47. Ancaman Bagi Dunia Ini

2.6K 320 5
                                    


"Belakangan ini, desa sedang tidak aman. Kuharap kalian lebih berhati hati, sebisa mungkin jangan pergi jauh jauh dari rumah. Mengerti?" Jelas Kakashi saat menyantap makan malam bersama keluarga kecilnya.

Akiko mengangguk mengerti sambil tetap menyantap makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akiko mengangguk mengerti sambil tetap menyantap makanannya.

"Kalau main ke hutan dekat sini?" ucap Fuyuki, yang saat ini berhenti makan, dan menatap Kakashi penuh pengharapan.

"Tetap tidak boleh" jawab Kakashi.

Mendengar jawaban ayahnya, Fuyuki mengerucutkan mulutnya kesal, membuat ibu nya tersenyum gemas melihatnya.

"Main di halaman belakang rumah saja, kenapa harus hutan?" tanya [Y/N] sambil membersihkan remahan nasi yang menempel di sekitar mulut Fuyuki. Akiko ikut menatap Fuyuki beberapa saat.

"Aku sedang mengamati bayi bayi burung di hutan. Aku suka melihat ibu burung yang menyuapi bayi bayi burung nya" jawab Fuyuki sambil menatap mangkuk nasinya yang baru separuh kosong.

"Sudahlah, Fuyuki. Ibu burung tetap akan menyuapi anak anak nya walaupun kau tak melihatnya. Itu tidak terlalu penting" jawab Akiko di sampingnya.

Fuyuki nampak tak setuju dengan Akiko, Bagi Fuyuki, keluarga burung itu sudah menjadi teman dekatnya, dan melindungi teman dekatnya adalah hal yang penting.

"Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada ibu burung dan anak anaknya tak bisa makan? Aku hanya ingin memastikan mereka baik baik saja setiap hari sampai mereka bisa terbang!" Fuyuki kemudian meninggalkan meja makan begitu saja dan berlari memasuki kamarnya

"Dia selalu bersemangat untuk hal hal yang tidak penting" gumam Akiko, masih menyantap makan malam nya dengan tenang.

"Akiko.. Hal yang tak penting untukmu bisa jadi sangat penting untuk orang lain" ucap [Y/N] sambil tersenyum ke arah Akiko, mendengar ucapan ibunya, Akiko tertunduk malu, menyadari dirinya telah melakukan sebuah kesalahan "Maaf, Kaa-san" ucap nya.

Setelah selesai bersantap malam, [Y/N] menghentikan langkah Kakashi dengan menggenggam lembut tangannya saat ia hendak memasuki kamar Fuyuki.

"Apa benar desa sedang tidak aman? Atau.. ini gara gara aku?" tanya [Y/N].

Kakashi menggenggam kedua tangan [Y/N] seraya mengecup nya lembut, ia kemudian mengangguk pelan "Aku terus menerus memikirkan kejadian di kabin.. Aku hanya ingin memastikan kalian tetap aman" ucapnya lembut.

***


"Fuyuki, hei.. kau mau kemana?" Ucap Akiko berbisik, sambil mengikuti adiknya yang terus berjalan sambil mengendap ngendap "Hutan" jawabnya.

"Tou-san dan Kaa-san melarang kita jauh jauh dari rumah" ucap Akiko

"Sebentar saja, aku tak akan lama"

Akiko tampak mengalami dilema, melapor ke ibunya yang kini tengah memasak makan siang atau mengikuti adiknya menuju hutan dan memastikan keamanan adiknya.

Setelah berpikir untuk beberapa saat, dengan kesal akhirnya Akiko memutuskan untuk mengikuti adiknya.

Tepat setelah si kembar Hatake keluar dari area rumahnya, sesuatu seperti barrier mulai menyelubungi kediaman Hatake.

***


"Fuyuki.. Akiko.. Makan siaaang" ucap [Y/N] berteriak sambil menelusuri setiap sudut kediaman Hatake, mencari keberadaan kedua anaknya.

Bukan kedua anaknya yang ditemui, [Y/N] malah melihat Bibi Mika tergeletak tak sadarkan diri di beranda rumahnya. Detak jantung [Y/N] mulai berdebar lebih kencang, merasa ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi di kediamannya.

