51. Imajinasi

2.2K 268 27
                                    


"Aku merasa akhir akhir ini aku tak bisa tertidur dengan nyenyak. Aku juga merasa.. Aku mulai tak bisa membedakan mimpi dan kenyataan" jelas [Y/N] pada seorang psikolog di hadapannya.

Psikolog di hadapannya nampak menulis beberapa kalimat dalam catatan yang di pegangnya "Kalau tak keberatan, anda juga boleh menceritakan soal mimpi yang anda alami.."

"Di dalam mimpi, aku sudah menikah.. Aku punya seorang suami yang baik dan penyayang, ia tinggi, tampan, pintar, kuat, dan rambutnya berwarna.. silver kurasa. Aku juga punya sepasang anak kembar yang wajahnya mirip dengan kami. Di dalam mimpi itu, aku benar benar bahagia" ucap [Y/N] sambil tersenyum simpul saat menceritakan soal mimpinya.

"Bagaimana perasaan anda tentang mimpi anda itu?"

"Entahlah.. Hampa? hm.. aku juga terkadang merasa sedih yang aku tak mengerti. Padahal mimpi ku sangat bahagia" jawab [Y/N]

"Terkadang mimpi adalah perwujuduan dari keinginan terdalam yang kemudian di proyeksikan oleh alam bawah sadar kita. Mungkin jauh di lubuk hati, anda ingin berkeluarga.. Apa anda pernah mempertimbangkan untuk mencari teman kencan?"

[Y/N] memainkan kuku jarinya seraya berpikir "Hmmm.. entahlah, haruskah kupertimbangkan?"

Psikolog di hadapannya tersenyum sambil mengangguk ngangguk "Hn, cobalah untuk mencari teman kencan. Perlahan saja, bagaimana?"

"Kalau aku malah bertemu dengan lelaki brengsek bukannya hanya akan menambah masalah ya?"

Psikolog dihadapannya tersenyum canggung atas pertanyaan yang [Y/N] lontarkan "Pelan pelan saja" ucapnya

***


Setelah selesai berkonsultasi, [Y/N] menyempatkan diri untuk membeli sayur dan buah di swalayan terdekat. Ia pun berjalan pulang sambil menenteng tas belanjaan di tangannya.

"Bagaimana caranya aku mendapatkan teman kencan yang tampan, dewasa, dan penyayang seperti dalam mimpiku? Aplikasi kencan terlalu menyeramkan, aku takut kalau malah bertemu dengan orang aneh. Ah ngomong ngomong, lelaki di mimpiku itu.. siapa ya namanya?" Pikir [Y/N] dalam lamunannya saat melangkah di jalanan yang sibuk.

Kemudian, ketidak hati hatiannya membuat ia menabrak seseorang yang sedang berjalan di hadapannya. Tas belanjanya ikut lepas dari genggamannya, membuat beberapa buah apel yang berada didalamnya menggelinding kesana kemari.

Dengan sudut matanya, ia melihat seseorang ikut membantunya memungut satu per satu buah apel yang tergeletak di jalanan.

Saat buah apel terakhir selesai di kumpulkan, [Y/N] menganggkat wajahnya ke arah orang yang membantunya untuk berterimakasih.

Saat melihat orang di hadapannya, tiba tiba butiran air mata lolos begitu saja dari kedua mata bulatnya. "Kakashi?" ucap [Y/N], sebuah nama begitu saja terucap dari mulutnya, yang membuat dirinya sendiri kebingungan.

Lelaki di hadapannya nampak sama bingungnya, merasa asing dengan nama yang disebutkan oleh [Y/N] "Eh? Hmm anda baik baik saja, nona?" Ucapnya, sambil melambai lambaikan tangannya di hadapan [Y/N] yang nampak melamun.

Lelaki itu bertubuh tinggi semampai, rambutnya silver, mangenakan setelan hitam, dan juga mengenakan penutup mata berwarna hitam, gaya yang cukup unik.

Saat tersadar dari lamunannya, [Y/N] kemudian buru buru mengusap air matanya. Kemudian membungkuk seraya meminta maaf pada lelaki di hadapannya "Maaf! Anda pasti bingung. Sepertinya aku salah mengira anda sebagai seseorang yang ku kenal" ucap [Y/N].

Lelaki di hadapannya tampak mencondongkan badannya kedepan, membuka sebelah penutup matanya, menampakkan matanya yang  memantulkan cahaya biru laut. Ia memperhatikan [Y/N] lekat lekat untuk beberapa saat.

The Red String Of Fate || Hatake KakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang