42. Benang Merah Takdir

3.3K 388 12
                                    


Tik. Tik. Tik. Tik
Suara detik jam.

[Y/N] membuka kedua matanya, ia berada di tempat asing itu lagi.
Sungai menyeramkan dengan bunga higanbana di sekelilingnya.

Apa ini sungai kematian tempat para orang mati menyebrang menuju alam baka? pikirnya dalam hati.

[Y/N] berjalan menelusuri sungai itu, mencoba mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Biasanya [Y/N] hanya berada beberapa detik di sungai itu.

Namun saat ini, sudah lebih dari lima menit ia berada di tempat itu. Jauh lebih lama dari sebelumnya.

Higanbana dan sungai. Keduanya sama sama berkaitan dengan kematian, perasaan [Y/N] semakin tidak enak saat mengingat hal itu.

Setelah berjalan cukup jauh, [Y/N] melihat sebuah pintu masuk kuil, dengan banyak higanbana di sekitar nya.

Setelah berjalan cukup jauh, [Y/N] melihat sebuah pintu masuk kuil, dengan banyak higanbana di sekitar nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Y/N] akhirnya memutuskan untuk keluar dari sungai, dan mulai berjalan mendekat ke arah kuil.

Dilihatnya, ada satu sosok besar yang mengenakan jubah yang sangat megah.
[Y/N] tak yakin dapat melihat wajahnya atau tidak, semuanya nampak tidak jelas. Terlihat, namun tidak terlihat. Yang [Y/N] yakini, sosok itu nampak seperti kakek kakek, dengan gulungan benang merah besar di tangannya.

[Y/N] tak yakin apa ia harus bicara dengan sosok itu atau tidak, namun ia tak memiliki pilihan lain. Kakinya yang basah bergetar hebat karena takut. Jantung nya serasa mau meledak.

Kedua tangannya ia kepalkan kuat kuat, menyembunyikan getarannya yang tak kalah hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua tangannya ia kepalkan kuat kuat, menyembunyikan getarannya yang tak kalah hebat.

Untuk mulai berbicarapun [Y/N] merasa sulit, kata kata seolah enggan keluar dari mulut nya.

Aura sosok itu berbeda, keberadaannya sangat menekan. Seakan ia ada di tingkatan yang lebih tinggi daripada manusia.

Rasanya seperti.. kelumpuhan tidur? Kurang lebih, itu yang ia rasakan saat ini.

[Y/N] menampar pipinya sendiri beberapa kali, melakukan segala cara agar rahang nya tak lagi kaku.

"Ha.. HaLo.. A.. Apa.. an.. da.. bis.. bisa memberi.. tauku, in.. ini.. dima.. na?

The Red String Of Fate || Hatake KakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang