Lift

5.8K 212 3
                                        


"Nyamankan saja dirimu. Anggap aku tak ada." 

"Mana bisa! Lo di dekat gue sekarang, dan kita terjebak disini." Gracia luruh di lantai lift itu. Ia bersandar pada dinding lift.

"Maaf." 

FLASHBACK

'Maaf Gre. Aku ada urusan.'

Gracia tersenyum simpul ketika membaca pesan dari Shani.

Baiklah, ia akan pergi bersama teman temannya saja. Tadi pagi Shani janji akan menemaninya untuk membeli sepatu, kemudian menonton film yang baru dirilis.

Gracia menghubungi Anin dan Feni. Mereka bertiga pergi ke mall yang di tuju Gracia.

Gracia tidak berpikir apa apa tentang Shani, ia tidak mencurigai wanita itu. Gracia juga senang bermain dengan teman temannya.

Saat mereka hendak pulang, Gracia lupa bahwa ia meninggalkan casing hpnya di konter pada lantai paling atas. Mereka sudah berada di lantai parkir, ia menghela nafasnya.

Casing itu pemberian Shani, tadi ia mengganti anti gores ponselnya. Kemudian ia lupa memasang kembali casing itu.

"Sebentar guys, kalian ke mobil duluan aja. Gue ada yang ketinggalan." 

"Apa Gre?" Tanya Anin.

"Casing yang couple sama Shani." Gracia buru buru melangkahkan kakinya menuju lift. Mall sudah sepi. Ini sudah malam. 

Saat di dalam lift, Gracia merasa bahwa ia melihat punggung Shani. Ia tidak bisa memastikannya karena ia berdiri di sudut lift. Lift ini penuh, dan sosok yang mirip Shani itu berada tepat di depan pintu lift.

Gracia ikut keluar dari lift saat sosok itu keluar dari lift. Sayangnya, semua orang di dalam lift itu juga keluar. Gracia kehilangan sosok itu.

Ia kembali pada tujuannya, pergi ke konter tempat casing nya tertinggal.

Gracia menghela nafasnya saat ia kembali mendapatkan casing itu. Ia segera kembali ke parkiran.

Mereka pulang, Anin yang menyetir. Wanita itu mengantarkan Gracia dulu, tapi ia harus mengisi bensinnya. Mereka mampir di SPBU.

"Gre, liat deh." Feni menunjuk mobil yang sedang mengisi bahan bakarnya. 

"Kenapa Fen?" Gracia sedikit bergeser dari tempat duduknya. 

"Wih, Mazda." Hanya itu reaksi Gracia ketika matanya mengikuti arah pandangan Feni. Ada tujuh mobil yang mengantri di depan mereka, jadi Gracia harus sedikit berusaha untuk melihatnya.

"Itu mobil Shani bodoh." Anin menoleh ke jok belakang, ia mengulurkan tangannya untuk menyentil kepala Gracia.

"Tau." Gracia menatap jendela di sampingnya. Menatap hal lain, ekspresinya berubah.

"Mungkin dia baru pulang dari 'urusannya'." Ucap Gracia.

"Iya juga sih." Feni dan Anin mengangguk serempak.

"Kalian kenapa sih mikir yang aneh aneh tentang Shani, dia baik tau." Gracia terkekeh di akhir kalimatnya.

"Yaudah Gre." Feni bergumam pasrah. Ia juga tidak bisa menyuruh Anin untuk mengejar Shani. Bahan bakar di mobil ini sudah hampir habis, sementara di depan ada sekitar tujuh mobil yang mengantri. Jika mereka keluar dari antrian, dapat di pastikan mobil Anin akan mogok, kecuali tujuan mobil Shani tidak jauh dari sini.

GRESHAN ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang