Sudah dua hari sejak [Y/N] kembali bekerja di kantor Hokage. Kakashi selalu memperhatikan dari balik meja hokagenya.Caranya memilah satu persatu dokumen di mejanya, wajahnya yang serius saat bekerja, keningnya yang mengerut saat merasa bingung, dan senyum kecil yang muncul di wajahnya saat pekerjaannya selesai.
Hal itu kini jadi hal yang menarik untuk diperhatikan oleh Kakashi. Lebih tepatnya, segala hal yang dilakukan [Y/N] ternyata adalah hal yang menarik bagi Kakashi.
Shikamaru kemudian berdiri sari duduknya "Perwakilan dari desa Suna hampir sampai, aku akan menyiapkan ruang rapatnya" ucapnya, ia kemudian beranjak pergi dari mejanya, dan keluar dari ruangan Hokage.
"Oke. Semangat, Shikamaru" jawab [Y/N], meski kedua matanya tak berpaling dari tumpukan dokumen diatas meja kerjanya saat ini
"[Y/N], semangati aku juga sebelum rapat berlangsung" ucap Kakashi dari belakang meja Hokage nya.
Sama seperti yang [Y/N] lakukan pada Shikamaru, Kakashi juga hanya mendapat ucapan "Semangat, Hokage-sama" dari [Y/N] dengan matanya yang masih sibuk memilah dokumen yang menumpuk tinggi, tak melirik sedikitpun kearah Kakashi.
Itu semua nampaknya tak sesuai dengan apa yang Kakashi harapkan. Kakashi mengharapkan sesuatu yang lebih manis, sesuatu yang lebih spesial, sesuatu yang tidak sama dengan apa yang Shikamaru dapatkan
Kakashi kemudian menggerutu dibalik mejanya "Semangat macam apa itu?" Ucapnya. Namun [Y/N] masih nampak tak begitu peduli.
Tak juga mendapatkan apa yang ia harapkan, Kakashi kemudian berjalan menghampiri [Y/N] dan berdiri di sampingnya
Naasnya, [Y/N] yang kini ada disampingnya masih nampak tak ambil pusing, ia masih terus fokus pada pekerjaannya.
Kesal karena tak dihiraukan, Kakashi memutuskan untuk menuntun dagu [Y/N] untuk melihat ke arahnya, tangannya yang lain menurunkan maskernya dan dengan cepat ia mengecup bibir [Y/N] yang lembut, membuat [Y/N] terlihat begitu panik.
"Apa yang anda lakukan? Ini jam kerja! Dan ini di tempat kerja!" ucap [Y/N] setengah berbisik dengan panik.
"Salahmu, aku hanya ingin di beri semangat dan kau tak menghiraukanku smaa sekali" jawab Kakashi
[Y/N] nampak berpikir untuk beberapa saat, ia kemudian mengangguk setuju "Baiklah. Tapi hanya kecupan singkat" ucapnya
Kakashi melihat anggukan [Y/N] sebagai bentuk persetujuan. Saat ia mendekatkan jarak diantara keduanya, tiba tiba [Y/N] mendorong Kakashi menjauh, membuatnya sedikit kaget dan juga kecewa.
"Apa saat ini para anbu sedang melihat kita dari suatu tempat?" ucap [Y/N] sambil melihat ke arah kanan dan kirinya.
"Tidak. Aku sudah memberi isyarat untuk pergi dan tak mengawasi sejak beberapa saat yang lalu" jawab Kakashi
"Anda yakin?" Ucap [Y/N] ragu. Membuat Kakashi menghela nafas panjang, dan sedikit memijit keningnya.
"[Y/N], jangan pikirkan hal lain saat kita hanya sedang berdua" ucap Kakashi dengan wajahnya yang serius, ia kemudian berbisik di telinga [Y/N] "Ini perintah Hokage".
Kakashi kemudian mengecup singkat bibir [Y/N] yang ranum dengan lembut
"Ini namanya penyalahgunaan kekuasaan bukan?" ucap [Y/N]
Kakashi hanya tersenyum, memakai kembali topi Hokagenya, kemudian berjalan keluar ruangan untuk menyusul Shikamaru yang saat ini berada di ruang rapat.