[Y/N] mencoba membangunkan Bibi Mika, namun gagal. Ia kemudian berlari ke halaman depan rumahnya, mencoba mencari pertolongan pada anbu yang Kakashi tugaskan untuknya.

Ia menemukannya, namun anbu itu tak sedang dalam keadaan yang baik.

Badan anbu itu nampak lemas, lehernya di cekik sampai badannya terangkat dari atas tanah oleh seorang lelaki yang kekar, lelaki itu kemudian menjatuhkan tubuh anbu yang sudah lemas itu ke atas tanah.

Melihat hal itu, [Y/N] melangkah mundur, kemudian berlari kembali kedalam kediamannya. Hatinya resah, sampai saat ini anak anaknya tak terlihat dimanapun.

[Y/N] kemudian mendengar pintu rumahnya di dobrak dengan kencang, lelaki kekar itu masuk kedalam kediaman [Y/N] begitu saja dengan mudahnya. Lelaki kekar itu memiliki luka di satu ujung bibirnya, melintang keatas.

"Jangan khawatir, mereka hanya tak sadarkan diri. Aku tak membunuhnya" ucapnya mengangkat kedua tangan ke udara sambil mendekati [Y/N].

[Y/N] kemudian mencoba menyerang lelaki itu dengan menendang bawah rahangnya dengan keras.

Seharusnya, menerima tendangan keras di bawah rahang akan membuat pemilik rahang langsung tak sadarkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya, menerima tendangan keras di bawah rahang akan membuat pemilik rahang langsung tak sadarkan diri. Namun lelaki di depannya masih berdiri tegak, hanya wajahnya yang nampak sedikit kesal.

[Y/N] kemudian mencoba menyerang setiap titik vital manusia, seperti jakun, ulu hati, dan tulang hidung. Namun lelaki di depannya masih terus berdiri tegak. Rasanya seperti memukul tembok yang keras.

"Hentikan saja, nanti malah tangan dan kakimu yang terluka" ucap lelaki itu.

Melihat serangannya benar benar tak berdampak apapun, [Y/N] akhirnya berhenti menyerang "Apa kau yang membawa anak anakku?"

"Tidak. Aku malah sengaja menunggu mereka pergi keluar area rumah sebelum memasang barrier di sekitar rumahmu" jawabnya.

"Barrier?" ucap [Y/N] bingung.

"Ya. Aku memasang barrier. Agar orang di luar tak merasakan apapun, barrier yang kupasang tak terlihat oleh mata. Di mata orang orang yang lewat, rumah ini baik baik saja seperti biasanya. Agar tak ada yang bisa mengganggu kita"

Perlahan, [Y/N] berjalan mundur menuju meja di belakangnya, mencoba mengambil pisau yang tergeletak di atasnya "Apa maumu datang kesini?" ucap [Y/N] mencoba mengalihkan perhatian lelaki itu.

Lelaki itu menutup wajahnya dengan satu tangannya, seraya menyesal. "Maaf, tapi aku harus membunuhmu" mendengar hal itu, mata [Y/N] membulat kaget, ia langsung menghunus pisau ke depan badannya, mencegah lelaki di depannya untuk mendekat.

Lelaki di hadapannya mengambil satu langkah mundur sambil membulatkan bibirnya. di mata [Y/N], ia tampak sedang mengolok ngolok dirinya "Kita bisa bicara baik baik sebelum aku membunuhmu, bagaimana?" ucapnya.

[Y/N] mengatupkan rahangnya kuat kuat, kemudian menyeringai ke arah lelaki di hadapannya "Kau kira setelah bicara baik baik aku akan menyerahkan nyawaku dengan suka rela hah?"

"Ya" jawab lelaki itu tanpa ragu, membuat [Y/N] mengerutkan keningnya "Karena kau adalah ancaman bagi dunia ini" lanjutnya.

[Y/N] kemudian menurunkan pisaunya, dan mengambil sikap tubuh yang lebih tenang.

"Setelah mendengar itu, kau setuju untuk bicara baik baik dulu denganku kan?" ucap lelaki di hadapannya sambil tersenyum puas.

The Red String Of Fate || Hatake KakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang