[Y/N] akhirnya menerima tawaran lelaki asing itu untuk 'bicara baik baik'. Mereka kini duduk saling berhadapan, dengan teh hangat di hadapan keduanya."Takdir membawamu padaku" ucap lelaki itu, kemudian menyeruput teh hangat nya.
[Y/N] masih menatap nya dengan kewaspadaan yang tinggi "Jelaskan maksudmu"
"Aku berasal dari klan Mirai, tak banyak orang mengetahui tentang kami, karena kami tak menetap di satu tempat. Lebih tepatnya, kami meliki tugas masing masing. Maksudku Ah.. hmmm.. tunggu sebentar.." ucap lelaki di hadapannya, seperti bingung dengan perkataannya sendiri.
Lelaki itu kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, menyilangkan kedua kakinya dengan nyaman, dan menopang dagunya dengan satu tangannya.
"Ya. Kami tersebar di seluruh tempat untuk menjalankan tugas kami. Sejak dahulu kala, kami percaya bahwa tugas klan kami adalah menjaga kestabilan dunia dari ancaman mahkuk lain yang berasal dari luar dunia ini. Kemudian takdir membawamu pada kami, penjual yakitori yang kau temui waktu itu termasuk salah satu dari klan kami, kemampuannya bisa melihat masa lalu dan masa depan saat menyentuh orang lain. Kemudian kami mendapatkan informasi tentangmu darinya"
"Termasuk orang aneh yang datang ke kabin?" tanya [Y/N]
"Ya, dia memiliki kemampuan yang sama. Namun lebih kuat. Dia datang untuk memastikan keberadaanmu"
[Y/N] menghela nafas panjang, wajahnya menunjukkan kekesalan, ternyata ia memang tak dapat bersembunyi terlalu lama dari takdir. "Aku bukan orang yang akan menghancurkan dunia ini, aku bahkan tak melakukan apapun yang berarti"
"Kau memang tak berbahaya secara langsung, namun keberadaanmu saja membuat retakan antar dimensi semakin melebar. Kau tau apa yang akan terjadi kalau retakan itu tak segera tertutup? Retakan itu akan mengundang entitas lain untuk memasuki dunia ini. Entitas yang kekuatannya mungkin setara dengan dewa. Itu yang berbahaya"
[Y/N] mengerutkan keningnya saat lelaki di hadapannya berbicara, tatapan matanya berubah sayu, semuanya terdengar tak masuk akal. Tapi memangnya apa yang masuk akal sejak ia tiba di Konoha?.
"Aku tak tau kalau keberadaanku ternyata seburuk itu. Bagaimana kalau seandainya aku memilih untuk bersikap egois?" ucap [Y/N], merasakan perih seperti teriris di dalam hatinya.
"Kau menginginkan dunia ini hancur karenamu? Dunia dimana anak anak dan suamimu ini tinggal, kau menginginkan kehancurannya? Lalu bagaimana dengan orang lain yang tak ada kaitannya denganmu, kau tak keberatan mereka terluka karena keegoisanmu? Suamimu mungkin tetap akan melindungimu meski kau berpotensi menghancurkan dunia, tapi bagaimana dengan warga yang lain? Kujamin, saat warga desa ini tau keberadaanmu mengancam dunianya, mereka pasti ikut memburu nyawamu"
Jauh di sudut hatinya, [Y/N] setuju dengan semua hal yang dikatakan lelaki itu. Tatapan matanya terus menjadi lebih sayu, lebih sendu, seperti menahan tangis. Membuat lelaki di hadapannya menatapnya dengan tatapan yang iba.
Lelaki itu kemudian menghela nafas panjang "Maaf, aku juga tak suka pekerjaan ini"
Beberapa saat kemudian, lelaki itu nampak merasakan sesuatu sedang terjadi dengan barrier yang dibuatnya di sekitar kediaman Hatake "Oh? Sepertinya ada yang sedang berusaha memasuki barrier. Ayo selesaikan ini sebelum suami mu membuat masalah kita semakin rumit. Sudah siap?"
[Y/N] tersenyum simpul sambil menutup kedua matanya "pastikan prosesnya takkan terlalu menyakitkan" ucapnya.
Lelaki di hadapannya tersenyum sambil mengangguk, ia kemudian menarik katana dari sabuknya "Hn. Aku berjanji ini takkan sakit"
"Bawa mayatku bersamamu, bersihkan rumah ini dari darahku. Pokonya aku tak mau suami atau anak anakku melihatku"
Lelaki di hadapannya menghela nafas panjang seraya mengeluh "Kau terlalu banyak meminta ini dan itu. Baiklah, akan ku lakukan, bagaimanapun itu permintaan terakhirmu.."
[Y/N] menutup matanya pasrah. Lelaki di hadapannya menggigit bibir nya sendiri saat melihat [Y/N] menerima takdirnya sambil menahan tangis, jauh di dalam lubuh hatinya, ia tak tega, ia tak menyukai pekerjaan ini. Tapi pekerjaannya ini dipandang terhormat, sakral menurut klannya, tanggung jawab yang datang bersamaan dengan kemampuan yang di warisinya.
Sambil menggigit bibir bawahnya sampai sedikit berdarah, Lelaki itu mulai menghunus katana nya tepat menuju jantung [Y/N].
Crangg
[Y/N] membuka kedua matanya saat ia mendengar suara gesekan logam yang khas. Di hadapannya, ia melihat punggung Kakashi yang sedang berusaha melindunginya, dengan sebuah kunai di tangan kanannya.
"Wah, di luar dugaanku. Kau berhasil masuk dengan cepat rupanya" ucap lelaki asing di hadapannya, ia menatap kagum pada Kakashi.
"Kenapa kau diam pasrah seperti itu? Kalau kau seperti itu lagi, aku akan marah" ucap Kakashi pada [Y/N] yang sedari tadi berdiri pasrah tanpa melakukan perlawanan.
***
Beberapa saat sebelum nya..."Tou-san tou-san tou-san!!" Fuyuki dan Akiko nampak membuka pintu ruangan hokage secara terburu buru, nafas kedua anak itu nampak tersengal sengal, sepertinya mereka berdua berlari selama menuju ruangan hokage.
"Ada apa? Kenapa kalian kesini? Dimana kaa-san?" ucap Kakashi dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
"Aku dan Fuyuki berniat masuk ke hutan, namun kami mengurungkan niat kami. Saat kami memutuskan kembali ke rumah, ada sesuatu yang membuat kami tak bisa masuk!!" ucap Akiko menjelaskan dengan panik. Fuyuki mengangguk ngangguk "seperti tembok yang tak terlihat! Kaa-san mungkin dalam bahaya"
Kakashi menitipkan kedua anaknya pada Shizune yang saat itu berada di kantornya. Ia, Shikamaru, dan beberapa anbu kemudian bergegas menuju kediaman Hatake.
Setelah menganalisa barrier yang ada di sekeliling kediaman Hatake, Shikamaru menemukan sebuah celah kecil. Namun hal yang dilakukannya dengan bekerjasama bersama para anbu hingga menguras tiga perempat chakranya itu, hanya membuat sebuah retakan kecil yang hanya bisa di masuki satu orang. Setelah Kakashi berhasil masuk, barrier itu menutup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red String Of Fate || Hatake Kakashi
Fantasy[Y/N] seorang wanita 28 tahun, karyawan swasta di perusahaan berlingkungan toxic, bermimpi untuk pindah ke desa yang nyaman dan damai. Suatu hari, [Y/N] menemukan dirinya terlempar ke sebuah dunia yang sangat asing baginya. Dapatkah [Y/N] beradaptas...