi disini Des?" Tanya Shani yang sudah menghabiskan makanannya.
"Seminggu lagi. Baru semalam loh kita naik, pulau aja masih keliatan." Desy menunjuk dengan asal, padahal tak ada pulau yang kelihatan sedikitpun.
Shani tersenyum lebar. Desy mengerutkan keningnya, apa yang dipikirkan oleh bos-nya itu?
Sementara dibagian kapal yang lain, dengan kaki yang di celupkan ke dalam air, dua wanita terlihat duduk santai di pinggir kolam. Menikmati teriknya matahari dan hangatnya air kolam.
"Toy, tadi cici kenalan sama orang asing." Salah satu dari wanita itu membuka percakapan.
"Oh ya? Cantik ga? Baik? Eh, cowo atau cewe?" Lawan bicaranya merespon dengan penasaran.
"Cewe. Cantik banget. Kalo senyum, pipinya bolong." Gracia menunjuk pipinya sambil tersenyum.
Christy menyergit, apakah kisah mereka bisa di bilang tragis? Mengapa ada kisah cinta yang seperti ini di sekitarnya, ia tidak paham.
"Kira kira bakal ketemu lagi ga ya?" Gracia tersenyum riang, di ayun ayunkannya kedua kaki yang berada di kolam.
"Cici senang liatnya?" Christy menoleh pada Gracia sebentar.
"Senang sih, tapi kaya ada rasa aneh gitu. Ada rasa sedih yang nyesak-in, sedikit. Lebih banyak senangnya, sampe jantung cici berdebar." Gracia menyentuh dadanya.
"Kenapa sedihnya ci?" Christy memasang ekspresi pura pura paham.
"Entahlah." Gracia mengedikkan bahunya, ia melempar tubuhnya ke dalam air, lalu berenang dengan indah ke sana kemari. Christy masih tetap di pinggir kolam, memerhatikan tubuh Gracia yang bergerak pelan di air.
"Liatin apa Shan?" Desy mendekati Shani yang berdiri di belakang pagar pembatas upper deck, wanita itu sedang melihat keramaian yang ada di pool deck. Mereka baru saja selesai makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanfictionFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.