Gracia tertegun. Bagaimana ini? Ia harus menjawab apa? Gracia berfikir cepat. Tidak, ia tidak bisa memikirkan apapun. Ini terlalu cepat, terlalu terburu buru. Bahkan ia belum sepenuhnya mengenal gadis yang sedang menyetir ini.
Gracia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ia menyukai Shani? Sepertinya iya. Bahasa tubuhnya berkata begitu. Respon detak jantungnya terhadap Shani juga sepertinya bilang bagitu.
Shani diam, ia kembali fokus pada jalanan. Walaupun jantungnya berdegup dengan amat kencang, ia masih bisa mengontrol ekspresinya.
Gracia meneguk salivanya. Ia mencoba bernafas dengan baik. Kemudian ia mencoba menetralkan detak jantungnya. Tidak, tidak bisa. Jantungnya tidak mau berdetak dengan normal. See? Sepertinya ia memang menyukai Shani.
"Apa itu? Perintah atau permintaan." Gracia memberanikan diri untuk berbicara.
"Bukan keduanya. Hanya harapan." Shani menggenggam erat kemudinya.
Mereka sudah sampai di parkiran mall. Shani sudah memarkirkan mobilnya dengan mantap. Sekarang, saatnya menentukan. Akankah Gracia mau pergi menonton bersamanya?
"So, harapanmu terkabul, kak." Gracia tersenyum dengan amat lembut.
Shani mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Gracia. Ia menatap Gracia yang sedang memamerkan senyum indahnya. Tubuhnya ia hadapkan ke arah Gracia.
"Benarkah?" Shani sudah tidak tahan lagi. Ia ingin sekali menyentuh pipi Gracia. Maka ia membawa tangan kanannya untuk menyentuh pipi Gracia. Gadis itu mengangguk, mengiyakan konfirmasi Shani.
"Katakan dengan jelas. Aku masih belum percaya." Shani mengelus pipi Gracia dengan ibu jarinya. Matanya menelusuri garis garis wajah Gracia. Nafasnya terasa berat.
"Yes. I'am yours, Shani Indira." Dengan cepat Gracia mengecup bibir Shani. Amat cepat, hanya sekilas bagi Shani. Tapi hal itu sudah mampu membuat Shani pusing. Ia melepas pipi Gracia, menyentuh bibirnya. Ia masih belum percaya.
Tapi Shani juga bingung, dari mana Gracia tau nama panjangnya? Ah, itu tidak penting lagi sekarang. Kecepatan detak jantungnya cukup untuk membuat kepalanya panas.
"Jadi, kita nonton apa?" Gracia mencoba mengalihkan.
"Ah, ya." Shani mengeluarkan ponselnya, memeriksa jadwal film.
"Galaxy, jam enam nanti." Sekarang masih jam setengah lima. Masih ada satu setengah jam lagi sebelum film di mulai.
"Satu setengah jam lagi." Ucap Gracia.
"Jadi?" Shani menarik nafasnya dalam. "Are you mine?" Shani masih dalam posisi menghadap Gracia.
"Menurut kamu?" Gracia sedikit kesal dengan Shani, bukankah sudah jelas? Apa gunanya ia memberanikan diri untuk mengecup bibir Shani tadi?
"Oh, humm." Shani mengangguk. Ia masih kurang percaya bahwa ini nyata.
"Let me kiss u." Ucap Shani. Wajahnya mulai mendekati wajah Gracia.
"Then, do!." Gracia mengangguk, ia menutup matanya.
Shani kembali menggapai pipi Gracia, ia juga menutup matanya. Shani meraup bibir Gracia dengan bibirnya. Dengan lembut ia lumat bibir bawah Gracia. Tak lama, Gracia membalas ciuman Shani, ia menggerakkan bibirnya untuk mengulum bibir atas Shani.
Pangutan mereka terlepas saat keduanya mulai kehabisan nafas. Gracia merasakan panas di wajahnya. Shani tertawa kecil saat melihat wajah Gracia yang memerah.
"I love you." Ucap Shani.
"I love you more."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
GRESHAN ONESHOOT
FanfictionFiksi. 21+ !! Hanya sekedar kumpulan cerita pendek dari Greshan. Bagaimanapun jalan ceritanya. Serumit apapun perjuangannya. Sejauh apapun jaraknya. Greshan akan berakhir bahagia.