Gracia meringkuk memeluk lututnya, matanya terpejam.
Perutnya sudah berbunyi semenjak sore. Ia belum makan dari kemarin pagi, itupun hanya sarapan dengan dua potong roti. Sepertinya, terakhir kali ia makan dengan benar adalah minggu lalu. Gracia menatap laptopnya yang menyala. Laptop itu masih menunjukkan spin wheel yang menandakan web yang dituju sedang loading.
Laptop itu generasi lama, model lama, mesinnya juga mungkin sudah tua. Mungkin saja lebih tua daripada sang empu. Berkali kali ia mencoba tetap bernafas dengan tenang.
Gracia berkedip.
Gracia masih dengan kesabarannya, menunggu laptop yang memproses seluruh data dengan begitu lama. "Lapar." Gumamnya dengan mata yang terpejam, masih duduk meringkuk dengan memeluk lututnya.
"Ah, bukan. Aku hanya haus." Ia menyanggah ucapannya.
Tangannya meraih sebotol air mineral yang dimilikinya. Ia meneguknya tiga kali, kemudian kembali memejamkan matanya.
"Ge!" Tepat setelah namanya di panggil, suara ketukan pintu terdengar. Gracia melirik ke arah pintu, mendesah ringan. Lalu dengan serabutan berdiri untuk membukakan pintu.
Sebelum benar benar menurunkan kenop pintu, Gracia merapikan tampilannya.
"Kenapa ci?" Gracia memaksakan untuk tersenyum, walaupun sebenarnya ia tak sanggup hanya untuk sekedar tersenyum.
"Ayo makan." Tanpa basa basi, Shani menarik tangan Gracia keluar, lalu menutup pintu kamar Gracia.
"Ci, aku udah makan." Bohong Gracia.
"Makan lagi." Shani tidak percaya dengan kata kata yang barusan di lontarkan oleh Gracia. Ia menggenggam tangan Gracia, membawa gadis itu ke kamarnya.
"Kenyang ci." Gracia mencoba berbohong dengan sekuat tenaga. Tapi tampaknya Shani tak akan mempercayainya.
"Duduk." Mereka sudah sampai di kamar Shani. Gracia menurut, ia duduk bersila di atas ambal yang terbentang di samping kasur Shani.
Shani mencuci tangannya, lalu mengambil sebuah sterofoam yang ada di atas meja belajarnya. Ia mendudukkan dirinya tepat di depan Gracia.
"Buka mulutnya." Shani sudah menempatkan sesuap nasi di depan mulut Gracia, gadis itu hanya tinggal membuka mulutnya saja. Tangan kiri Shani juga dengan sigap berjaga di bawah dagu Gracia agar suapannya tidak jatuh mengenai baju gadis itu.
Gracia membuka mulutnya, lalu mengunyah suapan itu. Matanya mulai berkaca kaca. Itu hanya nasi dengan ayam sambal biasa, tapi kenapa rasanya jadi enak sekali?
Gracia bersyukur di dalam hatinya. Ia melihat Shani yang sedang menyuirkan ayam untuk di suapkan padanya. Sekarang Gracia percaya bahwa malaikat benar benar ada.
Suapan kedua. Kenapa rasanya manis? Apa karena langsung dari tangan Shani? Gracia tersenyum. Sekarang tenanganya benar benar pulih, rasanya ia sanggup untuk tersenyum selamanya di depan Shani.
"Makasih ci."
"Habisin dulu, baru makasih." Shani menyuap kembali.
Shani tersenyum. Ia tau bahwa hari ini Gracia belum makan. Hari ini mereka berdua hanya memiliki kelas pagi, mereka pergi dan pulang bersama. Tak ada satu makanan pun yang masuk ke dalam mulut Gracia. Dan tak ada satu sampah makananpun yang ada di tong sampah di depan kamarnya.
Gracia adalah orang yang bersih, ia selalu membuang sampah makanannya ke tong sampah di luar kamarnya. Jadi, Shani dapat melihat jika Gracia sudah makan atau belum.
"Tadi lagi buat tugas apa Ge?"
"Sosiologi." Jawab Gracia.
"Gue ga ada tugas kok Ge. Pakai laptop gue aja." Shani menunjuk laptopnya yang ada di meja belajarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/353584612-288-k500824.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanficFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.