Fam(ily).

6.7K 273 15
                                    

Shani sudah mulai libur kuliah, dan hari harinya akan penuh dengan kesengsaraan. Kemarin Shani sempat mengganti kunci pintunya yang rusak, ia mengunci kamarnnya tadi malam, dan ia tidur sendiri.

"Shani! Sudah berapa kali saya katakan? Jangan kunci pintu kamarmu! Akan sangat sulit untuk membangunkanmu di pagi hari." Rena mendorong kepala Shani dengan kuat hingga Shani oleng, pijakan kakinya tidak kuat, untung saja ia sempat menyeimbangkan dirinya agar tidak jatuh. Mereka berdiri di ambang pintu kamar Shani setelah Rena menggedor pintu itu.

Hari ini Shani tidak bertemu dengan Gracia. Entah kemana gadis itu, antara ia tidak keluar dari kamarnya atau ia sudah keluar ketika Shani tak melihat.

Malam tiba, saat Shani ingin mengunci pintu kamarnya, kunci itu kembali macet. Entah apa yang rusak sehingga ia tidak dapat memutar kunci. Ia pasrah dan berharap Gracia datang untuk tidur bersamanya.

Shani tertidur karena mengantuk. Shani amat bersyukur ketika ia bangun pagi dengan tubuh yang masih baik baik saja. Shani juga tidak melihat Gracia di sampingnya, sepertinya tadi malam memang tidak ada yang memasuki kamarnya.

Seperti biasa, Rena berteriak menyuruh Shani membuatkan sarapan. Saat sarapan, Shani tidak melihat keberadaan Gracia, dan kedua orang tua ini tidak membahas tentang Gracia. Ternyata hari ini Rena akan pergi bersama suaminya. Untunglah, Shani bisa bermalas malasan seharian.

Shani memasuki kamarnya setelah melihat mobil ayah tirinya meninggalkan rumah itu, ia ingin memasuki kamar Gracia, ia ingin bertemu dengan Gracia, tapi tidak berani. Jadi ia memutuskan untuk memasuki kamarnya saja.

Saat Shani sedang asyik menyelesaikan pekerjaannya di depan laptop, Gracia memasuki kamarnya dengan wajah yang datar.

"Kenapa?" Shani mengalihkan perhatiannya pada Gracia yang berjalan ke arahnya.

"Pindah ke kamar gue, bawa hp sama laptop lo. Chargernya juga."

"Buat apa?" Tanya Shani yang bingung.

"Cepetan! Sekarang." 

Shani menurut, ia tidak mau diseret oleh Gracia. Shani mengambil apa yang disuruh oleh Gracia, lalu melangkah keluar kamarnya. Oh, mungkin Gracia ingin dibantu mengerjakan sesuatu. Shani mencoba berfikit positif.

"Ini makanan." Gracia membuka lacinya, ada banyak jajanan, roti, susu dan air mineral disana.

"Lo disini sampe gua balik. Kalau mau mandi, pake aja baju gue. Serakin aja kamar gue, acak acak aja. Tapi jangan keluar sampe gue yang buka pintu ini duluan." Kini Gracia berdiri di depan Shani yang sedang duduk di kasurnya.

"Paham?" Wajah Shani terlihat bingung, jadi ia memastikan bahwa Shani mengerti ucapannya.

Shani mengangguk. "Tapi kenapa?"

"Nanti gue kasih tau. Gue pergi." Gracia keluar dari kamar itu, ia menutup pintu.

Shani masih bingung, kenapa ia dikurung di kamar ini? Shani mengedarkan pandangannya. Kamar yang cukup luas dan lengkap. Kamar ini cantik dan rapi, Shani suka.

Ia merebahkan dirinya, kasurnya juga nyaman. Shani menatap langit langit yang terdapat hiasan bintang yang cantik, ia mencoba mencari alasan mengapa Gracia mengurungnya disini. Dia salah apa?

Ah sudahlah, lagipula Shani tak ingin kemana mana.

Sudah dua hari Shani berada di kamar itu. Ia hanya memakan jajanan dan roti yang berada di laci Gracia yang ternyata tidak hanya satu laci, masih banyak lagi makanan di laci laci lainnya. Karena merasa bosan dan penasaran, Shani juga membongkar barang barang Gracia, dan ia tidak menemukan sesuatu yang penting kecuali riwayat riwayat transaksi besar yang di lakukan Gracia. Dasar anak orang kaya.

GRESHAN ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang