Bab 1 : Arena Balap.

480K 18.4K 1K
                                    

Malam Minggu, malam yang Ayra nanti-nantikan namun berujung kesialan, bagaimana tidak? Haikal—sang ayah justru mengurung putrinya sendiri di dalam kamar dengan alasan yang sangat tidak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam Minggu, malam yang Ayra nanti-nantikan namun berujung kesialan, bagaimana tidak? Haikal—sang ayah justru mengurung putrinya sendiri di dalam kamar dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. "Tidak ada kata main untuk malam ini," katanya. Menyebalkan sekali.

"Yang bener aja gue dikurung, udah kayak buronan aja. Ck! Ayah sama Bunda bener-bener." Ayra berdecak kesal dengan melempar guling hingga benda yang tak bersalah itu tergeletak di lantai.

"Sebentar lagi, huh!" Ayra menghela nafas panjang. "Sebentar lagi acaranya dimulai dan gue masih rebahan?"

Ayra beranjak dari tidurnya, ia berjalan menuju balkon kamar. Bisa Ayra lihat cahaya remang dari sekitarnya, wajar sepi karena jam menunjukkan pukul sebelas malam.

"Gimana caranya gue keluar dari sini?" lirihnya seraya melihat arah bawah. Tak sadar gadis itu bergidik ngeri melihat pemandangan dari lantai atas kamarnya tersebut.

"Kamar gue tinggi juga ternyata, kalau gue lompat udah pasti koid." Ayra kembali menimang-nimang.

"Kan, lagi usum tuh bundir. Bisa-bisa gue viral, entar masuk berita, hih!" Ayra merinding, membayangkan sesuatu mengerikan yang terlintas dipikirannya. "Kasihan ayah sama bunda nanti, walaupun bisa buat lagi tapi nggak mungkin bisa secantik gue."

Menatap hamparan atap rumah yang tersusun rapi, gadis itu teringat akan sahabatnya yang tak kunjung mencarinya.

"Punya sahabat nggak ada yang berguna, gue lagi susah bukannya bantuin, ini malah—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ayra dikejutkan dengan suara ponselnya yang berdering di saku celana. Segera, ia mengambil ponsel tersebut dan menatap sebentar nama pemanggil yang tertera.

Devan is calling...

Dengan malas, Ayra mengangkat panggilan yang berasal dari salah satu sahabatnya itu.

"Apa?!" Ayra nge-gas.

"Weshhh santai bro, lo di mana?"

"Dalam sangkar."

Terdengar decakan kesal dari seberang sana.
"Gue serius."

"Ya, di rumahlah."

"Lo nggak ikut nonton? "

"Gue dikurung, aish! Nggak ngerti-ngerti lo dari tadi."

Devan tertawa. "Kasihan amat. Cup, cup, cup."

"Berisik lo, bukannya bantuin atau apa, kek."

"Gue juga takut kali sama Ayah, bisa digorok gue kalau ambil anak gadisnya malam-malam."

"Nggak asik lo."

"Ya udah lo absen dulu, malam ini dari kita nggak ada yang maju. Jadi lo nggak ke sini juga nggak masalah."

"Gue tetap mau nonton, Dev. Gue bosen di sini. Sebentar, gue cari cara dulu." Ayra terdiam sejenak, ia berpikir lebih keras hingga sebuah cara terlintas dibenaknya.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang