Di sepanjang jalan menuju asrama, Ayra merutuki dirinya sendiri akibat kejadian tadi. Bibirnya tak berhenti mengomel, terus bergerak bagai dukun yang siap menyemburkan pasiennya kapan saja.
Dengan melangkah lebar, gadis itu mengabaikan tatapan semua orang ke arahnya. Sorot matanya fokus ke depan hingga pada akhirnya sampai di depan kamar asrama.
Brak! Tanpa salam dan aba-aba, Ayra membuka pintu dengan kasar, membuat ketiga gadis yang berada di dalam terlonjak kaget bersamaan.
"Uhuk-uhuk." Adel— gadis yang tengah makan mie itu tersedak kuah yang teramat pedas akibat ulah Ayra.
"Woi! Santai dong buka pintunya," kesal Adel begitu acara makannya terganggu.
Ayra masuk dengan wajah tanpa dosa, gadis itu justru mempamerkan deretan giginya yang rapi.
"Hehe! Sorry, Adel takodel-kodel. Ini, minum dulu, minum." Ayra menghampiri Adel dan mengulurkan air minum milik temannya itu.
"Gue bisa sendiri." Adel meraih gelas yang Ayra pegang. "Kenapa lari-lari lo? Udah kayak orang dikejar hutang aja," lanjutnya, kemudian meneguk minumannya hingga setengah sisa.
Ayra menggaruk keningnya yang tidak gatal, ia tidak mungkin menceritakan apa yang baru saja terjadi.
"Gue nggak kenapa-kenapa, kok," kata Ayra, menutupi fakta yang ada. Sedetik berikutnya ia mengalihkan tatapannya pada Farah dan Maya yang sedari tadi diam."Kalian tumben diem?" tanya Ayra.
"Kita nggak papa, Ning," balas Farah dengan panggilan baru. Hal itu membuat Ayra paham, pasti Adel sudah memberitahu kedua temannya tersebut.
"Panggil gue Ayra kayak biasa aja, Far, jangan pakai embel-embel Ning."
"Tapi—"
"Udah, May, panggil nama aja nggak papa. Kan, jadi lebih akrab juga. Kalian boleh panggil gue Ning kalau gue udah jadi orang bener. Oke?" Ayra memotong ucapan Maya.
"Dan, janji ya, jangan bilang siapa-siapa dulu," lanjut Ayra yang diangguki kedua temannya itu.
"Jujur aku kaget waktu denger cerita Adel kalau kamu itu istrinya Gus Rayyan," kata Maya. "Karena aku kira yang jadi istrinya Gus Rayyan itu Ning Aiza sesuai dengan berita yang beredar kemarin."
Adel yang tengah menghabiskan mie tersebut sontak menoleh pada Maya dan menatap gadis itu tajam.
"Padahal baru dibilangin tadi," batin Adel seraya menelan mie dengan susah payah. Pun dengan Farah yang menghela napas pasrah.
"Gimana, gimana?" balas Ayra yang tak mengerti. "Berita apaan?"
Maya terdiam, seketika teringat dengan ucapan Adel. "Jangan bilang ke Ayra kalau lo nggak mau pesantren ini roboh."
"I-itu, Ra." Maya menggaruk keningnya yang tidak gatal, bingung mencari alasan. Sedang, Adel dan Farah menepuk jidatnya bersamaan.
"Jawab jujur, May, memangnya ada berita apa di asrama?" Ayra menuntut penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIBLAT CINTA
General FictionBagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Mengisahkan tentang Ayrania yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren karena paksaan dar...