Rapat bersama dengan perwakilan desa Suna berjalan dengan lancar dan hanya berlangsung selama dua jam. Perwakilan desa Suna kemudian meninggalkan ruangan rapat, menyisakan Kakashi dan Shikamaru di dalamnya.
"Shikamaru, mengenai kedatangan desa kunci esok hari.. bisakah kita tak perlu memberitahukan hal itu pada [Y/N]?" tanya Kakashi.
Saat [Y/N] beristirahat beberapa hari yang lalu, seekor elang pengantar surat datang membawa kabar mengenai rencana kedatangan desa kunci dan tim Hanare ke Konoha pada esok hari, untuk meminta maaf secara resmi mengenai insiden yang terjadi di desa Iwa.
Kakashi tak ingin [Y/N] mengetahui fakta bahwa hal mengerikan yang terjadi padanya saat berada di desa Iwa hanyalah karena ia sengaja dijadikan umpan. Kakashi merasa [Y/N] akan lebih sedih bila mengatahui tentang masalah itu.
"Bukankah [Y/N]-san berhak mendapatkan permohonan maaf langsung dari mereka?" jawab Shikamaru, berbeda pendapat dengan Kakashi.
"Tapi apa permohonan maaf akan mengubah hal yang telah terjadi? [Y/N] sudah terluka, permohonan maaf takkan menjadikan apapun jadi lebih baik saat ini" jawab Kakashi, merasa keputusannya adalah keputusan terbaik yang dapat di ambil. Tetap merahasiakan fakta itu dari [Y/N].
"Tapi [Y/N] bekerja disini, bagaimana bisa kita menyembunyikan kedatangan desa kunci darinya?" tanya Shikamaru yang mulai memahami maksud Kakashi.
"Kita buat ia libur? Libur sehari di pertengahan minggu pasti akan menyenangkan untuknya"
"Baiklah, namun anda harus memberikan libur yang sama untukku di hari lain, agar [Y/N]-san tak curiga. Anda bisa menyebutnya cuti hadiah atau semacamnya" ucap Shikamaru menyarankan. Kakashi mengangguk setuju pada saran Shikamaru.
***
"Hadiah cuti? Waaw" ucap [Y/N] kagum saat mendengar ia mendapatkan satu hari libur di esok hari. "Tapi.. setelah beristirahat lama minggu kemarin, hmmm rasanya agak aneh. Tak bisakah Shikamaru saja yang libur? Aku akan mengambil libur di pertengahan minggu depan saja" ucap [Y/N]."Ah.. aku.. hmm aku sudah ada janji minggu depan, jadi.. aku yang akan mengambil libur di pertengahan minggu depan. Ya?" ucap Shikamaru terbata bata. Untungnya, Shikamaru yang gugup tak membuat [Y/N] curiga sedikitpun. Dan akhirnya setuju untuk mengambil hadiah cuti nya di esok hari.
[Y/N] memutuskan untuk menggunakan hari liburnya dengan berbelanja bahan masakan seperti daging, buah, dan sayur sayuran. Setelah selesai berbelanja, [Y/N] kemudian memutuskan untuk memasak ayam panggang untuk makan siangnya. Agak lama setelah ayam dimasukkan kedalam oven, [Y/N] mendengar suara pintu rumahnya di ketuk beberapa kali.
"Anda seharusnya bekerja hari ini.." ucap [Y/N] saat membuka pintu dan melihat Kakashi di hadapannya.
"Ini jam makan siang" ucap nya santai.
"Benar juga, ayo.. ayam panggang nya akan matang sebentar lagi" ucap [Y/N] tersenyum manis, mengizinkan Kakashi untuk masuk kedalam rumahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red String Of Fate || Hatake Kakashi
Fantasy[Y/N] seorang wanita 28 tahun, karyawan swasta di perusahaan berlingkungan toxic, bermimpi untuk pindah ke desa yang nyaman dan damai. Suatu hari, [Y/N] menemukan dirinya terlempar ke sebuah dunia yang sangat asing baginya. Dapatkah [Y/N] beradaptas...