Bab 29 : Perkara Telat Kajian.

321K 15.5K 454
                                    

Ayra dan Adel, keduanya mengikuti langkah Aiza yang membawanya ke dalam masjid di mana semua santri putra dan putri sedang mengkaji kitab yang dipimpin oleh Rayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayra dan Adel, keduanya mengikuti langkah Aiza yang membawanya ke dalam masjid di mana semua santri putra dan putri sedang mengkaji kitab yang dipimpin oleh Rayyan.

Setibanya di sana, dahi Ayra berkerut dalam seakan membentuk sebuah tanda tanya besar begitu melihat sang suami berada di depan. Bukankah kajian ini seharusnya dipimpin oleh Abah?

Sedang Rayyan, awalnya ia biasa saja ketika Aiza meminta izin untuk kedua santrinya yang bolos menjalani hukuman pampangan yang sudah menjadi hal biasa bagi santri yang melanggar hukuman kajian. Tapi, betapa terkejutnya ia ketika melihat santri itu adalah istrinya sendiri.

"Itu yang berdiri, simak dan terjemahkan kitabnya dengan baik! Dan datang ke ruangan saya setelah kajian selesai," tegas Rayyan, tak memandang jika itu adalah istrinya sendiri.

Dari kejauhan, kedua gadis itu mengangguk samar.

"Baik, saya jelaskan, tolong dengarkan baik-baik." Rayyan memulai penjelasan. "Bismillahirrahmanirrahim."

"وَاَبُو نُعَيم..."
"Diriwayatkan oleh Imam Abu Nu'aim."

"مَن تَرَكَ الصَّلاَةَ مُتَعَمِّدًا..."
"Barangsiapa yang meninggalkan shalatnya secara sengaja."

"كَتَبَ اللّٰهُ اِسْمَهُ..."
"Maka Allah akan mencatat namanya."

"عَلَى بَابِ النَّارِ."
"Diatas pintu neraka."

Selanjutnya, Rayyan menjelaskan bab dan poin-poin tentang shalat. Hingga selang beberapa menit kemudian, selesai sudah kajian pagi hari ini.

"Karena saya hanya menggantikan abah saya, jadi cukup sampai di sini dulu penjelasnya." Rayyan menjeda ucapannya. "Saya tutup, akhirul kalam, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh."

Setelah merapikan kitab yang akan dibawa, Rayyan kembali mengalihkan tatapannya pada dua gadis yang masih berdiri di depan sana.

"Antuma, saya tunggu di ruangan saya," ujar Rayyan sebelum akhirnya keluar dari masjid.

"Lo kenapa diem aja? Tumben," ujar Adel melihat Ayra yang sedari tadi terdiam. Keduanya kini melangkah menuju ruangan Rayyan.

"Lo nggak liat tatapan suami gue tadi? Udah kayak mau makan hidup-hidup," bisik Ayra di sela langkahnya.

"Iya juga, sih, gue aja sebenernya takut tadi." Adel melirik sesaat. "Btw, lo udah ekhem-ekhem belum?"

Mengerti arah pembicaraan Adel, Ayra menggeleng kecil. "Belum."

"Lah, waras lo?" Adel menaikkan nada bicaranya satu oktaf.

"Berisik lo!" Ayra memukul lengan temannya itu cukup keras. "Jangan kenceng-kenceng."

Adel mengangkat dua jari tanda perdamaian. "Hehe! Maaf, maaf, nggak sengaja gue."

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang