Gadis itu kembali duduk. "Sini." Shani menepuk pahanya. Ia merasa amat bersalah pada gadis ini.
Kini gadis asing itu sadar apa yang sudah di minumnya. Ia masih mencoba mengontrol tubuhnya, tapi ia sudah tidak sanggup. Ia membuang botol minuman yang sudah remuk yang sedari tadi berada di genggamannya. Botol plastik itu sedikit membantu untuk mengontrol kegelisahannya.
Shani menghela nafasnya, kasihan melihat gadis di depannya. "Kemarilah, Gracia." Kini Shani merentangkan tangannya. Ia merapatkan kakinya agar Gracia bisa duduk di pangkuannya.
Gracia sudah tidak kuat lagi. Ia sudah mencapai batasnya, maka ia menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Shani. Menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis yang asing baginya.
Shani tersenyum, tangannya langsung mendekap erat tubuh Gracia. Mengelus lembut rambut Gracia dengan perlahan. Ternyata tubuh gadis ini sangat pas untuk berada dalam pelukannya.
Tangan Gracia menggenggam erat Hoodie yang dikenakan Shani. Bahkan Shani merasakan sedikit cakaran pada punggungnya, padahal ia mengenakan dua lapis baju.
"Izinkan aku." Bisik Shani sambil terus mengelus rambut Gracia.
"Eum. Bantu aku. Ku mohon." Gracia mulai berkaca kaca.
"Hei? Jangan nangis." Shani membawa wajah Gracia ke depan wajahnya. Kemudian ia melumat bibir Gracia.
Gracia menerima ciuman itu, ia membalasnya dengan baik. Jemari Shani mengelus lembut pipi Gracia.
Tangan yang satunya mengelus punggung Gracia, kemudian perlahan masuk ke dalam baju gadis itu. Ia meraba pengait bra, kemudian melepasnya.
Tangan Shani pindah ke depan, ia meremas lembut payudara Gracia. Bibirnya tetap melumat bibir Gracia dengan lembut.
"Emmhh." Gracia menegangkan tubuhnya. Ia sedikit menggeliat.
"Tenanglah." Bisik Shani dengan lembut.
Shani membuka baju Gracia. Ia menciumi leher Gracia dengan amat lembut, tidak berniat membuat tanda apapun. Itu menggelitiki gadis yang berada di pangkuannya.
Shani menuntun tubuh Gracia agar berbaring. Dengan sigap, Shani meletakkan bantal yang memang disediakan di setiap kabin di bawah kepala Gracia. Kemudian ia membuka rok Gracia, begitu juga dengan celana dalam yang di kenakan oleh gadis itu.
Shani membuka selangkangan Gracia, ia melihat jarinya, berpikir. Baiklah, pakai lidah saja. Shani takut jika ia melukai gadis ini. Shani ragu, ia menghirup aroma vagina gadis ini. Wangi. Tidak berbau aneh. Bahkan vagina gadis ini sangat bersih dan terawat.
"Hei." Gadis itu malu. Shani mengangkat wajahnya, kemudian ia merasakan panas di wajahnya ketika ia melihat wajah terangsang gadis itu. Shani meneguk salivanya, sepertinya hormonnya juga sudah naik.
"Aahh." Gracia sedikit berteriak saat merasakan benda yang kenyal dan basah menjilati area sensitifnya.
Lidah Shani menari nari di klitoris Gracia. Kemudian sedikit menghisap klitoris itu.
"Euummhh." Dengan serabutan Gracia meraih kepala Shani. Menelusupkan jari jarinya di rambut Shani.
"Emm." Gracia menahan desahannya.
"Shani. Namaku Shani." Shani berhenti sebentar, ia lupa memberi tau namanya. Kemudian ia melanjutkan tugasnya. Tubuh Gracia menegang. Otot otot kakinya sudah stress.
Ia mengalungi kakinya pada Shani. Menapakkan punggung Shani. Jari jemari kakinya menekuk, meremas hoodie gadis yang sedang bekerja untuk memuaskannya.
"Shanii, eummhh. Enak." Gracia menyebut nama Shani dengan suara yang amat indah. Shani semakin menguatkan isapannya. Ia juga menusuk nusukkan lidahnya pada lubang vagina Gracia. Ada sedikit perasaan bangga karena mendengar desahan nikmat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanfictionFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.