Escape.

4.4K 280 15
                                    


Hari masih malam saat mereka sampai di Washington, benar apa yang dikatakan Gracia tadi. Mereka memutuskan untuk makan dan jalan jalan di sekitar bandara. Mereka memiliki waktu tiga jam untuk melihat lihat ibu kota Negri paman Sam ini. 

"Mau ganti baju?" Tanya Shani.

Gracia menggeleng, buat apa? Ia masih nyaman dengan pakaian ini, tubuhnya juga tidak bau. Lagi pula perjalanan dari Washington ke Ottawa hanya satu jam empat puluh menit saja.

Gracia selalu tersenyum dan tertawa dengan gembira saat Shani membawanya mengunjungi National Mall dan makan di cafe lokal. Ia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Shani juga bahagia, bukan bahagia karena ia sedang berada di pusat perekonomian dunia, tapi ia bahagia karena wanita yang sedang menggengam tangannya itu tersenyum riang. Shani bersumpah akan melakukan apapun untuk melindungi senyuman itu.

Ketika jadwal keberangkatan mereka 20 menit lagi, mereka segera kembali ke bandara. 

***

"Ayo turun, pake maskernya Ge."

Kini mereka sudah sampai di kota tujuan, Ottawa. Shani menggandeng tangan Gracia, mereka berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan oleh teman Shani. Mobil mereka menuju apartemen yang di sewa Shani untuk sebulan. Mereka tidak tau berapa lama mereka akan tinggal di kota itu, jadi Shani memutuskan untuk menyewa apartemen yang tidak begitu luas. Hanya ada dua kamar dan satu kamar mandi, dua closet, ruang cuci, dapur, dan ruang keluarga serta balkon, tidak ada ruang tamu.

Shani menyuruh supir mereka untuk mampir di toko baju, ia membeli beberapa pasang baju untuk Gracia. Mereka juga mampir di supermarket, membeli seluruh keperluan untuk sebulan. Shani ingin belanja malam ini juga, ia ingin bersantai besok. Kecuali jika Gracia meminta untuk jalan jalan tentu saja.

Gracia sedikit kaget melihat Shani yang baru saja mengeluarkan uang sebesar lima ribu tiga ratus lima puluh dolar kanada atau sekitar enam puluh dua juta rupiah hanya untuk dirinya. Dan kini Shani mengeluarkan sembilan ratus dolar kanada atau setara dengan sepuluh juta empat ratus ribu rupiah untuk keperluan mereka selama sebulan.

Belum lagi dua tiket pesawat kelas ekonomi premium dan apartemen dua kamar. Gracia berhutang banyak pada wanita ini.

Mereka sampai di apartemen yang di sewa Shani setelah membeli makanan untuk malam ini. Apartemen yang cukup bagus, mungkin sangat bagus. Gracia masuk ke salah satu kamar dengan membawa banyak paper bag yang berisi baju-bajunya, Shani masuk ke kamar yang lainnya.

Gracia menunggu Shani masuk ke kamarnya, namun wanita itu tak kunjung datang bahkan setelah Gracia menyusun baju-bajunya. Ia memutuskan untuk mengintip kamar yang satunya. Gracia bingung menatap Shani yang membereskan barang barangnya di kamar ini. 'Ga sekamar?' Tanya Gracia di dalam hatinya.

"Kenapa Ge?" Shani menghampirinya yang bersandar di bingkai pintu.

"Oh, sabun ya." Shani merogoh plastik belanjaan yang ia bawa masuk ke kamarnya, memberikan sabun, shampo, sikat gigi, odol dan sabun cuci muka pada Gracia yang masih menatap bingung. 

Baiklah, Gracia kembali ke kamarnya. Meninggalkan Shani yang mengatur barang barangnya. Gracia mandi duluan. Hanya ada satu kamar mandi yang terletak di sebelah ruang cuci. Sebenarnya di masing masing kamar juga terdapat toilet, tapi tidak bisa di gunakan untuk mandi. 

Shani mandi setelah Gracia yang memaksanya untuk mandi, kemudian mereka makan di sofa depan televisi. 

"Kita ga sekamar Shan?" Tanya Gracia dengan amat pelan.

"Ha?" Shani tidak mendengarnya.

"Kita ga sekamar?" Gracia mengulang pertanyaannya, kali ini lebih keras.

GRESHAN ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang